Makalah Perilaku Kelompok Dalam Organisasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apabila berbicara tentang perilaku organisasi, berarti juga membahas tentang perilaku manusia. Manusia adalah pendukung utama setiap organisasi apapun bentuknya. Perilaku manusia yang berada dalam suatu kelompok atau organisasi adalah awal dari perilaku organisasi itu. di Dalam organisasi perilaku manusia berasal dari dua sumber, yaitu perilaku individu dan perilaku kelompok. Perilaku kelompok tersebut berasal dari perilaku individu-individu yang berkumpul menjadi sebuah kelompok.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa dipisahkan dari kelompok. Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Setiap hari manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Pada umumnya, manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil mempunyai status dan norma yang mempengaruhi perannya, kelompok juga dapat berbeda menurut besaran dan kohesivitisnya. Maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai perilaku kelompok dalam organisasi.
B. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan perilaku kelompok dalam organisasi?
- Apa saja teori teori pembentukan kelompok?
- Apa saja bentuk bentuk kelompok dari perilaku kelompok dalam organisasi?
- Apa saja fungsi dari kelompok?
- Apa saja tahapan-tahapan perkembangan perilaku kelompok dalam organisasi?
- Apa manfaat kelompok bagi organisasi?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan dari makalah ini untuk mengetahui dan memahami pembelajaran Perilaku kelompok dalam organisasi, serta untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Teori Perilaku dan Organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku Kelompok dalam Organisasi
Secara etimologi, perilaku dalam bahasa inggris berarti “behavior” sedangkan secara terminologi, perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya “tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan”. Menurut Toha, perilaku merupakan suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkunganya. Suatu perilaku dapat diobservasi ketika perilaku itu dapat dilihat dan terukur serta dapat dihitung dalam kaitan dengan frekuensi dan atau jangka waktu. Jadi, perilaku adalah aktifitas individu atau manusia sebagai reaksi terhadap lingkungan yang dapat diamati.[1]
Kelompok dapat didefinisikan sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai tujuan tertentu. Secara formal kelompok afalah suatu kumpulan dua atau lebih orang-orang yang bekerja dengan yang lainya secara teratur untuk mencapai satu atau lebih tujuan umum. Kelompok dalam hal ini,lebih dari sekedar kumpulan orang-orang. Seperti untuk membeli karcis suatu pertandingan baseball atau berdesak-desakan di sekitar penusik jalanan.
Pada dasarnya kelompok ialah orang yang mempunyai kepentingan yang sama dan juga mempunyai beberapa landasan interaksi yang sama. Mereka saling terkait bersamaan dengan serangkaian hubungan sosial yang khas. Kelompok tersebut dapat terorganisasi dengan secara ketat dan juga berjangka panjang, tetapi juga dapat bersifat cair dan hanya sementara.
Didalam suatu kelompok yang sebenarnya, para anggota mempertimbangkan diri mereka sendiri dan bergantung satu dengan lainya untuk mencapai tujuan umum, dana mereka saling berhubungan satu dengan yang lain secara teratur untuk mengejar tujuannya atas dukungan dalam periode waktu. Ciri-ciri kelompok diantaranya adalah saling verunteraksinya angoota kelompok sehingga tindakan seseorang akan mempengaruhi atau dipengaruhi oleh orang lain dan meyakini adanya kemungkinan untuk berkerjasama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Moekijat menjelaskan bahwa suatu kelompok terdiri atas individu individu masing-masing memiliki suatu pola kemampuan kemampuan, sikap sikap dan sifat-sifat kepribadian yang khas. Sebuah kelompok dibedakan atas sifat-sifat yang merupakan pengaruh dari faktor-faktor seperti kepribadian individu-individu yang membentuk, hakikat hubungan hubungan antar individu dalam kelompok dan peranan kelompok dalam organisasi.
Secara etimologi, organisasi dalam bahasa inggris diartikan dengan “organization”. Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat yang mendefinisikan mengenai organisasi. Menurut James D. Mooney yang dikutip oleh wursanto, organisasi diartikan sebagai “organization is the from of every human association for the attainment of common purpose”. Organisasi merupakan bentuk dari setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama. Menurut Greenberg dan Baron yang dikutip oleh wibowo, organisasi adalah, “sistem sosial yang terstruktur terdiri dari kelompok dan individu bekerja bersama untuk mencapai beberapa sasaran yang disepakati.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah suatu bentuk kerjasama antara individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang telah disepakati.
Dari pengertian perilaku dan pengertian kelompok diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku kelompok adalah aktifitas yang dapat diamati dari dua atau lebih manusia atau individu yang berinteraksi dan berkumpul untuk mencapai tujuan tertentu.
Manusia sebagai individu mempunyai watak, temperamen, sifat dan kepribadian yang berbeda-beda. Apabila individu tersebut masuk menjadi anggota suatu kelompok, maka sifat, watak, temperamen dan keprobadianya akan ikut dibawa masuk kedalam kelompok. Dalam hal demikian maka akan terbentuk perilaku yang pada mulanya berorientasi kepada perilaku individu harus diarahkan dan dikendalikan ke arah perilaku yang berorientasi kelompok. Hal ini berarti perilaku individu harus diarahkan menuju kepentingan organisasi guna mencapai tujuan organisasi sehingga dalam perkembangan selanjutnya perilaku kelompok berkembang menjadi perilaku organisasi. Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menginvetigasi dampak perilaku dari individu, kelompok dan struktur dalam organisasi, dengan maksud menerapkan pengetahuan untuk memperbaiki efektivitas organisasi.
Jadi, perilaku kelompok dalam organisasi adalah aktifitas yang dilakukan dua atau lebih individu yang berkumpul dan berinterkais sebagai anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tertentu yang telah disepakati.
B. Teori-teori Pembentukan Kelompok
Teori pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah suatu teori yang berasal dari George Homans. Teorinya berdasarkan pada aktifitas-aktifitas, interaksi-interaksi dan sentimen-sentimen (perasaan atau emosi). Tiga elemen ini satu sama lain berhubungan secara langsung dan dapat dijelaskan sebagai berikut:[2]
1. Semakin banyak aktiftas-aktifitas seseorang dilakukan dengan orang lain (shared), semakin beraneka interaksi-interaksinya dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimen-sentimen mereka.
2. Semakin banyaknya interaksi-interaksi di antara orang-orang, maka semakin banyak kemungkinan aktifitas-aktifitas dan sentiment yang ditularkanya aktifitas dan interaksi-interaksi.
3. Semakin banyak aktifitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain semakin banyak sentimen sesorang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak kemugkinan ditularkanya aktifitas dan interaksi-interaksi.
Banyak teori lain yang berusaha untuk menjelaskan tentang pembentukan kelompok. Pada umumnya teori-teori tersebut saling melengkapi karena teori yang satu menerangkan dari sisi yang berbeda dari teori yang lain sehingga perbedaan sisi tadi membuat teori-teori pembentukan kelompok tersebut saling melengkapi.
Salah satu hal teori yang agak menyeluruh komprehensif penjelsanya tentang pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance theory of group formation) yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb. Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap di dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain. Teori lain yang sekarang ini sedang mendapat perhatian betapa pentingnya di dalam memhami terbentuknya kelompok ialah teori pertukaran (exchange theory) Teori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam berkerja. Dalam pemahaman beberapa teori pembentukan kelompok seperti yang diuraikan diatas dapat kemudian diidentifikasikan karakteristik dari suatu kelompok itu.
Menurut Reitz, Karakterisitik yang menonjol dari suatu kelompok antar lain :
1. Adanya dua orang atau lebih.
2. Yang berinteraksi satu sama lainya.
3. Yang saling membagi beberapa tujuan yang sama.
4. Dan melihat dirinya sebagai suatu kelompok.
C. Bentuk-Bentuk Kelompok
1. Kelompok Primer (Primary Group)
Menurut pendapat Charles H. Cooley (1911), diambil dari fred Luthans (1981), menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kelompok-kelompok primer adalah kelompok- kelompok primer yang mempunyai sifat adanya keakraban, kerja sama dan hubungan tatap muka mereka dalam beberapa perasaan tetapi pada intinya mereka secara mendasar membentuk sifat sosial dan cita-cita individu. Secara umum istilah kelompok kecil (small group) dan kelompok primer (primary group) di pakai bergantian. Suatu kelompok kecil dijumpai hanya untuk dihubungkan dengan suatu kriteria ukuran jumlah anggota kelompok yaitu kelompok yaitu kelompok kecil.
Secara umum tidak diikuti dengan jumlah yang tepat untuk kelompok kecil tersebut. Suatu kelompok primer haruslah mempunyai suatu prasaan keakraban, kebersamaan, loyalitas, dan mempunyai tanggapan yang sama atas nilai-nilai dari para anggotanya. dengan demikian, semua kelompok primer adalah kelompok yang kecil ukurannya, tetapi tidak semua kelompok kecil adalah primer. Contoh dari kelompok primer ini adalah keluarga (peer group).[3]
2. Kelompok Formal dan Informal
Kelompok formal adalah suatu kelompok yang sengaja dibentuk dengan struktur dan tujuan yang jelas untuk melaksanakan suatu tugas tertentu. Anggota-anggotanya biasanya diangkat oleh organisasi sejumlah orang yang ditetapkan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu merupakan bentuk dari kelompok formal ini. Dan contoh dari kelompok formal ini misalnya kepanitiaan, unit-unit kerja tertentu seperti tim manajer kelompok tukang pembersih, kelompok penyelenggara acara dan sebagainya.
Akan tetapi, sebagai akibat dari interaksi yang terjadi setiap hari, di antara anggota kelompok formal akan terjadi hubungan-hubungan yang akrab sehingga muncul apa yang disebut dengan kelompok-kelompok informal. Sehubungan dengan ini kelompok yang tidak sengaja dibentuk dan tidak memiliki struktur tugas yang tegas dan jelas muncul atas dasar minat yang sama, kedekatan dan persahabatan .
Jadi, kelompok informal adalah suatu kelompok tumbuh yang tumbuh dari proses integrasi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Anggota kelompok tidak diatur dan diangkat, keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok. Kelompok informal sering timbul dan berkembang dalam kelompok formal, karena adanya beberapa anggota secara tertentu mempunyai nilai-nilai yang sama yang perlu ditularkan sesama anggota lainnya.
3. Kelompok Terbuka dan tertutup
Yang dimaksud kelompok terbuka adalah suatu kelompok yang secara terus-menerus mempunyai rasa tanggap akan perubahan dan pembaharuan, sedangkan kelompok tertutup adalah kecil kemungkinannya menerima perubahan dan menjaga kestabilan. Kelompok terbuka berbeda dengan kelompok tertutup dapat dibedakan, sebagai berikut :
a. Keanggotaan dan kekuasaan
- Kelompok terbuka dapat dengan mudah menerima perubahan, penerimaan dan melepas keanggotannya dengan bebas. Anggota baru mempunyai kekuasaan yang relatif lebih luas di dalam kelompok terbuka.
- Kelompok tertutup memelihara kestabilan keanggotaan kelompok, dengan sedikit sekali kemungkinannya adanya penambahan atau pengurangan anggota setiap saat. Hubungan status dan kekuasaan biasanya lebih mapan dalam kelompok tertutup.
b. Kerangka Berfikir dalam Kelompok.
- Kelompok terbuka mempunyai banyak ide-ide dan masih segar berfikir untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan dalam kelompok.
- Kelompok tertutup kurang stimulus untuk menumbuhkan ide- ide baru yang segar menuju kearah pembaharuan.
c. Cara Memandang Waktu.
- Kelompok terbuka lebih berfikiran tentang masa sekarang dan masa depan yang dekat (near future), berorientasi jangka pendek merupakan ciri kelompok terbuka.
- Kelompok tertutup memelihara cara pandang masa lalu untuk bisa melanjutkan untuk masa-masa yang panjang dengan suatu perencanaan jangka panjang.
d. Tingkat Kestabilan.
- Kelompok terbuka, tidak stabil, dikarenakan jumlah anggota yang bersifat bebas dalam keluar dan masuk.
- Kelompok tertutup, lebih stabil, dikarenakan jumlah anggota yang bersifat tetap.
4. Kelompok Referensi
Kelompok referensi adalah setiap kelompok di mana seseorang melakukan referensi atasnya. Orang ini mempergunakan kelompok tersebut sebagai suatu ukuran (standard) untuk evaluasi dirinya dan atau sebagai sumber dari nilai dan sikap pribadinya. Kelompok ini dapat dikatakan memberikan dua fungsi bagi seseorang untuk evaluasi diri antara lain:
a. Fungsi Perbandingan Sosial (Social Compariso). Dalam fungsi ini seseorang menilai dirinya dengan membandingkan dirinya dengan diri orang lain berdasarkan kelompok organisasinya. Misalnya, ada seorang karyawan yang menjadi anggota kelompok asosiasi manajer, maka karyawan tersebut akan menilai dirinya baik dan berteman dengan para manajer, serta membandingkan dirinya dengan temannya yang tidak tergabung dalam kelompok sosial tersebut.
b. Fungsi Pengesahan Sosial (Social Validation). Dalam fungsi pengesahan sosial ini seseorang mempergunakan kelompok sebagai ukuran untuk menilai sikap, kepercayaan dan nilai-nilainya. Dalam hal ini seseorang di nilai dan dibandingkan dengan kelompok sebagai referensinya. Apabila kelompok itu berbuat baik maka seseorang anggota dalam kelompok tersebut dikatakan baik, sebaliknya apabila kelompok itu berbuat tidak baik maka seseorang dalam kelompok tersebut dikatakan tidak baik.
D. Fungsi-fungsi Kelompok
Kelompok dalam organisasi mempunyai fungsi tertentu baik untuk organisasi maupun anggotanya. Adapun fungsi kelompok bagi individu maupun organisasi adalah:[4]
1. Kelompok sebagai alat utama untuk mengurangi rasa ketidakamanan, kegelisahan, dan rasa kurang mampu. Para individu merasa lebih perkasa, mengurang rasa keraguan, lebih tahan dari ancaman-ancaman ketika ia merupakan bagian kelompok.
2. Kelompok menjadi alat untuk melakukan tugas-tugas yang kompleks, dan tugas-tugas yang memerlukan saling ketergantungan diantara dua orang atau lebih yang sukar dilakukan secara individual.
3. Kelompok merupakan alat utama pernyataan diri sendiri pemilikan pengakuan diri.
4. Kelompok menjadi alat bantu memunculkan ide-ide baru atau alat untuk menyelesaikan suatu tugas secara kreatif.
5. Kelompok merupakan alat utama untuk memenuhi kebutuhan afiliasi atau kasih sayang, yang didalamnya setiap orang memiliki kebutuhan untuk dukungan, cinta, dan persahabatan.
6. Kelompok dapat berfungsi sebagai alat koordinasi atau penghubung diantara beberapa departemen yang berkerja dalam kondisi saling bergantungan.
7. Kelompok dapat merupakan mekanisme pemecahan masalah yang membutuhkan pemprosesan sebagai informasi dan interaksi diantara anggota yang memiliki informasi yang berbeda.
E. Tahap-tahap Perkembangan Kelompok
Kelompok biasanya berkembang melalui sebuah urutan terstandar dalam evolusi mereka. Kita menyebut model ini model lima tahap perkembangan kelompok. Meskipun riset mengindikasikan bahwa tidak semua kelompok mengikuti pola ini, model tersebut adalah sebuah kerangka kerja yang berguna untuk memahami perkembangan kelompok. Dalam bagian ini, kita mendeskripsikan model umum yang terdiri atas lima tahap tersebut dan sebuah model alternatid untuk kelompok-kelompok sementara dengan tenggar waktu.Seperti diperlihatkan pada gambar model lima tahap perkembangan kelompok (five-stage-group-development-model) menyebutkan karakteristik perkembangan kelompok dalam lima tahap yang berbeda pembentukan, timbulnya konflik, normalisasi, hasil berupa kinerja, dan pembubarannya:
1. Tahap Pembentukan (forming). Memiliki karakteristik besarnya ketidakpastian atas tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelmpok tersebut. Para anggotanya “menguji kedalam air” untuk menentukan jenis-jenis perilaku yang dapat diterima. Tahap ini selesai ketika para anggotanya mulai menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
2. Tahap Timbulnya Konflik (Strorming). Satu dari konflik intrakelompok. Para anggotanya menerima keberadaan kelompok tersebut, tetapi terdapat penolakan terhadap batasan-batasan yang diterapkan kelompok tersebut terhadap setiap individu. Lebih jauh lagi, terdapat konflik atas siapa yang akan mengendalikan kelompok tersebut. Ketika tahap ini selesai, terdapat sebuah hierarki yang relatif kelas atas kepemimpinan dalam kelompok tersebut.
3. Tahap Normalisasi. Tahap ketiga ini adalah tahap di mana hubungan yang dekat terbentuk dan kelompok tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat sebuah rasa yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan. Tahap normalisasi (norming stage) ini selesai ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan kelompok telah mengasimilasi serangkaian ekspektasi definisi yang benar atas perilaku anggota.
4. Tahap Performing (Berkinerja). Pada titik ini struktur telah sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi kelompok telah berpindah dari saling mengenal dan memahami menjadi mengerjakan tugas yang ada.
5. Tahap Adjourning Stage (Pembubaran). Untuk kelompok-kelompok kerja yang permanen, berkinerja adalah tahap terakhir dalam perkembangan mereka. Tetapi, untuk komisi, tim, angkatan tugas sementara, dan kelompok-kelompok kerja yang mempunyai tugas yang terbatas untuk dilakukan, terdapat tahap pembubaran. Dalam tahap ini, kelompok tersebut mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi menjadi prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk menyelesaikan aktivitas-aktivitas. Respons dari anggota kelompok dalam tahap ini bervariasi. Beberapa merasa gembira, bersenang-senang dalam persahabatan dan pertemanan yang didapatkan selama kehidupan kelompok kerja tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut dapat kita katakan bahwa sebuah kelompok dikatakan efektif apabila memiliki hasil kerja yang tinggi dan suatu iklim kerja yang mendukung peningkatan hasil kerja. Hasil kerja dapat kita output kerja, seperti jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya kegiatan yang dilakukan untuk kelompok kerja yang tidak berhubungan dengan proses produksi barang. Mengenai iklim kerja dapat kita lihat indikasi yang dimiliki, seperti para anggota memiliki loyalitas yang tinggi, saling percaya, dan tingkat motivasi yang tinggi. John R. Schermerhorn Jr., James G.Hunt, dan Richard N. Osborn (1985) mengemukakan bahwa ada 8 ciri dasar suatu kelompok, dikatakan efektif yaitu:
1. Para anggota kelompok saling tertarik dan saling loyal, termasuk kepada pemimpinnya.
2. Para anggota kelompok dan pemimpin memiliki tingkat keyakinan diri yang tinggi dan saling percaya antara satu dengan yang lain.
3. Nilai dan tujuan kelompok terintegrasi dengan nilai dan kebutuhan anggotanya.
4. Semua interaksi, pemecahan masalah, aktivitas pengambilan keputusan kelompok terjadi dalam suasana yang mendukung. Saran-saran, komentar, ide-ide, informasi, kritik semuanya disampaikan dengan orientasi memberikan bantuan secara ikhlas.
5. Kelompok berkeinginan sekali membantu mengembangkan potensi anggotanya.
6. Kelompok memahami nilai persesuaian yang konstruktif dan mengetahui kapan menggunakanya dan untuk tujuan apa.
7. Terdapat motivasi yang kuat dari sebagian besar anggotanya untuk berkomunikasi secara jujur kepada kelompok tentang semua informasi yang sesuai dan bernilai untuk aktivitas kelompok.
8. Anggota merasa aman mengambil keputusan yang nampaknya sesuai dengan mereka.
F. Manfaat Kelompok bagi Organisasi
Banyak manfaat yang dapat dipetik dari adanya kelompok baik di dalam maupun di luar satuan organisasi, antara lain:
1. Kelompok merupakan alat perjuangan bagi anggotanya.
2. Kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan inovasi dan kreatifitas.
3. Kelompok lebih baik daripada perorangan dalam pengambilan keputusan yang mengangkut orang banyak
4. Anggota kelompok dapat memperoleh keuntungan dari pelaksanaan pengambilan keputusan.
5. Kelompok dapat mengendalikan dan mendisiplinkan anggotanya dibanding dengan mereka yang tidak masuk dalam kelompok.
6. Kelompok membantu menangkis pengaruh-pengaruh negative dari meningkatnya organisasi yang semakin besar.
7. Kelompok adalah fenomena alami di dalam organisasi. Perkembangannya yang spontan tidak dapat dihalangi, dan dibutuhkan oleh para anggota sebagai alat untuk mencapai tujuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku kelompok dalam organisasi adalah aktivitas yang dilakukan dua orang atau lebih yang berkumpul dan berinteraksi sebagai anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tertentu yang telah disepakati. Perilaku individu harus diarahkan menuju kepentingan organisasi guna mencapai tujuan organisasi sehingga dalam perkembangan selanjutnya perilaku kelompok berkembang menjadi perilaku organisasi. Ada begitu banyak manfaat dari keberadaan kelompok dalam suatu organisasi, baik manfaat untuk individu sebagai bagian atau anggota kelompok maupun bagi efektifitas kerja suatu organisasi yang sedang berjalan. Di dalam suatu kelompok yang sebenarnya, para anggota mempertimbangkan diri mereka sendiri dan bergantung satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan umum, dan mereka saling berhubungan satu dengan yang lain secara teratur untuk mengejar tujuannya atas dukungan dalam suatu periode waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Thoha Miftah, perilaku organisasi konsep dasar dan Aplikasinya, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada). 2009.
Umam Khaerul, Perilaku organisasi, (Bandung : Pustaka Setia). 2010.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Wursanto. Dasar-dasar organisasi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013. https://muhhasib.blogspot.com/2017/10/makalah-perilaku-kelompok-dalam.html?m=1
__________________
[1] https://muhhasib.blogspot.com/2017/10/makalah-perilaku-kelompok-dalam.html?m=1 diakses pada tanggal 20 April 2019. Pukul 20.35.
[2] Miftah Thoha, Perilaku Organisasi (Konsep dasar dan Aplikasinya), Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009, hlm.80.
[3] Khaerul Umam, Perilaku organisasi, Bandung : Pustaka Setia, 2010, hlm.95.
[4] Wursanto. Dasar-dasar organisasi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013. hlm.79
Baca juga: Karya Tulis