Makalah Pentingnya Motivasi Dalam Organisasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu perilaku organisasi belum banyak muncul dalam deretan mata kuliah di fakultas-fakultas yang mengembangkan ilmu administrasi Negara dan manajemen, barangkali karena dianggap belum begitu penting dan dirasakan masih cukup ditempelkan dalam pembahasan teori organisasi. Namun, belakangan ini. Teori perilaku organisasi sangat penting terutama untuk mengadepankan maupun mensukseskan suatu organisasi, maka teori perilaku organisasi sekarang ini sangat dibutuhkan.
Dengan sejalannya zaman, sebagai generasi penerus bangsa Indonesia ini kita harus mengetahui bagaimana teori perilaku organisasi yang baik, maju, maupun professional. Maka dari itu juga motivasi diperlukan dalam berorganisasi, makalah ini akan mengupas teori motivasi dalam berorganisasi dan hirarki motivasi kerja dalam berorganisasi.
Manusia hidup dimuka bumi ini selalu membutuhkan orang lain baik secara individu maupun berkelompok karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung hidup bersama dan saling membutuhkan satu sama lain. Kehidupan bersama dan berkelompok bisa dilihat dari cara manusia hidup dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam keluarga sebagai kelompok kecil, masyarakat sebagai kelompok yang lebih luas atau kelompok-kelompok lain dengan visi misi yang sama atau untuk tujuan tertentu.
Motivasi sangat penting dan berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian tujuan. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik akan menunjukkan hasil yang lebih baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang akan dapat melahirkan prestasi organisasi yang baik pula. Intensitas motivasi dalam organisasi sangat menentukan tingkat pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
B. Rumusan Masalah
- Apa pengertian dari motivasi?
- Apa pentingnya motivasi dalam organisasi?
- Apa saja dan bagaimana teori-teori motivasi dalam organisasi?
- Apa itu hirarki kebutuhan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan semua mahasiswa pada umumnya mampu memahami bagaimana motivasi dalam organisasi, dari makalah ini antara lain :
- untuk memahami apa itu motivasi.
- untuk memahami Apa pentingnya motivasi dalam organisasi.
- untuk memahami dan mengetahui bagaimana hirarki motivasi kerja dalam organisasi.
- untuk memahami apa itu hirarki kebutuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Motivasi
Kita dapat mendefinisikan motivasi dari sisi perilaku yang ditampilkan seorang. Orang-orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar daripada yang tidak. Namun, dafinisi ini bersifat relative dan hanya semberi sedikit penjelasan pada kita. Sebuah definisi yang lebih deskriptif namun kurang substantive mengatakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu menentukan kemampuan bertindak untuk memuasakn kebutuhan individu.[1]
Sebagaimana yang telah disinggung sedikit dalam beberapa pembicaraan bahwa motivasi merupakan salah satu unsur pokok dalam perilaku seseorang. Motivasi adalah suatu proses psikologi. Namun demikian, ini bukan berarti bahwa motivasi adalah satu-satunya unsur yang bisa menjelaskan adanya prilaku seseorang.banyak unsur lain yang dapat menerangkan terjadinya prilaku,seperti yang telah diuraikan di presentasi terdahulu bahwa kepribadian, dan lingkungan adalah unsur-unsur lain yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku tersebut.
Motivasi adalah suatu kondisi atau keadaan yang mendorong, merangsang atau menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai tujuannya, Motivasi merupakan fungsi dari berbagai macam variable yang saling mempengaruhi. ia merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri manusia yang secara psikologis terjadi interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, proses belajar dan penyelesaian persoalan. Untuk memberikan pemahaman yang lebih luas tentang motivasi perlu terlebih dahulu mengemukanakan pengertian motivasi.[2]
Menurut J.P Chaplin Motivasi adalah suatu variable perantara yang digunakan untuk menerangkan factor-faktor dalam diri individu, yang dapat membangkitkan, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu.
Menurut Sardiman (2000) fungsi motivasi belajar ada tiga yakni sebagai berikut:
1. Mendorong manusia untuk berbuat serta sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat dengan tujuan tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang motivasi, maka definisi motivasi dapat disimpulkan bahwa, motivasi merupakan suatu dorongan dalam diri individu yang merangsang atau menggerakan kegiatan kearah tertentu untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkannya.
B. Pentingnya Motivasi Dalam Organisasi
Mengarahkan atau menggerakkan individu dalam organisasi untuk mau bekerja adalah suatau keahlian dan kemampuan dalam memotivasi organisasi tersebut. Berdasarkan tujuan yang ingin di capai, manusia akan termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan yang dimilikinya, hal ini sejalan dengan Robins yang mengemukankan bahwa “motivasi organisasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual”. motivasi ini dapat juga dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dan upaya dalam diri individu untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki kebutuhan atau motivasi untuk berprestasi merupakan sumber daya manusia yang diperlukan dalam mencapai keberhasilan. Oleh karena itu setiap orang yang memiliki kebutuhan akan prestasi adalah pribadi yang dinamis, kreatif, partisipatif dan optimistis dalam melakukan setiap perbuatan dalam belajar.[3]
Ada dua sumber motivasi yang selalu harus tumbuh dalam setiap diri individu yaitu:
1. Motivasi internal. Yaitu motivasi dari dalam diri, dari perasaan dan pikiran sendiri yang tidak perlu adanya rangsangan dari luar, orang yang memiliki motivasi internal akan memandang dirinya secara positif.
2. Motivasi eksternal. Yaitu motivasi dari luar atau mendapatkan rangsangan dari luar. Sebagai contoh, seorang anak mendapat dukungan dari orang tuanya atau gurunya maka ia akan termotivasi untuk mendapatkan hasil yang baik karena pengaruh lingkungannya.
Kedua motivasi ini akan terlihat baik jika keduanya dikombinasikan dan tumbuh dalam sertiap individu. Namun dari kedua motivasi ini maka motivasi internal-lah yang harus ada, karena motivasi yang datang dari dalam diri sendiri akan membuat seseorang lebih semangat dan terdorong untuk berusaha mencapai tujuannya.
C. Hierarki Kebutuhan
Pendekatan terkenal yang telah diterima secara luas berkaitan dengan motivasi adalah teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow. Maslow membuat hipotesis bahwa dalam diri setiap manusia terdapat lima tingkatan kebutuhan. Yaitu:[4]
1. Kebutuhan fisik: Meliputi lapar, haus, tempat bernaung, seks, dan kebutuhan-kebutuhan tubuh lainnya.
2. Kebutuhan rasa aman: Meliputi keamanan dan perlindungan dari bahaya fisik dan emosi.
3. Kebutuhan social: Meliputi kasih saying, rasa memiliki, penerimaan, dan persahabatan.
4. Kebutuhan penghargaan: Meliputi factor-faktor internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi, serta factor-faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian.
5. Kebutuhan aktualisasi diri: Dorongan untuk menjadi apa yang mampu dia lakukan; meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi diri, dan pemenuhan kebutuhan diri sendiri.
Maslow memisahkan lima kebutuhan kedalam urutan lebih tinggi dan lebih rendah. Kebutuhan fisik dan rasa aman digambarkan sebagai urutan yang lebih rendah; social, penghargaan, dan aktualisasi diri dikategorikan sebagai kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi. Dua urutan tersebut dibedakan atas dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat tinggi terpuaskan secara internal, sedangkan kebutuhan tingkat rendah terutama terpuaskan secara eksternal (dengan hal-hal seperti upah, kontrak kerja, dan jabatan). Pada kenyataannya, kesimpulan yang biasa ditarik dari klarifikasi Maslow adalah bahwa dalam masa kecukupan ekonomi, hampir semua karyawan tetap akan menginginkan kebutuhan tingkat rendahnya benar-benar terpenuhi.[5]
Teori kebutuhan maslow telah menerima pengakuan yang luas, terutama di kalangan manajer praktis. Teori ini dapat diterima karena logis dan sederhana sehingga dapat dipahami. [6]
D. Teori-Teori Motivasi
Dewasa ini, beraneka ragam definisi diberikan tentang motivasi, suatu hal yang lumrah dalam ilmu-ilmu pengetahuan yang sifatnya tidak eksak. Banyak hal yang terkandung dalam berbagai definisi tentang motivasi antara lain adalah keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran dan dorongan. Dengan demikian suatu motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan sehingga motif itulah yang mengarahkan dan menyalurkan prilaku, sikap dan tindak tanduk seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan, baik tujuan organisasi maupun tujuan pribadi masing-masing anggota organisasi.
1. Teori motivasi Alderfer (Alderfer’s ERG Theory)
Alderfer mengenalkan 3 kelompok inti dari kebutuhan-kebutuhan itu, yakni:[7]
- Kebutuhan akan keberadaan (existence need). Adalah suatu kebutuhan akan tetapi bisa hidup. Kebutuhan ini kira-kira sama artinya dengan kebutuhan fisik Maslow dan sama pula dengan factor higienisnya Herzberg.
- Kebutuhan berhubungan (relatedness need). Adalah suatu kebutuhan untuk menjalin hubungan sesamanya melakukan hubungan social dan bekerjasama dengan yang lain.
- Kebutuhan untuk berkembang (growth need). Adalah suatu kebutuhan yang berhubungan dengan keinginan intrinsic dari seseorang untuk mengembangkan dirinya.
2. Teori motivasi Herzberg
Teori Herzberg ini pada hakikatnya sama dengan teori Maslow. Ada 2 sebutan yang terkenal: yaitu Dua Faktor Teori Motivasi dan Herzberg. Yaitu, kepuasan-kepuasan dalam bekerja disebut Motivasi, dan ketidakpuasan disebut Faktor Hygine. Teori 2 Faktor (Frederick Herzberg) berpendapat bahwa pekerja termotivasi oleh motivator (kebutuhan tingkat tinggi) ketimbang faktor maintenance (pemeliharaan).
Teori 2 Faktor dikembangkan oleh Frederick Herzberg tahun 1960-an. Herzberg mengkombinasikan kebutuhan tingkat rendah ke dalam satu klasifikasi yang ia sebut Hygiene-Maintenance, dan kebutuhan tingkat tinggi ke dalam satu klasifikasi yang dia sebut Motivator. Teori Dua Faktor berpendapat bahwa orang termotivasi oleh motivator ketimbang faktor maintenance-hygiene.
Bagi Herzberg, faktor maintenance-hygiene juga dapat disebut sebagai motivator yang bersifat ekstrinsik karena motivasi tersebut datang dari luar diri pekerja atau pekerjaan itu sendiri. Motivasi ekstrinsik ini termasuk gaji, keamanan pekerjaan, jabatan, kondisi kerja, jaminan perusahaan, dan hubungan kerja. Faktor-faktor ini berhubungan dengan hal memenuhi kebutuhan tingkat rendah. Pekerja berada pada kontinum tidak puas hingga bukan tidak puas dengan lingkungannya. Herzberg berdalih bahwa sekadar menyediakan faktor maintenance (pemeliharaan) akan mempertahankan pekerja untuk tetap menjadi tidak puas, dan hal tersebut tidak akan membuat mereka terpuaskan atau memotivasi mereka.
Sehubungan dengan faktor-faktor pemeliharaan, Herzberg yakin bahwa jika pekerja yang dianggap rendah kinerjanya lalu diberikan kenaikan gaji, maka mereka hanya akan beranjak ke posisi dari tak puas menjadi bukannya tak puas. Namun, setelah ditunggu sekian lama, pekerja tersebut tidak juga menunjukkan peningkatan kinerja. Hal ini terjadi karena perhatian hanya diberikan secara satu dimensi. Manajemen perlu pula memperhatikan faktor- faktor motivator agar menjadi tinggi sehingga pekerja menjaditermotivasi. Sehingga Herzberg berkata bahwa manajemen harus fokus pada satu-satunya motivator : Pekerjaan itu sendiri.
3. Teori Prestasi Motivasi Mc.Clelland
Tokoh motivasi lain yang mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi di atas kemampuan orang lain adalah David C. McClelland. Kemampuan seseorang untuk prestasi ini membuat McClellend terpesona untuk melakukan serangkaian riset empirisnya bersama assosiasinya di Universitas Harvard Amerika Aerikat. Selama lebih dari 20 tahun bersama timnya McClelland melakukan penelitian tentang desakan untuk berprestasi ini.
Menuru McClland, seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk bermotivasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. Ada 3 kebutuhan manusia menurut McClelland, yakni:[8] kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi dan kebutuhan untuk kekuasaan.
Kebutuhan ini terbukti merupakan unsur-unsur yang amat penting dalam menentukan prestasi seseorang dalam bekerja. Definisi motivasi berprestasi menurut McClelland adalah “suatu hasrat atau keinginan melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya bukan untuk memperoleh penghargaan sosial melainkan untuk mencapai kepuasan di dalam individu”. Menurut Clelland ada enam indicator orang yang mempunyai motif berprestasi tinggi yaitu:[9]
- Selalu memiliki rasa tanggung jawab pribadi yang tinggi.
- Selalu berani mengambil keputusan dan menanggung resiko.
- Selalu memiliki tujuan yang jelas apabila melakukan pekerjaan.
- Mampu melakukan perencanaan kerja secara menyeluruh dan berusaha mewujudkannya.
- Selalu memanfatkan peluang untuk merealisasikan rencana yang diprogramkan.
- Selalu mencari kesempatan untuk merealisasikan program-program yang telah direncanakan.
Dari gambaran diatas jelas terlihat bahwa motivasi berprestasi membuat orang cenderung merasa ditantang untuk melakukan pekerjaan dan menuntut dirinya untuk berusaha lebih keras melaksanakan pekerjaan-pekerjan tersebut dengan baik.
4. Teori X Dan Teori Y Dari Douglas Mcgregor
Douglas McGregor dengan teori motivasi yang menggabungkan teori internal dan teori eksternal yang merumuskan dua perbedaan dasar mengenai perilaku manusia. Kedua teori tersebut disebut teori X dan teori Y. Dalam Teori X, terdapat 4 asumsi yang diyakini oleh manajer, yaitu:
- Karyawan tidak suka bekerja dan bilamana mungkin, akan berusaha menghindarinya.
- Karena para karyawan tidak suka bekerja, mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
- Para karyawan akan mengglakkan tanggung jawab dan sedapat mungkin hanya mengikuti perintah formal
- Kebanyakan pekerja mengutamakan rasa aman (agar tidak ada alas an untuk dipecat) diatas semua factor dan hanya menunjukkan edikit ambisi.
Dalam Teori Y, terdapat 4 asumsi berlawanan yang diyakini oleh manajer, yakni:
- Para karyawan memandang pekerjaan sama alamiahnya dengan istirahat dan bermain.
- Seseorang yang memiliki komitmen pada tujuan akan melakukan pengarahan dan pengendalian diri.
- Seseorang yang biasa-biasa saja dapat belajar untuk menerima, bahkan mencari tanggung jawab.
- Kreativitas, yaitu: kemampuan untuk membuat keputusan yang baik didelegasikan kepada karyawan secara luas dan tidak harus berasal dari orang yang berada dalam manajemen.[10]
5. Teori Dewasa Dan Tidak Dewasa Chris Argyris
Teori predisposisi atau model predisposisi tentang motivasi didasari atas asumsi psikologis terhadap manusia, Chris Argyris berpendapat bahwa individu adalah organisme yang kompleks, dan organisme tersebut dapat menimbulkan kekuatan kerja pada diri individu untuk membangkitkan kebutuhan didalam dirinya.Model predisposisi Argyris ini pada hakekatnya mengelompokkan manusia organisasional kedalam dua kelompok, kelompok yang bersifat kekanak- kanakan dengan empat ciri negatif, dan kelompok yang bersifat dewasa dengan empat ciri positif.[11]
Argyris menyatakan ada 7 perubahan yang terjadi di dalam kepribadian orang yang tidak dewasa menjadi orang yang matang. Ke-7 perubahan itu antaranya:[12]
- Pasif menjadi aktif
- Tergantung menjadi tergantung
- Bertindak sedikit jadi banyak variasinya
- Minat yang tidak menentu dan dangkal, menjadi lebih dalam dan kuat
- Prespektif waktu jarak dekat, menjadi jarak jauh
- Posisi yang berada dibawah, menjadi posisi setingkat atau bahkan diatasnya
- Kekurangan kesadaran atas dirinya, menjadi tahu mengendalikan diri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang dan menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam suatu penerapan perilaku organisasi, pembahasan tentang motivasi dalam organisasi memang sangat penting dalam kajian perilaku organisasi. Karena setiap personil atau anggota organisasi pasti memerlukan suatu motivasi,baik dari dalam diri pribadi maupun dari orang lain, untuk itu apabila seseorang sudah terdorong atau termotivasi maka kinerja seseorang itu akan meningkat sehingga akan mempercpat proses penyelesaian tugas-tugas dan tanggung jawab dalam bekerja.
Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan, motivasi sangat diperlukan karena seseorang yang tidak memiliki motivasi tidak akan mungkin melakukan kegiatan tersebut. Ketika seseorang tidak mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu hal maka dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik.
Motivasi selain berperan dalam meningkatkan produktivitas bagi organisasi, motivasi juga memberikan kontribusi yang besar dalam memberikan masukan yang berarti kepada bawahan berkaitan dengan kinerja yang seharusnya diterapkan di suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta.
DAFTAR PUSTAKA
Stephen P. Robbins, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga, 2002.
http://duniapendidikanaceh.blogspot.com/2016/11/motivasi-dalam-organisasi.html, accesed; 11 2016 5.15 PM
Mesiono, Manajemen Organisasi. Cita Pustaka Media Perintis: Bandung, 2014.
Miftah thoha, Prilaku Organisasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007.
https://www.galinesia.com/2017/11/teori-motivasi-argyris-maslow-patton.html#, accesed; 11 2017 5.15 PM
__________________
[1] Stephen P. Robbins, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 2002), Hlm, 55.
[2]http://duniapendidikanaceh.blogspot.com/2016/11/motivasi-dalam-organisasi.html, accesed; 11 2016 5.15 PM
[3] Mesiono, Manajemen Organisasi, Cita Pustaka Media Perintis: Bandung. 2014
[4] Stephen P. Robbins, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 2002), Hlm, 56
[5] Stephen P. Robbins, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 2002), Hlm, 56
[6] Miftah thoha, Prilaku Organisasi, (Jakarta:PT. Rajagrafindo Persada, 2007), Hlm, 229
[7] MMiftah thoha, Prilaku Organisasi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), Hlm. 233
[8] Miftah thoha, Prilaku Organisasi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), Hlm. 235-236
[9] http://duniapendidikanaceh.blogspot.com/2016/11/motivasi-dalam-organisasi.html, accesed;112016 5.15 PM
[10] Stephen P. Robbins, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 2002), Hlm. 57-58
[11] https://www.galinesia.com/2017/11/teori-motivasi-argyris-maslow-patton.html#, accesed;11 2017 5.15 PM
[12] Miftah thoha, Prilaku Organisasi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), Hlm. 256
Baca juga: Karya Tulis