Makalah

Makalah Asas Dalam Organisasi

BAB I
PENDAHULUAN
 
A. Latar Belakang
    Organisasi adalah seperti mahluk hidup. Dia berubah dan berevolusi untuk beradaptasi dengan lingkungan. Organisasi yang berkembang saat ini adalah hasil evolusi. Organisasi menjadi sarana atau alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh manusia. Gibson dkk (1996:6) berpendapat, “Organisasi merupakan wadah yang memungkinkan masyarakat mencapai hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai individu-individu secara sendiri.” Melalui organisasi manusia akan lebih mudah dalam pencapaian tujuan yang lebih besar.
 
    Dalam oranisasi tentu ada tujuan akhir kita melakukan oranisasi tersebut bersama, sebelum mencapai kepada tujuan tersebut terdapat asas-asas organisasi yang perlu kita terapkan dan tinjau untuk mencapai kepada tujuan dalam berorganisasi, maka dari itu kami akan membahas poin-poin dalam asas-asas organisai.
 
B. Rumusan Masalah
  1. Apa yang dimaksud dengan asas organisasi?
  2. Apa saja macam-macam dari asas-asas organisasi?
  3. Apa saja ruang lingkup dari asas organisasi?
  4. Bagaimana merumuskan tujuan organisasi dengan jelas?
  5. Apa saja pembagian kerja?
 
C. Tujuan Penulisan
   Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menegtahui bagaiana cara yang baik dalam berorganisasi, baik dari pengertian asas-asas organisasi hingga sampai kepada tujuan dari asas-asas organisasi, tentu dalam lingkup pembagian kerja.
 
BAB II
PEMBAHASAN
 
A. Pengertian Asas-Asas Organisasi
    Asas organisasi atau biasa disebut dengan prinsip organisasi adalah berbagai pedoman yang sejauh mungkin hendaknya dilaksanakan agar diperoleh struktur organisasi yang baik dan aktivitas organisasi dapat berjalan dengan lancar.
 
    Asas-asas organisasi menurut Max Weber, antara lain:
 
1. Keahlian. Semua kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi, harus didasarkan keahlian, sehingga mampu menjalankan tugas dengan baik.
2. Jenjang hirarki. Setiap pelaksanaan tugas pekerjaan harus dapat dipertanggung jawabkan kepada atasan melalui mata rantai tingkat unit dalam organisasi.
3. Formalitas. Semua keputusan harus diambil secara formal dan tidak ada pertimbangan yang bersifat pribadi.
4. Meritokrasi system. Hal-hal yang menyangkut bidang kepegawaian harus didasarkan pada sistem kecakapan (maritokrasi system).
 
     Asas-asas organisasi menurut Franklin G More, yaitu:
1. Forecasting (ramalan) yaitu kegiatan meramalkan, memproyeksikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi bila sesuatu dikerjakan.
2. Planning (perencanaan) yaitu penentuan serangkaian tindakan dan kegiatan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
3. Organizing (organisasi) yaitu pengelompokan kegiatan untuk mencapai tujuan, temasuk dalam hal ini penetapan susunan organisasi, tugas dan fungsinya.
4. Staffing atau Assembling Resources (penyusunan personalia) yaitu penyusunan personalia sejak dari penarikan tenaga kerja baru. latihan dan pengembangan sampai dengan usaha agar setiap petugas memberi daya guna maksimal pada organisasi.
5. Directing atau Commanding (pengarah atau mengkomando) yaitu usaha member bimbingan saran-saran dan perintah dalam pelaksanaan tugas masing-masing bawahan (delegasi wewenang) untuk dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
6. Leading yaitu pekerjaan manajer untuk meminta orang lain agar bertindak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
7. Coordinating (koordinasi) yaitu menyelaraskan tugas atau pekerjaan agar tidak terjadi kekacauan dan saling melempar tanggung jawab dengan jalan menghubungkan, menyatu-padukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan.
8. Motivating (motivasi) yaitu pemberian semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan agar mengerjakan kegiatan yang telah ditetapkan secara sukarela.
9. Controlling (pengawasan) yaitu penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan.
10.Reporting (pelaporan) yaitu penyampaian hasil kegiatan baik secara tertulis maupun lisan.
 
B. Konsep Mendesain Struktur Organisasi
    Ketika manager atau pihak designer terlibat dalam suatu proses “konstruk” suatu struktur organisasi, maka ia akan bergulat dengan konsep-konsep dasar sebagai berikut:
 
1. Pembagian Kerja (Division of Work)
  Stoner, (1996: 7-8) mendefinisikan pembagian kerja sebagai pemabagian seluruh beban pekerjaan menjadi sejumlah tugas secara wajar dan nyaman yang dapat dilaksanakan oleh individu atau kelompok. Dapat didefinisikan juga sebagi upaya membagi pekerjaan menjadi pekerjaan yang kecil, sederhana, dalam kegiatan yang terpisah, di mana karyawan dapat mengkhususkan diri pada bidang tersebut sehingga produktivitas total meningkat secara geometric.
 
   Robbins, (1991: 286) menggunakan istilah division of labor untuk menyatakan bahwa dari pada menyerahkan seluruh pekerjaan pada satu individu, lebih baik pekerjaan tersebut dibagi ke dalam beberapa tahapan yang setiap tahapan pekerjaan itu diselesaikan oleh sejumlah individu. Individu melakukan spesialisasi dalam pekerjaan tersebut. Manajer membagi total tugas organisasi ke dalam pekerjaan yang spesifik dan mempunyai aktifitas yang spesifik. Ini berarti pekerjaan terkonsentrasi pada derajat spesialisasi. Dengan kata lain, pembagian kerja adalah luasnya pekerjaan yang dispesialisasikan.
 
(Gibson, 1997: 109) Pembagian kerja menciptakan tugas yang lebih sederhana, yang dapat dipelajari dan diselesaikan dengan relative cepat. Diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan memperkuat spesialisasi ketika setiap orang menjadi pakar dalam pekerjaan tertentu.
 
    Pembagian kerja dalam organisasi terjadi dalam cara sebagai berikut
a. Pekerjaan dapat dibagi berdasar bidang keahlian personal. Umumnya pembagian spesialisasi berkaitan dengan jabatan dan bidang keahlian professional. Contoh akuntan, perekayasa, ilmuan, ahli fisika.
b. Pekerjaan dapat dibagi ke dalam aktivitas berbeda berdasarkan pekerjaan yang dilakukan di organisasi. Contoh, pabrik seringkali memecah pekerjaan dalam suatu wilayah kerja seperti fabrikasi dan perakitan. Pekerja biasanya ditugaskan untuk melakukan satu dari dua aktifitas tersebut. Hal ini merupakan manifestasi dari pembagian kerjan yang disebut spesialisasi horizontal.
c. Pekerjaan dibagi ke arah vertical. Semua organisasi mempunyai hierarki yang wewenang dari menajer yang paling rendah ke manajer yang paling tinggi. Bahwa pekerjaan tersebut berdasar hierarkhi akan berbeda.
 
Pandangan klasik:
Pembagian kerja membuat penggunaan keahlian para pekerja menjadi lebih efisien. Pekerja terlatih atau berkeahlian tinggi dapat berpusat pada tugas yang memang memerlukan keahliannya. Jadi terdapat pembagian pekerjaan yang berdasar keahlian tingkat tinggi dan ada pekerjaan yang diperuntukkan bagi tenaga tidak terlatih untuk menghindari pembayaran gaji yang tinggi di mana pekerjanya hanya melakukan tugas atau pekerjaan yang mudah.
 
Pandangan kontemporer:
Ketika tugas dibagi-bagi menjadi tahapan kecil yang terpisah dan bila setiap pekerja betanggungjawab hanya pada satu tahapan maka akan muncul perasaan terasing. Muncul masalahya yaitu kebosanan, keletihan, stress, rendahnya produktivitas, rendahnya mutu, meningkatnya absensi, dan sebagainya. Untuk mengatasi hal ini mak produktivitas dapat ditingkatkan dengan memperluas lingkup pekerjaan melalui teknik perluasan kerja dan perbaikan kerja. Misal dengan memberikan pekerja berbagai aktivitas pekerjaan dan meletakkan mereka dalam suatu tim kerja. Perusahaan Volvo dari Swedia mengatasi di lini perakitan dengan mengembangkan pendekatan baru yang bersifat pekerjaan berdasarkan tim.
 
Pekerjaan bervariasi tergantung dari dimensi spesialisasi di mana beberapa pekerjaan bias menjadi sangat terspesialisasi di banding pekerjaan lainnya.
 
2. Kesatuan Komando (Unity of Command)
  Prinsip ini menekankan bahwa bawahan hanya boleh mempunyai satu atasan yang kepadanya dia bertanggungjawab langsung (Robbins, 1996: 288). Unity of Command penting karena akan mengurangi ambigu dan kemungkinan terjadinya konflik perintah (order) dari supervisor yang berbeda.
 
Pandangan Klasik:
Tidak ada pekerja yang harus melapor kepada dua atasan atau lebih. Terdapat pemisahan aktivitas yang jelas dimana ada masing-masing atasan yang bertanggungjawab atas aktivitas tersebut.
 
Pandangan Kontemporer:
Secara logika, konsep kesatuan komando hanya dapat diterapkan pada organisasi yang relative masih sederhana. Namun dalam sebagian besar situasi konsep ini dipakai. Meskipun banyak contoh yang menyebutkan bahwa kesatuan komando menciptakan kekakuan dalam organisasi yang merintangi organisasi untuk mencapai performa terbaiknya. (Robbins, 1996: 289)
 
3. Wewenang (Authority)
    Wewenang adalah hak yang melekat pada manager untuk memberi perintah dan dipatuhi (Robbins, 1996: 289). Menurut Gibson (1997: 107) wewenang adalah hak untuk membuat keputusan tanpa persetujuan manajer yang di atasnya lagi dan membutuhkan kepatuhan dari pihak lain yang telah ditunjuk. Definisi lain (walau dengan prinsip yang sama) dating dari Kossen (1991: 145-146), wewenang adalah hak atau delegasi kekuasaan kepada individu dalam organisasi untuk membuat keputusan, bertindak, atau arahan yang lainnya untuk bertindak.
 
    Sutisna (2000: 210), kewenanangan adalah hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu atas dasar kedudukan yang di tempati seseorang.
 
Bentuk Wewenang
Kossen (1991:144-151), menjelaskan tentang berbagai tipe wewenang formal yang berlaku saat ini
 
a. Line authority
Seorang manajer mengatur aktifitas yang berhubungan langsung dengan usaha pencapaian sasaran organisasi.
 
b. Line and staff authority
Menurut Sutisna (2000: 208) line staff tidak memiliki wewenang mengambil keputusan mereka dikarenakan pengetahuan teknis atau professional yang dimiliki memberikan bantuan atau nasihat kepada line member sehingga dapat terbebas dari detail yang tidak berhubungan langsung dengan operasional harian atau tidak juga membutuhkan keahlian atau pengetahuan khusus.
 
c. Fungsional
Staff ahli melaksanakan wewenang langsung atas beberapa jalur aktifitas departemen. Kadang-kadang wewewnang fungsional adalah hasil dari kebijakan tak tertulis.
 
d. Matriks
Adakalanya pegawai yang bekerja dalam departemen tertentu bekerja dalam suatu sistem proyek/ program atau produk manajemen. Masing-masing staf melapor pada dua atasan yaitu manager proyek dan manajer fungsional. Dengan demikian, terjadi rantai komando ganda (Sallis, 1988: 98)
 
Macam-macam wewenang
a. Sentralisasi wewenang
Semua pusat pengambilan keputusan berada di satu tangan.
 
b. Desentralisasi wewenang
Semakin banyak tugas yang harus diurus dan kebutuhan untuk mengambil keputusan secara cepat sehingga membutuhkan adanya penyerahan wewenang.
 
4. Rentang Kendali (Span of Control)
   adalah jumlah bawahan yang dapat diatur oleh manajer secara efektif. Rentang kendali manajemen mengacu pada jumlah orang dan departemen yang melapor langsung pada seorang manajer tertentu. Memilih rentang kendali manajemen yang memadai yang memadai untuk suatu hierarki organisasi penting karena ada dua alasan
 
a. Rentang itu dapat mempengaruhi apa yang terjadi pada hubungan kerja dalam sebuah departemen tertentu.
b. Rentang mempengaruhi kecepatan pengambilan keputusan dalam situasi yang melibatkan berbagai tingkat hierarki organisasi. 
 
Agar penetapan rentang kendali optimal ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan:
a. Kontak yang diperlukan
Bisa dilihat dari seberapa sering kebutuhan akan kontak diperlukan. Dengan kata lain, sebagai ganti pengiriman memo dan laporan, lebih baik organisasi memiliki hubungan yang sedalam mungkin dengan tim. Suatu kebutuhan untuk melakukan kontak sesering mungkin dan terciptanya koordinasi tingkat tinggi antara atasan dan bawahan.
b. Derajat spesialisasi
Seorang manajer pada tingkat yang lebih rendah dapat menangani lebih banyak anak buah karena pekerjaan pada tingkat rendah lebih khusus dan kurang rumit dibanding tingkat yang lebih tinggi.
c. Kemampuan organisasi
Individu yang bias dengan jelas dan tepat organisasi dengan bawahan dapat memenejemeni lebih banyak orang dibanding mereka yang tidak bias berkomunikasi.
 
5. Departementalisasi (departamentalization)
    Sebuah organisasi, manajer biasanya menggambarkan bagan organisasi untuk melukiskan bagaimana pekerjaan di bagi-bagi. Departementalisasi merupakan hasil keputusan manajer tentang aktifitasapa yang dapat dihubungkan dalam kelompok serupa setelah aktifitas itu dibagi-bagi mejadi tugas. Istilah lain departemen yang umumnya dapat digunakan adalah aktifitas seksi, divisi dan cabang. Beberapa dasar yang digunakan adalah sebagai berikut:
 
a. Departemenalisasi fungsi
Pengorganisasian berputar sekitar fungsi utama atau aktifitas. Dasar fungsional acapkali dijumpai pada organisasi yang relative kecil memberikan suatu rentang produk dan jasa yang sempit. Juga secara luas digunakan sebagi dasar dalam divisi organisasi multi produk yang luas.
 
b. Departemenalisasi territorial
Menetapkan kelompok berdasarkan area geografis. Perusahaan menemukan bahwa meningkatnya tuntutan akan produk mereka akan dapat menghemat biayadenganmenempatkan lokasi atau fasilitas pelayanan di berbagai tempat, murahnya pekerja dan material, akses yang lebih baik pada fasilitas transportasi, dekat dengan pasar, dan biaya pajak yang lebih menyenangkan.
 
c. Departemenalisasi produk
Semua pekerjaan yang berhubungan dengan produksi dan penjualan suatu produk atau lini produk akan ditempatkan dalam pengawasan seorang manajer. Ketika perusahaan tumbuh lebih menguntungkan bila ditetapkan atas dasar produk.
 
d. Departemenalisasi pelanggan
Bermaksud untuk menyediakan pelayanan yang lebih baik bag pelanggan atau untuk menarik tipe pelanggan tertentu. Upaya berdasar pelanggan diimbangi dengan upaya implementasi manajemen mutu terpadu, suatu praktik manajemen berdasar pelanggan yang didorong kedalam struktur berdasar pelanggan.
 
e. Departemen berdasar perlatan atau proses
Departemen di spesialisasi dan dipisah untuk mencapai efisiensi yang lebih besar dan penghematan biaya. Manajer akan selalu mendapat tantangan dalm mencoba mendirikan koordinasi kerjasama di antara berbagai departemen.
 
6. Prinsip Organisasi
a. Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas.
  Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai dengan demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi pelayanan keolahragaan seperti Komite Olahraga Nasioanal sebagai suatu organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan kesepahaman dan informasi ataupun pemberi kebijakan dalam dunia olahraga di Indonesia dan lain-lainnya.
 
b. Prinsip Skala Hirarkhi.
   Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, Sehingga dapat mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban dan akan menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan. Dalam hal ini,struktur keorganisasian berperan penting dalam tercapainya prinsip ini. Struktur keorganisasian yang baik dan terstruktur akan memberikan pembagian tugas yang jelas dan baik.
 
c. Prinsip Kesatuan Perintah.
    Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang atasan saja. Sehingga dalam prinsip ini pimpinan berperan penting dalam mengatur dan mengontrol sepenuhnya akan suatu kebijakan dalam perintahnya.
 
d. Prinsip Pendelegasian Wewenang.
   Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, Sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya lagi. Meski pengambilan keputusan itu tetap harus dipertanggungjawabkan kepada pimpinan atau atasan.
 
e. Prinsip Pertanggungjawaban.
    Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan. Dan setiap pegawai berkewajiban menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.
 
f. Prinsip Pembagian Pekerjaan.
   Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta menunjang efektivitas jalannya organisasi.Dalam pembagian kerja seorang pimpinan mempunyai kemampuan untuk memberikan peirntah / tugas terhadap pegawai.
 
g. Prinsip Rentang Pengendalian.
  Prinsip rentang pengendalian artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya. Dalam menentukan banyaknya jumlah bawahan maka harus adanya batasan proposional suatu organisasi. Disesuaikan dengan kebutuhan organisasi tersebut. Dan apabila jumlanya bawahan atau staf yang harus dikendalikan berjumlah banyak maka semakin besar juga pengendalian yang harus dilakukan.
 
h. Prinsip Fungsional.
   Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari pekerjaannya. Hal ini juga berhubungan dengan prinsip pembagian kerja. Dan secara prinsif fungsional struktur keorganisasian memiliki juga kekuatan penting dalam mengontrol dan mengatur pembagian tugasnya secara fungsional dalam fungsionalnya
 
i. Prinsip Pemisahan.
    Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain. Dalam pembagian tugas telah ada bagian masing – masing kerja tiap pegawai / staf dan akan dipertanggung jawabkan kepada pemimpin. Sehingga tugas yang telah diberikan sesuai kompeten masing – masing harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
 
j. Prinsip Keseimbangan.
   Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Dan tujuan tersebut adalah salah satu dasar kerja dari organisasi yang terbentuk. Organisasi yang aktivitasnya sederhana (tidak kompleks) contoh klub sepak bola di suatu desa terpencil, Struktur organisasinya akan berbeda dengan organisasi klub sepak bola yang ada di kota besar seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.
 
k. Prinsip Fleksibilitas
   Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya. Fleksibilitas dari suatu organisasi akan mempengaruhi eksistensi organisasi tersebut dalam menghadapi perkembangan. Organisasi yang mampu berkembang dan menyesuaikan terhadap pertumbuhan sosial akan mampu terus tumbuh dan membuat organsasi tersebut menjadi lebih baik.
 
l. Prinsip Kepemimpinan.
   Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.
 
C. Macam-Macam Asas Organisasi
   Agar suatu organisasi dapat berjalan baik perlu adanya asas-asas atau prinsip-prinsip tertentu. Atau dengan kata lain suatu organisasi yang baik perlu dilandasi oleh suatu asas-asas atau prinsip-prinsip tertentu.
 
    Dengan pengetahuan tentang asas-asas atau prinsip-prinsip organisasi maka dalam setiap usaha untuk mengorganisasi kalau tidak mau mengalami kesulitan atau kegagalan maka prinsip-prinsip tersebut harus kita perhatikan. Adapun beberapa asas atau prinsip organisasi yang perlu diketahui antara lain adalah sebagai berikut:[1]
 
1. Asas perumusan tujuan
Dalam menyusun suatu organisasi, maka asas yang harus diperkirakan adalah asas perumusan tujuan. Dengan asas tersebut maka berarti bahwa sebelum organisasi tersebut disusun, maka terlebih dahulu harus mengetahui tujuan dari organisasi itu dibentuk. Dengan lain menyusun organisasi tersebut bermaksud agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efisien dan efektif.
 
2. Asas pembagian kerja
Dimuka telah dikemukakan bahwa, dalam pembentukan atau penyusunan suatu organisasi adalah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. Karena suatu organisasi selalu membutuhkan tenaga-tenaga orang lain yang kadang-kadang tidak sedikit jumlahnya, maka perlu adanya pembagian kerja yang baik. Dengan adanya pembagian kerja maka tiap orang / bagian akan dapat mengetahui secara jelas tugas dan tanggung jawab serta kedudukannya masing-masing dalam organisasi tersebut. Dengan demikian, akan dapat diharapkan tidak terjadinya kesimpang siurang dalam pekerjaan sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efisien dan efektif
 
3. Asas pendelegasian wewenang
Bagi manajer sulit untuk melakukan seluruh pekerjaan seorang diri baik karena keterbatasan kemampuan waktu dan sebagainnya. Untuk itu perlu bagi seorang menajer dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya menyerahkan sebagian yang tidak begitu penting kepada bawahan-bawahannya.
 
4. Asas koordinasi
Dengan adanya pembagian kerja dalam suatu organisasi maka diharapkan dalam pelaksanaan tugas-tugasnya jangan sampai terjadi kesimpang siuran. Akan tetapi, dalam praktek adanya koordinasi yang baik maka kemungkinan kesimpang siuran itu tetap ada, sebab kecenderungan setiap orang atau setiap bagian mempunyai egoisme untuk berusaha melaksanakan tugasnya sebaik mungkin. Tindakan ini pada prinsipnya adalah baik, tetapi kalau tindakan ini berlebih-lebihan artinya tidak memperhatikan kegiatan-kegiatan lain maka justru dapat menyulitkan, misalnya bagian produksi berusaha untuk meningkatkan produksinya sebanyak mungkin tanpa memperhatikan bagian penjualan, maka ini berarti akan menimbulan over produksi (produksi yang berlebihan).
 
5. Asas batas efisiensi pengawasan
Dalam meningkatkan tugas masing-masing orang atau bagian tersebut mempunyai beberapa orang yang dibawah pengawasannya untuk itu batas-batas efisiensi pengawasan harus betul-betul diperhatiakan, artinya bila batas pengawasan orang hanya lima orang maka janganlah orang tersebut dibebani untuk mengawasi delapan orang. Bebrapa batas yang tepat sebenarnya tergantung pada situasi dan kondisi masing-masing yang tidak dapat dibaut standar secara tegas. Perbedaan kecakapan yang memimpin, sikap pekerjaan dan faktor-faktor lain ikut pula menentukan beberapa batas yang paling baik
 
6. Asas pengawasan umum
Suatu organisasi tidak dapat terjamin kelancarannya bila pengawasannya kurang baik untuk itu maka dalam penyusunan organisasi harus dilakukan sedemikian rupa misalnya diusahakan penyusunan organisasi yang sederhana sehingga dengan demikian pimpinan akan mampu melakukan pengawasan secara keseluruhan.
 
D. Perumusan Tujuan Organisasi dengan Jelas
     Tujuan organisasi harus dirumuskan dengan jelas. Tujuan ini yang akan memandu setiap orang dalam organisasi. Semakin jelas tujuan yang akan di raih maka semakin mudah pula organisasi menentukan langkah yang tepat. Tentang pentingnya perumusan tujuan ini dalam buku Guilding Principles of Public Administration dikemukakan sebagai berikut:
1. Organisasi tanpa tujuan tak ada artinya dan hanya merupakan penghamburan uang belaka;
2. Organisasi didirikan untuk mencapai tujuan tertentu;
3. Dasar dari organisasi terletak pada maksud dan tujuan yang telah ditetukan;
4. Tujuan organisasi harus dimengerti dan diterima oleh para pegawai dan dicamkan sedalam-dalamnya dalam jiwa mereka.
 
E. Pembagian Kerja
  Jikalau dikaji kembali tentang definisi organisasi, maka akan kita jumpai salah satu unsurnya ialah adanya dua orang atau lebih yang bersepakat untuk mengadakan kerjasama, untuk mencapai tujuan yang mereka kehendaki bersama.
 
 Maka agar mereka dapat melakukan kegiatan dengan baik, dalam arti juga untuk meringankan beban masing-masing pihak, maka perlu diadakan pembagian tugas pekerjaan. Baik pembagian tugas ke dalam satuan-satuan organisasi, ke dalam sub-sub unit, atau sampai ke dalam satuan-satuan pelaksana (operating unit).
 
   Sehingga di dalam organisasi akan terdapat satuan-satuan organisasi dengan pejabat, tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta hubungan satu sama lain, yang masing-masing pejabat mempunyai peranan tertentu dalam lingkungan kesatuan yang utuh. Tetapi tidak merupakan pengkotakan tugas dan tanggung jawab.
 
   Jadi dengan singkat dapat dikatakan, bahwa pembagian tugas pekerjaan adalah aktivitas untuk membagi-bagi tugas pekerjaan, ke dalam satuan-satuan tertentu atau ke dalam bagian-bagian yang khusus. Dan karena organisasi dalam arti filosofis adalah manifestasi kemampuan manusia untuk bekerja secara kooperatif, maka tugas-tugas yang terdapat di dalam organisasi harus dibagi-bagi sesuai dengan kemampuan, keahlian dan bakat orang-orang di dalam organisasi.
 
    Awal abad 20, Hery Ford menjadi kaya dan terkenal dengan membuat mobil pada sebuah lini perakitan. Semua buruh ford diberi tugas yang spesifik dan berulang. Misalnya, satu orang hanya dengan memasang roda depan dan seorang lain akan memasang pintu kanan depan. Dengan memecah pekerjaan menjadi tugas-tugas kecil yang dibakukan, yang dapat dilakukan berulang-ulang, Ford mampu menghasilkan mobil setiap sepuluh detik walaupun menggunakan karyawan yang keterampilannya relatif terbatas.
 
    Ford memperlihatkan bahwa kerja dapat dilakukan dengan lebih efesien jika karyawan diperbolehkan berspesialisasi. Sekarang kita menggunakan istilah pembagian kerja, untuk memberikan sampai tingkat mana tugas dalam organisasi dipecah-pecah menjadi pekerjaan-pekerjaan yang terpisah.
 
    Prinsip dari spesialisasi kerja adalah daripada pekerjaan dilakukan oleh satu individu lebih baik seluruh pekerjaan itu dipecah-pecah menjadi sejumlah langkah, dan tiap langkah diselesaikan dengan individu yang berlainan. Pada hakikatnya, individu berspesialisasi dalam mengerjakan bagian dari suatu kegiatan, bukan mengerjakan seluruh kegiatan. Jadi, pembagian kerja menentukan sampai tingkat manakah tugas dalam organisasi dibagi-bagi menjadi pekerjaan-pekerjaan yang terpisah.
 
    Tentang pentingnya pembagian kerja Luther Gulick mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut:[2]
1. Karena orang berbeda dalam pembawaan, kemampuan serta kecakapan dan mencapai ketangkasan yang besar dengan spesialisasi.
2. Karena orang yang sama tidak dapat berada didua tempat pada saat yang sama.
3. Karena orang tidak dapat mengerjakan dua hal pada saat yang sama.
 
 
BAB III
PENUTUP
 
A. Kesimpulan
   Adapun beberapa kesimpulan yang bisa didapatkan dari makalah ini adalah adanya pengertian asas organisasi, yaitu berbagai pedoman yang sejauh mungkin hendaknya dilaksanakan agar diperoleh struktur organisasi yang baik dan aktivitas organisasi dapat berjalan dengan lancar. Dalam organisasi, perlu adanya pembagian kerja. Pembagian kerja dalam suatu organisasi harus lebih jelas agar tercipta lingkungan kerja yang teratur dan mengetahui tugasnya masing-masing.
  Departemenalisasi adalah pengelompokkan pekerjaan menjadi departemen aktivitas pekerjaan yang serupa secara logis berhubungan. Oleh karena itu hasil keputusan manajer tentang aktivitas harus dibagi-bagi menjadi tugas dan penamaan bagian atau kelompok pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
https://bukuteori.com/2017/12/02/asas-asas-organisasi/
 
__________________
[1] https://bukuteori.com/2017/12/02/asas-asas-organisasi/, diakses pada 29 Maret 2019, pukul 19.32

Baca juga: Karya Tulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *