Makalah

Makalah Pendekatan Teori Organisasi

BAB I
PENDAHULUAN
 
A. Latar Belakang
    Organisasi merupakan tempat berkumpul yang terdiri dari setidaknya dua individu atau lebih yang di dalamanya terdapat interaksi antar anggotanya. Manusia memiliki kebutuhan berbeda beda antara satu sama lain namun diantara perbedaan itu pasti ada kesamaan tujuan yang ingin dicapai, oleh karena itu untuk mencapai persamaan tujuan tersebut beberapa manusia berkumpul dan membentuk suatu kerjasama yang bersifat struktural dengan beberapa peraturan yang mengikat.
   Dalam suatu hubungan yang melibatkan interakasi dari berbagai individu pasti akan ditemukan banyak konflik, dari konflik internal maupun eksternal, yang dimana anggota organisasi harus bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan demi kepentingan bersama, karena apa yang ada didalam organisasi adalah milik bersama. Inilah titik penting atau manfaat terbesar dari penting nya berorganisai, karena organisasi layaknya miniatur kehidupan yang hakiki.
    Dalam kehidupan nyata kita biasa menemukan banyak kompleksitas atau masalah-masalah yang sebagian tidak bisa diselesaikan secara individu dan memerlukan bantuan orang lain baik dari segi saran hingga bantuan dalam proses penyelesaian masalah tersebut, dari organisasi inilah kita bisa menemukan banyak teman. Karena dengan berorganisasi maka akan memperluas relasi dari sana kita memiliki kemudahan dalam menemukan bantuan dalam menyelesaikan masalah.
  Lingkungan universitas atau kehidupan mahasiswa tidak jauh dari kata organisasi, mahasiswa belum dikatakan lengkap dari segi pengalaman jika hanya mahir dalam hal akademis namun kurang dalam hal non akademis. Hal non akademis disini bisa berarti organisasi. Dikatakan tidak lengkap karena yang akan lebih banyak dibutuhkan dalam kehidupan nyata bukanlah pengalaman yang bersifat pasif seperti mempelajari banyak teori teori didalam kelas namun lebih kepada pengalaman yang bersifat aktif yakni tindakan yang bisa diperoleh dari berorganisasi misalnya.
    Sebelum terjun sepenuhnya dalam ranah organisasi, maka kita harus mengetahui definisi yang sebenarnya dari organisasi itu sendiri agar kita tahu apa yang sepatutnya dilakukan dan pada akhirnya mendapat manfaat yang utuh dari proses organisasi tersebut.
 
B. Rumusan Masalah
     Dari banyaknya pembahasan mengenai organisasi, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:
  1. Apa teori organisasi dengan pendekatan klasik?
  2. Apa teori organisasi dengan pendekatan tingkah laku?
  3. Apa teori organisasi dengan pendekatan sistem?
  4. Apa teori organisasi dengan pendekatan struktural?
 
C. Tujuan Penulisan
      Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
  1. Mengetahui pendekatan organisasi secara klasik
  2. Mengetahui pendekatan organisasi secara tingkah laku
  3. Mengetahui pendekatan organisasi secara sistem
  4. Mengetahui pendekatan organisasi secara struktural
 
 
BAB II
PEMBAHASAN
 
A. Pendekatan Klasik
 Pandangan klasik tentang organisasi dinyatakan oleh Max Weber dengan mendemonstrasikan pendapatnya mengenai birokrasi. Weber membedakan suatu kelompok kerja sama, dengan organisasi kemasyarakatan[1]. Menurut dia, kelompok kerja sama adalah suatu tata hubungan sosial yang dihubungkan dan dibatasi oleh aturan-aturan. Aturan-aturan ini sejauh mungkin dapat memaksa seseorang untuk melakukan kerja sebagai suatu fungsinya yang ajek, baik dilakukan oleh pimpinan maupun oleh pegawai-pegawai administrasi lainnya.
 
    Aspek dari pengertian yang dikemukakan oleh Weber ini ialah bahwa suatu organisasi atau kelompok kerja sama ini mempunyai unsur kekayaan sebagai berikut:
  1. Organisasi merupakan tata hubungan sosial, dalam hal ini seseorang individu melakukan proses interaksi sesamanya didalam organisasi tersebut.
  2. Organisasi mempunyai batasan-batasannya tertentu (boundaries), dengan demikian seseorang yang melakukan hubungan interaksi dengan lainnya tidak atas kemauan sendiri. Mereka dibatasi oleh aturan-aturan tertentu.
  3. Organisasi merupakan suatu kumpulan tata aturan, yang bisa membedakan suatu organisasi dengan kumpulan-kumpulan kemasyarakatan. Tata aturan ini menyusun proses interaksi diantara orang-orang yang bekerja sama di dalamnya, sehingga interaksi tersebut tidak muncul begitu saja.
  4. Organisasi merupakan suatu kerangka hubungan yang berstruktur di dalamnya berisi wewenang, tanggung jawab, dan pembagian kerja untuk menjalankan sesuatu fungsi tertentu. Istilah lain dari unsur ini ialah terdapatnya hierarki. Konsekuensi dari adanya hierarki ini bahwa di dalam organisasi ada pimpinan atau kepala dan bawahan atau staf.
    Aspek lain yang barangkali sangat penting dikemukakan disini, bahwa Weber memberikan tambahan kriteria organisasi di lihat dari sifat kerja sama yang dilakukan orang-orang tersebut. Sifat kerja sama dalam organisasi lebih bercorak kerja sama assosatif, dan bukannya kerja sama yang komunal atau kerja bersama-sama seperti dalam keluarga.
 
    Konsep klasik lainnya tentang organisasi dikemukakan oleh Chester Barnard[2]. Bedanya Barnard dengan Weber ialah kalau Weber memikirkan tentang suatu sistem interaksi, maka Barnard menekankan tentang orang-orang sebagai anggota dari sistem tersebut. Barnard menyatakan bahwa organisasi itu adalah suatu sistem kegiatan-kegiatan yang terkoordinir secara sadar, atau suatu kekuatan dari dua manusia atau lebih. Dengan demikian Barnard menyumbangkan pendapatnya mengenai unsur kekayaan dari sesuatu organisasi, antara lain:
  1. Organisasi terdiri dari serangkaian kegiatan yang dicapai lewat suatu proses kesadaran, kesengajaan, dan koordinasi yang bersasaran.
  2. Organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang untuk melaksanakan kegiatan yang bersasaran tersebut.
  3. Organisasi memerlukan adanya komunikasi, yakni suatu hasrat dari sebagian anggotanya untuk mengambil bagian pencapaian tujuan bersama anggota lainnya. Dalam hal ini Barnard menekankan peranan seseorang dalam organisasi, di antaranya ada sebagian anggota yang harus diberi informasi atau dimotivasi, dan sebagian lainnya yang harus membuat keputusan.
    Pola-pola instiusi yang ada memungkinkan suatu sistem atau aturan-aturan kantor untuk lebih kurang menjadi tetap dan mantap dinamakan organisasi. Pola semacam ini dapat dikenali dengan suatu harga kekayaan sebagai berikut:
  1. Mempunyai identitas
  2. Mempunyai kelangsungan
  3. Mempunyai jadwal kerja (calendarity)
  4. Mempunyai otoritas.
    Amitai Etziomi mengemukakan konsepsi organisasi sebagai pengelompokan orang-orang yang sengaja disusun mencapai tujuan tertentu[3]. Kelompok semacam ini mempunyai karakteristik antara lain:
  1. Mempunyai pembagian kerja, kekuasaan, dan pertanggungjawaban yang dikomunikasikan. Pembagian ini tidaklah dilakukan secara acak (random) melainkan sengaja direncanakan untuk meningkatkan usaha mencapai tujuan tertentu.
  2. Adanya satu atau lebih pusat kekuasaan yang dapat dipergunakan untuk mengendalikan usaha-usaha organisasi yang telah direncanakan dan yang dapat diarahkan untuk mencapai tujuan. Pusat kekuasaan ini juga harus dapat dipergunakan untuk menilai kembali secara ajek pelaksanaan organisasi, dan menyempurnakan struktur yang dianggap perlu untuk meningkatkan efisiensi.
  3. Adanya usaha pergantian kepegawaian, misalnya seseorang yang cara kerjanya tidak memuaskan dapat dipindah dan diganti oleh orang lain.
   Konsepsi organisasi sebegai kolektivitas, dikemukakan oleh Richard Scott[4]. Menurut konsepsinya organisasi itu diciptakan sebagai suatu kolektivitas yang sengaja dibentuk untuk mencapai suatu tujuan khusus tertentu yang sedikit banyak didasarkan pada asas kelangsungan. Menurut Richard Scott, adalah akan lebih jelas persoalannya bahwa organisasi itu bagaimanapun adanya, mempunyai gambaran prospek yang jelas, dan berbeda dari sekedar kekhususan tujuan atau kelangsungan aktivitas. Perbedaan gambaran itu meliputi hal-hal berikut ini:
  1. Adanya batas-batas yang jelas.
  2. Adanya aturan-aturan yang normatif.
  3. Adanya jenjang otoritas.
  4. Adanya suatu sistem komunikasi.
  5. Adanya suatu sistem intensif yang mampu mendorong berbagai tipe pastisipasi dalam usaha bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu
    Pengertian-pengertian organisasi yang dikemukakan di atas adalah hanya beberapa dari sekian banyak rumusan pengertian yang dikemukakan oleh para ahlinya. Usaha penampilan beberapa rumusan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaan awal tentang apa dan bagaimana organisasi itu.
 
  Dari pendapat-pendapat di atas, nampaknya organisasi dapat dirumuskan sebagai kolektivitas orang-orang yang bekerja sama secara sadar dan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu. Kolektivitas tersebut berstruktur, terbatas dan beridentitas yang dapat dibedakan dengan kolektivitas-kolektivitas lainnya.
 
B. Pendekatan Tingkah Laku
  Menurut Thoha istilah prilaku organisasi merupakan terjemahan dari organizational behavior. Prilaku organisasi merupakan suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Perilaku organisasi meliputi aspek yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia, serta aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap aspek organisasi[5].
 
    Sedangkan menurut Fred Luthans, perilaku organisasi merupakan pemahaman, prediksi, dan manajemen perilaku manusia dalam organisasi.
 
    Larry L. Cumming Presiden Akademi Manajemen di Amerika Serikat memberikan suatu analisis perbedaan antara perilaku organisasi dengan disiplin lain yang erat hubungannya dengan ilmu perilaku, yaitu:
  1. Perilaku organisasi dengan psikologi organisasi: psikologi organisasi membatasi konstruksi penjelasannya pada tingkat psikologi saja, sedangkan perilaku organisasi konstruksi penjelasannya berasal dari multi disiplin. Sedamgkan persamaannya adalah kedua bidang tersebut menjelaskan perilaku orang-orang di dalam suatu organisasi.
  2. Perbedaan perilaku organisasi dan teori organisasi, perilaku organisasi dirumuskan sebagai suatu studi dari tingkah laku individu dan kelompok di dalam suatu organisasi sedangkan teori organisasi adalah studi tentang susunan, proses, dan hasil-hasil dari organisasi itu sendiri.
    Larry L. Cummings juga menekankan bahwa perilaku organisasi adalah suatu cara berpikir, penemuan, beserta tindakan-tindakan pemecahan.
 
  Menurut Joe Kelly, perilaku organisasi dapat dipahami lewat suatu penelaahan dari bagaimana organisasi itu dimulai, tumbuh, dan berkembang, dan bagaimana pula suatu struktur, proses dan nilai dari suatu sistem tumbuh bersama-sama yang memungkinkan mereka dipelajari dan disesuaikan pada lingkungan.
 
    Tujuan mempelajari perilaku organisasi:
  1. Memahami perilaku yang terjadi dalam organisasi
  2. Meramalkan kejadian-kejadian yang terjadi dalam organisasi
  3. Mengendalikan prilaku
C. Pendekatan Struktural
    Berdasarkan tipenya, organisasi dapat dibedakan menjadi tiga[6]. Organisasi tipe piramid mendatar (flat), organisasi tipe piramid terbalik dan organisasi tipe kerucut. Masing masing tipe memiliki kelebihan dan kekurangan.
 
1. Tipe piramid mendatar (flat)
   Tipe organisasi piramid mendatar menjadi trand di era modern ini. Ciri utama organisasi piramid mendatar antara lain:
  • Jumlah satuan organisasi tidak banyak sehingga tingkat hierarki rendah
  • Jumlah pekerja atau bawahan yang harus dikendalikan cukup banyak
  • Jumlah pemimpin sedikit
    Pada era modern ini banyak menggunakan tipe piramid mendatar karena banyak memiliki keunggulan. Adapun keunggulan dari tipe ini antara lain: komunikasi pimpinan-bawahan relatif tidak memiliki jarak, pemimpin dapat mengawasi pekerjaan secara langsung, pengurangan biaya over head yang berasal dari insentif pimpinan, koordinasi mudah, tanggap terhadap perubahan karena tingkat koordinasi yang simple, mendorong munculnya inovasi dari karyawan.
 
  Seorang pimpinan dalam organisasi tipe mendatar memiliki tanggung jawab besar. Hal tersebut dikarenakan rentang kendali yang lebar, seorang pimpinan harus bertanggung jawab mengontrol karyawan dalam jumlah banyak. Hal ini akan nampak jika dibandingkan dengan tipe organisasi kerucut, di mana rentang kendali pimpinan sempit
 
2. Tipe Kerucut
  Tipe organisasi kerucut memiliki perbedaan dengan tipe organisasi mendatar. Letak perbedaannya yaitu pada rentang kendali dari pimpinan. Pada tipe ini rentang kendali pada pimpinan kecil atau sedikit sehingga hierarki kepemimpinan tinggi dengan jumlah pimpinan yang banyak. Implikasi dari rentang kendali (span of control) kecil dapat memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerja agar dapat dipromosikan dalam posisi tertentu. Namun terdapat beberapa kendala yang dihadapi organisasi tipe kerucut antara lain: kendala koordinasi yang membutuhkan waktu yang lama, komunikasi memerlukan beberapa jalur atau tingkat.
 
3. Tipe Piramid Terbalik
   Tipe organisasi piramid terbalik memiliki ciri jumlah jabatan pimpinan lebih besar dari pada jumlah pekerja. Berdasarkan segi kepangkatan, organisasi ini memiliki pegawai yang berpangkat tinggi lebih banyak jumlahnya dibanding dengan jumlah pegawai yang pangkatnya rendah. Tipe organisasi ini lebih cocok diterapkan pada organisasi dimana pengangkatan pegawainya berdasarkan jabatan fungsional bukan jabatan struktural, seperti lembaga penelitian (LIPI), lembaga pendidikan (akademik, sekolah tinggi, institute, universitas).
 
D. Pendekatan Sistem
    Menurut William B. Eddy, organisasi paling umum dalam sejarah umat manusia dapat dilukiskan berupa limas atau piramida. Pada puncak piramida tersebut terdapat: pengambil keputusan, kekuasaan, sumber informasi. Melalui tindakan pendelegasian wewenang dan penugasan lapisan berikutnya, manajer tingkat lebih rendah mengupayakan agar segala sesuatu berlangsung sebagaimana mestinya. Mereka meneruskan perintah-perintah ke “bawah” melalui jajaran-jajaran yang ada, sampai individual “paling bawah” melaksanakan tugasnya. Memang harus diakui, ada bentuk-bentuk organisasi lainnya. Akan tetapi model piramida merupakan model yang paling banyak digunakan dalam rentang sejarah peradaban manusia.
 
    Kebanyakan organisasi tergantung pada otoritas, yang dikonsentrasi dipuncak, bersama-sama dengan keterampilan intelegensi, pengambilan keputusan, dam manajemen. Pada zaman modern, desain organisasi telah dipengaruhi oleh dua macam kekuatan pokok[7].
 
   Pertama, setelah perkembangan historis yang berlangsung secara lambat, ide tentang kekuasaan yang tercangkup pada rakyat dan diberikan kepada para pemimpin rakyat telah mempengaruhi struktur-struktur organisasi.
 
    Kedua, kompleksitas teknologi yang makin meningkat, telah menyebabkan kompleksitas yang makin meningkat pada desain organisasi. Dahulu kala, pimpinan sebuah organisasi mengenal siapa saja lingkungan organisasinya. Dewasa hal tersebut tidak dimungkinkan lagi.
 
    Pendidikan umum yang makin bertambah baik dan ide-ide yang dimunculkan oleh orang-orang yang berada pada tingkatan lebih rendah di lingkungan organisasi-organisasi, sangat membantu pencapai tujuan-tujuan keorganisasian. Ini terwujud melalui partisipasi mereka dalam hal pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan perumusan tujuan.
 
  Desain sesuatu organisasi berubah sesuai dengan perubahan yang terjadi di dalam lingkungan dan kebutuhan-kebutuhannya yang berubah. Sebuah organisasi formal kuno, yang terdiri dari sebuah garis tunggal otoritas dari puncak hingga bawah. Di dalamnya hanya terdapat satu organ di puncaknya. Makin banyak orang pada masing masing lapisan sewaktu kita menyusur ke bawah hingga tingkat terendah memberikan kesan seakan-akan sebuah piramida. Atau desain organisasi yang terdapat personal staf dan garis pada semua tingkatan, mungkin lebih menyerupai sebuah persegi panjang atau bentuknya terus-menerus mengalami perubahan.
    Belakangan ini orang banyak membahas sebuah model organisasi sebagai sebuah sistem terbuka. Sebagai sebuah sistem, organisasi yang bersangkutan memasukkan bahan-bahan dasar dari lingkungan sekelilingnya, selanjutnya bahan-bahan tersebut diproses hingga menjadi produk-produk selesai atau jasa-jasa. Setelah itu produk-produk dan jasa-jasa tersebut diekspor kepada lingkungan yang bersangkutan.
 
Dalam buku Teori organisasi dan pengoraganisasian karya Prof. Dr. Winardi, S.E. beliau mengemukakan definisi mengenai sistem yakni:
 
“…….sebuah sistem merupakan suatu keseluruhan, yang terdiri dari aneka macam komponen (subsistem) yang saling berinteraksi satu sama lain dalam rangka upaya mengusahakan pencapaian sasaran-sasaran sistem yang bersangkutan.”
 
    Dalam hal adanya sistem terbuka, maka komponen-komponen sistem berinteraksi pula secara erat dengan lingkungan yang mengelilingi sistem yang bersangkutan . keberhasilan sistem tersebut tergantung pada eratnya kerjasama secara harmonis dan terpadu denagn lingkungannya, hingg apada akhirnya dicapai kondisi “simbiosis mutualisme”.
 
 
BAB III
PENUTUP
 
A. Kesimpulan
   Sebuah organisasi sudah melekat pada diri manusia sejak dahulu kala karena sejatinya manusia memiliki ketergantungan dengan beberapa aspek yang ada dalam organisasi, begitu pula sebaliknya bahwa organisasi membutuhkan manusia sebagai pelaku utama yang menjalankannya.
  Dalam pendekatan klasik organisasi yaitu terkhusus kepada beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli yang intinya organisasi merupakan sekumpulan orang dengan tujuan yang sama oleh karena itu mereka membentuk sebuah kerjasama.
    Dan dalam pendekatan tingkah laku yakni melihat sebuah organisasi dari sudut perilaku orang yang menjalankannya dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku seseorang menentukan efesiensi dan efektifitas tercapainya tujuan dalam organisasi dan aspek dalam organisasi mempengaruhi tingkah laku orang didalamnya.
    Dari pendekatan struktur organisasi, bahwa sepanjang masa peradaban manusia terdapat banyak tipe organisasi dan sebanyak itu pula macam-macam struktur yang ada
    Organisasi dengan beberapa tipenya pada zaman dahulu kala, banyak berevolusi karena pengaruh lingkungan dan kebutuhunnya, sebab itu beberapa tipe yang dikemukakan dalam tipe struktur organisasi juga mengalami pergeseran bentuk dan lebih dikenal sekarang dengan kata sistem terbuka dimana keberhasilan sistem tersebut tergantung pada eratnya kerjasama yang harmonis antar pelaku organisasi dengan lingkungannya.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
 
Thoha, Miftah. Prilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1983.
Marita Ahdiyana, Diktat Perilaku Organisasi, diakses dari https://www.scribd.com/document/353234066/diktat-perilaku-organisasi-pdf
Sucipto, Agus dan Siswanto. Teori dan Prilaku Organisasi, Malang: UIN-Malang Press.
Winardi. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003
 
__________________
[1] Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1983), hlm. 112.
[2] Ibid, h. 114
[3] Ibid, h. 115
[4] Ibid, h. 116
[5]Marita Ahdiyana, Diktat Perilaku Organisasi, diakses dari https://www.scribd.com/document/353234066/diktat-perilaku-organisasi-pdf
[6] Siswanto, M.Si dan Drs. Agus Sucipto, M.M, Teori dan Prilaku Organisasi, (Malang: UIN-Malang Press) cet.1, h. 21
[7] Prof. Dr. Winardi, S.E, Teori Organisasi dan Pengorganisasian (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2003) h. 41

Baca juga: Karya Tulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *