Makalah

Makalah Prinsip-Prinsip Ajaran Islam

BAB I 
PENDAHULUAN 
 
A. Latar Belakang 
    Seiring berkembangnya zaman dan teknologi maka semakin kontemporer fikiran manusia hingga mengkritisi hal-hal yang bersifat pasti seperti agama. Fikiran itu timbul dikarenakan pemahaman mereka yang dangkal mengenai agama itu sendiri. Banyak yang beranggapan bahwa agama saat ini khususnya Islam kurang relevan jika diterapkan dengan kemodernan zaman. Mereka menilai banyak permasalahan baru yang timbul dimana permasalahan itu tidak tertera dalam Al Qur’an. Secara tidak langsung ideologi ini meremehkan mukjizat dari Al Qur’an. Dimana Al Qur’an merupakan petunjuk bagi ummat terdahulu dan ummat masa depan. 
    Oleh sebab itu, sebagai manusia yang berpendidikan kita harus mempunyai landasan pengetahuan agama yang baik. Dengan mengetahui dasar pengetahuan Islam seperti karakteristik maupun prinsip-prinsip ajaran islam. Agar setelah kita mempunyai ilmu pengetahuan kita tidak sombong dan tidak lupa bersyukur dan senantiasa mengingat sang pemberi ilmu. Alasan lainnya adalah agama merupakan tiang dan dasar semua ilmu. Jika mempunyai ilmu tanpa ada landasan agama yang baik maka ilmu itu akan sia-sia. Selain mengetahui dasar-dasar agama islam kita juga harus mengetahui perbedaan maupun persamaan agama islam dengan agama-agama lainnya sebagai komparasi dari kebenaran agama Islam dengan agama lainnya. 
 
B. Rumusan Masalah
  Dari berbagai persoalan yang timbul akibat kurang pedulinya muslim mengenai pengetahuan agama Islam. Maka, dalam penulisan makalah ini mengangkat beberapa rumusan masalah diantaranya sebagai berikut 
  1. Apa saja karakteristik agama Islam? 
  2. Apa prinsip-prinsip dasar dari agama Islam? 
  3. Apa perbedaan dan persamaan Islam dengan agama lain? 
C. Tujuan Penulisan 
    Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami beberapa karakteristik dan prinsip-prinsip agama Islam serta perbedaan agama Islam dengan agama lainnya. 
 
BAB II 
PEMBAHASAN 
 
A. Karakteristik Ajaran Islam 
1. Pengertian karakteristik ajaran islam 
    Karakteristik berasal dari bahasa Inggris, “character”, yang berarti watak, karakter, dan sifat[1]. Kemudian menjadi characteristic yang berarti sifat yang khas, yang membedakan antara yang Satu dengan yang lainnya[2]. Dalam bahasa Indonesia, character berarti sifat yaitu rupa atau keadaan yang tampak pada suatu benda, atau kata yang menyatakan keadaan sesuatu seperti panjang, keras, dan besar[3]
    Karakteristik ajaran Islam adalah sifat, watak, dan keadaan yang melekat pada ajaran Islam. karakteristik tersebut dapat dikenali dan dirasakan manfaat dan dampaknya oleh mereka yang mengamalkan ajaran Islam. 
2. Macam-macam karakteristik Islam[4]
  • Komprehensif (Al-Syumuliah). Karakteristik ajaran Islam yang bersifat komprehesif (al-syumuliah) dapat dilihat dari segi kedudukannya atau perbandingannya dengan agama lainnya. Yakni bahwa ajaran Islam adalah agama yang terakhir yang melengkapi dan menyempurnakan agama-agama samawi yang sebelumnya itu. Jika agama-agama lainnya datang dengan aspek-aspek tertentu saja, seperti aspek akidah dan ibadah, maka ajaran Islam datang dengan aspek-aspek yang jauh lebih sempurna. Ajaran Islam membawa aspek akidah, ibadah, ekonomi, akhlak, tata negara, kekeluargaan, kebudayaan, peradaban, dan lain sebagainya. Jadi, intinya ajaran islam mencakup berbagai aspek dalam kehidupan manusia. “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepada kamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhoi Islam sebagai agama bagi kamu. (QS. Al-Maidah (5):3). 
  • Kritis. Karaktreristik ajaran Islam yang bersifat kritis dapat dilihat dari segi kedudukan ajaran Islam yang memiliki ciri yang lebih tinggi dibandingkan dengan agama samawi lainnya. Dengan kedudukannya itu ajaran Islam menjadi korektor terhadap berbagai kekeliruan dan penyimpangan yang telah diperbuat oleh agama-agama sebelum Islam. Kekeliruan itu misalnya berhubungan dengan doktrin ketuhanan, ajaran kitab suci, dan lain sebagainya. 
  • Humanis. Karakterisitik ajaran Islam tentang humanis ini dapat dilihat dari upaya Islam dalam melindungi hak asasi manusia. Ajaran Islam bertujuan memelihara dan melindungi hak asasi manusia. Yaitu hak hidup, (hifdz al-nafs), hak bergama (hifdz al-nasl), hak berpikir (hifdz al-‘aql), hak memiliki keturunan (hifdz al-nasl), dan hak mendapatkan, memiliki dan menggunakan harta (hifdz al-maal). 
  • Militansi Moderat. Karakteristik militansi moderat ajaran Islam ini antara lain dapat dilihat dari segi sumbernya. Ajaran Islam tidak hanya berpedoman dengan Al-Qur’an dan hadist saja melainkan berpedoman dengan pendapat para ulama dan umara (ulul amri’), peninggalan sejarah, adat istiadat, tradisi yang relevan, intuisi, serta berbagai temuan dan teori dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. 
  • Dinamis. Keadaan zaman dari waktu ke waktu selalu berubah baik dari segi komunikasi, interaksi, transaksi, dan berbagai aspek kehidupan lainnya. Maka, ajaran islam juga harus mmengikuti dinamika ini. Cara untuk menampung dinamika masyarakat ini, ajaran islam menyediakan peluang atau space untuk para ulama untuk melakukan reinterpretasi dan reformulasi terhadap ajaran islam tersebut yakni dengan menyediakan ayat-ayat Al Qur’an yang bersifat intepretable (dzanni al dalalah) yaitu ayat yang bersifat mutasyabihat. Dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat tersebut, maka ajaran Islam dapat merespon atau menjawab berbagai masalah yang secara eksplisit atau secara terang benderang belum di jelaskan dalam Al Qur’an. 
  • Toleran. Toleran ini dapat dilihat dari segi sifat yang menyatakan, bahwa agama yang paling benar disisi Allah adalah agama Islam. Namun pada sisi lain juga Islam menghormati eksistensi agama lain. Ajaran agama Islam memberikan kesempatan pada agama lain untuk berkembang, dianut oleh umat manusia, bersikap toleran, tidak saling menyalahkan atau mengolok olok. Islam membangun toleransi terhadap agama-agama yang serumpun, yakni agama samawi yang pernah di turunkan Tuhan kepada para nabi sebelumnya, yakni Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Musa, Isa, dan para nabi lainnya. Perbedaan antar agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dengan agama yang di bawa oleh para nabi sebelumnya terletak pada syariat dalam bidang ibadah, muamalah, hukum dan yang lainnya. Adanya perbedaan ini diakui dan dihormati oleh Islam., sehingga antar satu sama lain dapat hidup berdampingan, rukun, dan damai. islam membangun toleransi terhadap agama yang tidak serumpun, bahkan terhadap orang-orang yang tidak beragama sekalipun, sehingga antara orang yang beragama dan tidak beragama tidak saling mengolok-olok. 
  • Kosmopolit. Kosmopolit yang dimiliki ajaran islam dapat dilihat pada sikap Islam yang menjadikan seluruh umat manusia memiliki keragaman budaya, bahasa, Tanah Air, dan lainnya sebagai sasarannya. Islam bukan hanya untuk suatu bangsa atau kelompok tertentu, melainkan untuk untuk semua umat manusia. Dengan karakternya yang kosmopolit ini, maka Islam dapat mempersatukan dan mempersaudarakan seluruh umat manusia di dunia dengan dasar yang sangat kukuh, yakni iman dan taqwa kepada Allah SWT. 
  • Responsif. Karakteristik ajaran Islam yang responsif dapat dilihat dari awal kedatangan Islam pertama kali sudah terlibat dengan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia, keadaan masyarakat yang demikian ini merata di seluruh dunia, yag digambarkan oleh Al Qur’an dengan ungkapan fi dlalal al- mubin (kesesatan yang nyata), fi dzulumat (kegelapan pikiran dan jiwa), jahilyah (memiliki jalan hidup yang semata mata memuaskan hawa nafsu dan kebendaan). Keadaan masyarakat yang demikian ini direspon oleh Islam sebagaimana yang terdapat di dalam Al Qur’an dan Al Sunah. Ayat-ayat yang turun di Mekkah biasanya banyak berisi soal akidah dan akhlak. Selain itu berisi soal melarang mengurangi takaran, timbangan, riba, sumpah palsu, menipu, memperbudak orang lain dan sebagainya. 
  • Progresif dan Inovatif. Ajaran Islam harus senantiasa memperbarui dirinya dari waktu ke waktu dalam bentuk pemikiran baru dan kontekstual dengan berbagai kehidupan masyarakat. Dengan demikian, Islam tidak ketinggalan zaman, dan senantiasa memperbarui dirinya. 
  • Rasional. Ajaran Islam sebagaimana yang terdapat di Al Qur’an dan Hadis selain memuat perintah juga memuat larangan. Seluruh perintah Allah SWT seperti shalat, puasa, zakat dan haji sejalan dengan akal pikiran dan kebutuhan manusia yang bersifat spiritual dan moral. Sifat dari ajaran Al Qur’an sebagian besar bersifat global dan isyarat-isyarat yang bersifat umum yang apabila ingin dilaksanakan, maka membutuhkan pemikiran manusia untuk menjabarkan dan memerinci, dan menentukan cara-caranya. Karena demikian pentingnya kedudukan akal manusia dalam ajaran islam, maka setiap orang mengamalkan ajaran Islam harus dalam keadaan sadar dan normal. Orang yang dalam keadaan mabuk atau gila tidak diwajibkan mengamalkan ajaran Islam. 
 
B. Prinsip-Prinsip Ajaran Islam 
1. Pengertian Prinsip 
   Prinsip dapat diartikan sebagai dasar, landasan atau sumber dalam bertindak. Segala sesuatu pasti memiliki prinsip begitu pula agama. Prinsip suatu agama tentu berbeda dengan prinsip agama yang lain, seperti hal nya agama islam yang memiliki beberapa prinsip di dalamnya. Dalam pengertian Bahasa prinsip dapat diartikan sebagai sumber atau dasar. Dalam islam dua kata itu memiliki pemahaman yang berbeda. Kata sumber dapat diartikan sebagai tempat rujukan. Dalam islam rujukan kita ada 4 yakni Al-Qur’an, al-Hadis, al-Ro’yu dan al-Ijma’. Dan arti dari dasar disini adalah tempat yang dijadikan pijakan atau dasar dalam bertindak. 
2. Macam-macam prinsip[5]
    Dalam buku yang ditulis oleh Abuddin Nata yang berjudul Metodologi Studi Islam, terdapat 12 dasar atau prinsip yang dapat dijadikan landasan berfikir dan bertindak bagi umat islam, diantaranya: 
    a. Sesuai dengan fitrah manusia 
    Manusia terlahir dengan fitrah nya masing-masing, yang dimaksud dengan fitrah disini adalah suatu potensi yang dibawa oleh seseorang sejak lahir. Di antara fitrah manusia adalah fitrah beragama atau potensi beragama, seseorang yang baru dilahirkan akan mengambil bentuk kepercayaan yang mempengaruhi dirinya. Misal, anak yang dilahirkan dengan latar belakang keluarga islam maka ia akan menjadi penganut islam. Fitrah dalam arti sebagai potensi dasar tidak hanya bergelut dalam masalah agama saja. Namun keingintahuan terhadap sesuatu dan menyukai atau mencintai lawan jenis juga bisa disebut fitrah. Dalam islam fitrah manusia dijaga dan dilindungi agar berkembang secara terarah. Sebagaimana konsep dalam maqashid syari’ah (tujuan agama) yaitu melindungi jiwa, melindungi agama, melindungi akal, melindungi harta benda, dan melindungi keturunan. Dengan prinsip sesuai dengan fitrah, agama islam selain harus melindungi fitrah manusia juga memiliki aturan yang menyesuaikan dengan kebutuhan fitrah manusia diantaranya perintah untuk menikah, mencari nafkah dan sebagainya. 
    b. Keseimbangan 
    Seimbang disini adalah seimbang antara urusan dunia dan akhirat. Artinya tidak berat sebelah atau terlalu mengutamakan kenikmatan dunia dari pada menyiapkan bekal untuk kehidupan akhirat. Hakikatnya manusia terdiri dari dua unsur yakni jasmani dan rohani. Unsur jasmani terbentuk dari tanah atau asal diciptakannya manusia. Oleh karena itu unsur jasmani lebih condong terhadap kehidupan dunia. Sedangkan unsur rohani adalah roh yang berasal dari tuhan, memiliki kecenderungan untuk beribadah, kehidupan yang seimbang bukanlah kehidupan yang jalan ditempat, beribadah terus menerus, tidak menikah, tidak bekerja dan hanya menghabiskan waktunya untuk beribadah semata, namun kehidupan seimbang adalah kehidupan dinamis dimana seseorang tetap berusaha untuk mendapatkan kehidupan yang layak di dunia dengan tetap menjalankan perintah Allah sebagai bekal kehidupan akhirat, demikianlah kehidupan seimbang yang dimaksud oleh islam. 
    c. Sesuai dengan keadaan zaman dan tempat 
    Islam adalah agama penyempurna bagi agama-agama sebelumnya dan sekaligus agama bagi seluruh umat hingga akhir zaman. Namun dewasa ini banyak paham paham yang menyatakan bahwa agama islam dinilai kurang relevan dengan keadaan yang sudah modern ini. Perlu diingat bahwa al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah sebagai kitab suci agama islam adalah suatu mu’jizat terbesar dimana al-Qur’an mengandung petunjuk bagi umat terdahulu hingga akhir zaman. Bagaimana bisa al-Qur’an memberi petunjuk untuk masa depan dan yang jelas-jelas belum pernah terjadi? Maka inilah letak mu’jizat al-Qr’an. Ayat dalam al-Qur’an terbagi menjadi dua sifat yakni, ayat yang bersifat pasti (qath’i) dan tidak pasti (dzanni). Ayat qath’i yaitu ayat yang tegas, yang sudah dijelaskan secara detail terperinci dan tidak dapat dirubah. Seperti perintah ibadah atau hukum halal haramnya sesuatu. Sedangkan ayat dzanni dapat diinterpretasikan sesuai dengan perkembangan zaman seperti ayat tentang jual beli, perdagangan yang dalam al-Qur’an sengaja tidak dijelaskan secara terperinci agar bisa diinterpretasikan sesuai perkembangan zaman yang ada dengan syarat tidak bertentangan dengan ayat yang bersifat qath’i.
    d. Tidak menyusahkan manusia 
    Hakikat agama islam adalah agama yang damai, membawa manusia dari zaman kedzaliman menuju zaman yang penuh keadilan, dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang tahu tentang teknologi dan sebagainya. Maka dari itu salah satu prinsip ajaran islam adalah agama yang tidak menyusahkan pemeluknya. Bahkan agama yang sangat menghormati dan memposisikan pemeluknya pada derajat tertinggi bagi orang yang taat beragama. Bukti dari agama islam bukanlah agama yang mempersulit umat nya adalah adanya keringanan atau dispensasi bagi siapapun yang tidak mampu menjalankan ibadah secara sempurna seperti pada umumya. Orang yang tidak bisa sholat sambil berdiri maka diperbolehkan sholat sambil duduk. Bagi para musafir diperbolehkan men-jama’ sholat dan masih banyak berbagai macam keringanan yang diberikan agama islam bagi umat nya yang tidak mampu. Namun terlepas dari hal itu, bagi orang islam yang tidak memiliki alasan atau mampu mengerjakan ibadah secara sempurna maka secara otomatis keringanan itu tidak berlaku.
    e. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 
    Islam bukanlah agama kolot atau ketinggalan zaman dan tidak relevan jika diterapkan di ranah kehidupan sekarang ini. Salah satu prinsip dalam islam yakni sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dibuktikan bahwa sampai detik ini islam masih menjadi agama dengan penganut mayoritas dimuka bumi ini. Prinsip-prinsip atau landasan berfikir dalam islam bukan datang dari pemikiran manusia belaka namun sudah jelas tertulis di dalam al-Qur’an maupun sabda nabi Muhammad SAW adapun prinsip ini memiliki dalil-dalil dan diantara dalil tersebut adalah: pertama, firman Allah yang pertama turun yakni Q.S Al-alaq ayat 1-5 yang intinya menyeru manusia untuk membaca sebagai media untuk mengetahui hal baru, dengan membaca orang tidak akan tertinggal ilmu pengetahuan dan dari membaca pula lahirlah ilmuan dan penemu berbagai macam teknologi. Kedua, semua ibadah tidak akan dianggap sah apabila yang mengerjakan tidak mempunyai ilmu. Maksudnya orang yang beribadah tanpa adanya pemahaman terhadap perbuatan yang ia kerjakan maka dianggap tidak sah. Contohnya sholatnya orang gila atau hilang akal maka dianggap tidak sah meskipun sholat yang dikerjakan sempurna. Ketiga, adanya sabda nabi Muhammad SAW yang mewajibkan kaumnya untuk menuntut ilmu. Keempat, umat islam dianjurkan untuk berdo’a memohon kepada Allah agar diberi ilmu. Berdasarkan sumbernya ilmu dibagi menjadi dua, ilmu laduni dan ilmu kasbi. Ilmu laduni yaitu ilmu yang diperoleh langsung dari Allah yang biasanya diberikan kepada para nabi dan wali. Sedangkan ilmu kasbi adalah ilmu yang diperoleh dengan cara berusaha sebagaimana manusia biasa harus berusaha dan berdoa kepada Allah agar diberi ilmu. Kelima, kita harus menyadari bahwa hakikat ilmu adalah milik Alah SWT. Maka tidak sepatutnya manusia bersombong diri dengan kepintarannya atau kemampuannya dalam menemukan sesuatu. Semua itu adalah milik Allah dan manusia harus bersyukur atas segala yang telah Dia berikan. Contoh umum bahwa islam selaras dengan teknologi adalah banyak dari hasil penemuan saat ini yang menganjurkan untuk mengkonsumsi air zam-zam, habbatus sauda’, madu dan berbagai obat obatan zaman dahulu yang digunakan Rosulullah dan ditemukan pula banyak seperti teori-teori kimia, fisika, maupun tentang organ-organ manusia yang sudah terdapat di dalam Al-Qur’an. Selain islam sejajar dengan ilmu pengetahuan islam juga memberikan arah pada ilmu pengetahuan. Banyak dari para ilmuan masuk islam setelah melakukan penelitian karena terkagum-kagum dengan kuasa Allah yang maha besar, dengan ini maka ilmu pengetahuan telah mengarahkan pada kepercayaan terhadap kebesaran Allah. 
    f. Berbasis pada penelitian 
    Penelitian adalah sebuah proses pengkajian terhadap suatu objek secara lebih mendalam, selain berguna untuk mendapat informasi penelitian juga bertujuan untuk mengetahui banyaknya manfaat dari ciptaan Allah. Segala sesuatu yang Allah ciptakan di muka bumi ini semuanya memiliki manfaat yang luar biasa. Salah satunya memberikan inspirasi bagi para illmuan zaman dahulu dalam menemukan teknologi baru dengan metode penelitian, contoh: dari burung manusia terinspirasi membuat pesawat, dari onta manusia terinspirasi membuat kendaraan yang bisa berjalan dalam jarak jauh dengan simpanan bahan bakar, dari angsa manusia terinspirasi membuat kapal laut. Semua penelitian akan berdampak besar terhadap kehidupan baik untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun untuk kecukupan materi. 
    g. Berorientasi pada masa depan 
    Agama islam sangat mengajarkan agar umatnya dapat menyusun diri untuk masa depan yang lebih baik dari masa lalu dan sekarang. Dengan adanya orang tua yang memasukkan anaknya ke jenjang sekolah maupun perkuliahan, ini bisa sangat mungkin bagi orang melihat anaknya meraih kesuksesan dengan orang tua membekali anaknya dengan ilmu-ilmu agama serta ilmu umum yang di berikan di sekolah maupun lingkungan sekitarnya. 
    Adapun prinsip-prinsip berorientasi ke masa depan ialah sangat penting dilakukan, dengan berorientasi ke masa depan, seseorang akan lebih kreatif, optimis, dan dinamis. Selain itu dengan berorientasi seseorang akan meningkatkan hasil kerja/belajarnya, sehingga akan tetap berguna bagi dirinya dan orang lain. 
    h. Kesederajatan 
    Kesederajatan juga dapat diartikan sebuah pandangan, pada hakikatnya manusia diciptakan tuhan dengan bahan dan proses yang sama hanya saja yang membedakan adanya berbagai latar belakang kebangsaan, agama, budaya, bahasa dan adat istiadatnya. 
    Dengan prinsip “Semua di mata Tuhan sama, hanya amal baik/buruknya yang membedakannya” manusia akan saling menghargai satu sama lain atas dasar iman, takwa, dan baiknya. Atas dasar ini, manusia akan berlomba-lomba dalam kebaikan dan menghormati orang lain atas dasar kesadaran dirinya yang sudah mulai mengedepankan kesederajatan satu sama lain. Dengan prinsip kesederajatan ini, seseorang yang memiliki kekayaan akan berkata, bahwa kekayaan adalah amanah yang akan dipertanggung jawabkan dan digunakan untuk pelaksanaan iman dan takwa serta amal soleh. 
    i. Keadilan 
    Keadilan ini tidak sama jauh dengan kesederajatan hanya saja keadilan didasarkan atas perasaan yang memberikan kesempatan yang sama, seimbang, proporsional dan tanggung jawab. 
    Prinsip keadilan dalam islam ini merupakan perekat, pemersatu, dan penyeimbang antara berbagai tindakan dan perbuatan yang dilakukan manusia, yang memungkinkan setiap orang akan merasa kepuasan tersendiri. Seperti halnya ketiadaan prinsip keadilan ini pangkal utama timbulnya ketidakpuasan yang memicu tindakan unjuk rasa, demo, dan anarkis. 
    j. Musyawarah 
    Musyawarah sangatlah penting dalam kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi di dunia, bukan saja di Indonesia, karena setiap ada masalah sebaiknya dipermusyawarahkan terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan dengan mudah, karena musyawarah mengandung saran, masukan, pertimbangan, dan pendapat berbagai pihak secara demokratis. Dengan adanya musyawarah ini lebih mempermudah suatu kelompok/masyarakat memecahkan segala apa-apa yang ingin di selesaikan dengan cara ini. 
    k. Persaudaraan 
    Prinsip dalam hal fitrah dan insting semua manusia adalah sama. Mereka butuh tempat tinggal, bergaul, dan berinteraksi, oleh karenanya semua hal ini merupakan dasar atau sebagai landasan terbangunnya suatu konsep persaudaraan antar manusia. Didalam agama pun diajarkan tentang menjaga tali persaudaraan yaitu menjaga ukhuwah yang bersifat manusiawiyah yang harus tetap dijaga sesama umat muslim agar tetap terbangunnya tali persaudaraan/silaturahmi antar sesama, dalam Al-Quran di jelaskan “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolonglah kamu dalam masalah kebajikan, dan bertakwalah kepala Allah, sesungguhnya azab Allah sangatlah berat”. (Al Maidah:2) Oleh karena itu sangatlah penting kita menjaga persaudaraan sampai akhir hayat. 
    l. Keterbukaan 
    Keterbukaan adalah suatu sikap yang meyakini kebenaran suatu agama atau ideologi dan berusaha mempertahankan dan mengamalkannya. Dengan kata lain, keterbukaan bukanlah bersikap menerima semua yang dari luar tanpa penelitian atau penyaringan, melainkan mau menerima informasi atau kebenaran dari manapun datangnya dengan tetap cermat mentelaah apa yang sampai kepada kita. 
    Prinsip keterbukaan itu sangat penting karena dalam keterbukaan ini kita dapat membuka wawasan kita terhadap ilmu-ilmu yang kita dapat dan membuat kepribadian kita semakin matang dapat bersikap, dengan keterbukaan yang seperti ini kita jangan hanya menebak apa yang orang sampaikan sehingga kita mempunyai pemikiran yang salah terhadap orang itu, oleh karena itu sangat pentingnya kita menyaring informasi atau ilmu-ilmu yang kita dapat untuk tetap di pelajari dan menelaahnya jangan hanya “sami’na wa athto’na” lalu kita sebar luaskan begitu saja tanpa tau asal-usulnya dan tidak ada yang bertanggung jawab. 
 
C. Perbedaan dan Persamaan Agama Islam Dengan Agama Lain 
    Adapun persamaan islam dengan agama-agama lain adalah sama–sama diturunkan oleh Allah kepada manusia melalui perantara nabi dengan tujuan agar manusia mengesakan Allah atau memujanya, sebagai wujud dari rasa syukur kita sebagai makhluk yang diciptakan Nya[6]. Dan perbedaaan antara islam dan agama lainnya menurut Nasruddin Razak dalam kitab Dienul Islam ada dua point penting[7], diantaranya: 
1. Dari segi nama Islam 
    Pada umumnya agama diberi nama setelah berlalunya zaman penyebaran agama tersebut dengan nama agama dinisbatkan dari pencetus agama atau asal berkembangnya agama itu. Misal: Agama Budha disandarkan kepada nama “Sidharta Gautama Buddha” budha merupakan gelar bagi sidharta yang dianggap memperoleh penerangan agama, Agama Yahudi suatu agama yang dianut oleh orang-orang yahudi, asal nama dari negara yahuda. Oleh sebab itu orang barat menyebut kita dengan Mohammedanism atau Mohammedan, pada hakikatnya seruan ini kurang tepat karena seakan-akan kita penganut nabi Muhammad dan kita menyembah beliau. 
    Nama islam berbeda dengan agama lainnya, kata islam sama sekali tidak terikat dengan nama tempat atau seseorang melainkan langsung dari Allah karena islam merupakan agama wahyu. Islam berasal dari kata salima yang berarti selamat kemudian menjadi aslama yang artinya menyerahkan diri kepada keselamatan. 
2. Dari segi nama agama 
    “Agama” secara bahasa berasal dari Bahasa inggris religion yang dalam kamus “The Hold Intermidate Dictionary of American English” berarti: belief in and worship of God or the supranatural (kepercayaan dan pentembahan kepada tuhan atau kepada Yang Maha Mengetahui) dan di dalam kamus “The Advanced Learner’s Dictionary of Currant English” berarti: beliefe in the existence of supernatural rulling power, the creator and controller of tha univers, who has given to men a spiritual nature which continues to exist after the death body[8] (agama adalah mempercayai adanya kekuatan kodrat yang maha mengatasi, menguasai, menciptakan dan mengawasi, alam semesta dan yang telah menganugerahkan kepada manusia suatu watak rohani, supaya manusia dapat hidup terus menerus setelah mati tubuhnya) dengan ini dapat diambil kesimpulan definisi dari agama adalah suatu sistem kepercayaan kepada tuhan dan suatu sistem penyembahan kepada tuhan, secara garis besar agama hanya membahas tentang hubungan virtual semata. Sedangkan konteks agama dalam Al-Qur’an memiliki banyak versi seperti ad-din, al-millah, yang apabila digabung dengan lafadz Allah menjadi dinullah artinya agama Allah, artinya agama yang turun langsung dari Allah. Dan agama yang turun langsung drai Allah adalah islam, makna islam sudah disinggung di pembahasan sebelumnya yakni agama yang diturunkan melalui perantara Nabi Muhammad SAW yang berisi perintah-perintah, larangan-larangan, petunjuk-petunjuk untuk kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa islam tidak hanya mengatur tentang masalah ibadah saja namun juga mengatur hubungan horizontal atau interaksi antar manusia itu sendiri agar mencapai kebahagiaan hidup dunia akhirat. 
 
BAB III 
PENUTUP 
 
A. Kesimpulan 
    Islam adalah agama yang indah Karena islam memang turun sebagai agama rahmatan lil’alamin, agama yang telah diatur perintah-perintah dan petunjuknya semua bertujuan agar pemeluknya bisa sejahtera dunia akhirat, tinggal kita sebagai orang muslim bagaimana cara kita mengetahui dan memahami betul ajaran agama-agama kita. Ketika kita memahami maka kita akan tahu apa kebenaran dan keistimewaan dari agama islam, tetapi apabila pemahaman kita hanya setengah-setengah atau tidak menyeluruh maka bisa terjadi salah faham atau kita salah mengartikan perintah Allah yang sebenarnya itu untuk kebaikan dan mengandung hikmah. sebagai wujud rasa syukur kita sudah selayaknya kita terus menggali ilmu tentang islam sendiri dimulai dari pengetahuan dasar tentang apa itu karakteristik islam dan apa saja macam-macamnya atau prinsip-prinsip agama islam, dimana apabila kita telah mengetahui dan memahaminya maka akan muncul rasa bangga dan syukur sekaligus menambah keimanan kita kepada Allah. 
 
 
DAFTAR PUSTAKA 
Hawi, Akmal. Dasar-Dasar Studi Islam. Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2014. 
Nata, Abuddin. Studi Islam Komprehensif. 
Razak, Nasruddin. Dienul Islam. Bandung: Alma’arif, 1989 
Echols, John dan Hassan Shadily. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1980. 
Porwadaminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1991
Contoh Makalah. menuaiinfo.blogspot.com/ 
 
__________________
[1]John. M. Echols dan Hassan Shadily dari judul asli Kamus Bahasa Inggris- Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1980), cet. VIII, hlm. 107. 
[2]Ibid., hlm. 108 
[3] W.J.S Poerwadarminta, KamusUmum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet. XII, hlm. 943. 
[4] Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif 
[5] Ibid, h. 
[6] Akmal Hawi, Dasar-Dasar Studi Islam (Depok: PT. Rajagofindo persada, 2014) h. 4 
[7] Nasruddin Razak, Dienul Islam (Bandung: Alma’arif,1989) cet. 10, h. 55 
[8] Ibid, h. 60

Baca juga: Karya Tulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *