Makalah Identitas Nasional dan Integrasi Nasional
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, manusia senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia hidup secara berkelompok-kelompok. Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan membentuk suatu organisasi yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup yang besar. Dimulai dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar. Pada mulanya manusia hidup dalam kelompok keluarga. Selanjutnya mereka membentuk kelompok lebih besar lagi seperti suku, masyarakat dan bangsa. Kemudian manusia hidup bernegara. Mereka membentuk negara sebagai persekutuan hidupnya. Negara merupakan suatu organisasi yang dibentuk oleh kelompok manusia yang memiliki cita-cita bersatu, hidup dalam daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang sama. Negara dan bangsa memiliki pengertian yang berbeda.
Apabila negara adalah organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia maka bangsa lebih menunjuk pada persekutuan hidup manusia itu sendiri. Di dunia ini masih ada bangsa yang belum bernegara. Demikian pula orang-orang yang telah bernegara yang pada mulanya berasal dari banyak bangsa dapat menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa. Baik bangsa maupun negara memiliki ciri khas yang membedakan bangsa atau negara tersebut dengan bangsa atau negara lain di dunia. Ciri khas sebuah bangsa merupakan identitas dari bangsa yang bersangkutan. Ciri khas yang dimiliki negara juga merupakan identitas dasar negara yang bersangkutan. Identitas-identitas yang disepakati dan diterima oleh bangsa menjadi identitas nasional bangsa.
Identitas Nasional dalam konteks bangsa (masyarakat) memiliki beberapa contoh kegiatan dimana diantaranya ada yang membangun ada juga yang menghancurkan suatu ciri khas yang dimiliki suatu bangsa khususnya diIndonesia. Contoh kegiatannya diantaranya yaitu kegiatan khitanan, kegiatan tedhak siten, nyadran, pos kampling, budaya masyarakat tidak mau antri, membuang sampah disembarangan tempat, serta penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional yang disebut dengan Integrasi Nasional.
B. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan Identitas Nasional?
- Apa saja unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional?
- Apa itu Integrasi Nasional?
- Bagaimana penjelasan mengenai Identitas Nasional?
C. Tujuan Penulisan
- Mengetahui pengertian dari Identitas Nasional
- Mengetahui unsur-unsur pembentuk pada Identitas Nasional
- Mengetahui penjelasan mengenai Integrasi Nasional
- Mengetahui secara lebih dalam seluk beluk dalam Integrasi Nasional
BAB II
IDENTITAS NASIONAL DAN INTEGRASI NASIONAL
A. Pengertian Identitas Nasional
Secara etimologi, kata identitas berasal dari kata “Identity” (Inggris), yang berarti ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada diri seseorang sebagai pembeda dengan yang lain.[1] Dalam term antropologi, identitas adalah sifat yang khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi, golongan sendiri, kelompok sendiri, komunitas sendiri, atau Negara sendiri. Mengacu pada pengertian tersebut, maka pada dasarnya identitas tidak terbatas pada individu semata tetapi berlaku pula pada suatu kelompok.
Adapun kata nasional, berasal dari kata “nation” (Inggris), merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik maupun budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik seperti budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan. Himpunan kelompok-kelompok inilah yang kemudian disebut dengan istilah identitas bangsa atau identitas nasional yang pada akhirnya melahirkan tindakan kelompok (collective action) yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional. Kata nasional sendiri tidak bisa dipisahkan dari kemunculan konsep nasionalisme yaitu suatu paham mengenai kebangsaan.
Banyak kalangan berpendapat bahwa gelombang demokratisasi dapat menjadi ancaman serius bagi identitas suatu bangsa termasuk Indonesia. Dewasa ini, hampir tidak satu bangsa pun di dunia bisa terhindar dari gelombang besar demokratisasi. Gelombang demokrasi yang ditopang oleh kepesatan teknologi informasi telah menjadikan dunia seperti perkampungan global (global village) tanpa sekat pemisah. Lalu dimanakah identitas lokal berada dan bagaimana sebaliknya suatu bangsa menjadi bagian dari proses demokrasi global tanpa harus kehilangan identitas nasionalnya.
Berdasarkan pada fenomena tersebut, makalah ini akan membahas tentang identitas nasional: pengertian, unsur-unsur pembentuk identitas dan multi kulturalisme. Setelah pembahasan ini saudara diharapkan dapat:
- Memahami hakikat dan dimensi identitas nasional.
- Memahami unsur-unsur pembentukan identitas nasional.
B. Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional
Salah satu identitas bangsa Indonesia adalah dikenal sebagai sebuah bangsa yang majemuk. Kemajemukan Indonesia dapat dilihat dari sisi sejarah, kebudayaan, suku bangsa, agama dan bahasa, Indonesia memiliki berbagai macam unsur yang membentuknya.[2]
1. Sejarah
Menurut catatan sejarah, sebelum menjadi negara, bangsa Indonesia pernah mengalami masa kejayaan yang gemilang. Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu, seperti sama-sama menderita karena penjajahan.[3] Dua kerajaan Nusantara, Majapahit dan Sriwijaya misalnya, dikenal sebagai pusat kerajaan Nusantara yang pengaruhnya menembus batas-batas teritorial di mana dua kerajaan itu berdiri.
Kebesaran dua kerajaan Nusantara tersebut telah membekas pada semangat perjuangan bangsa Indonesia pada abad-abad berikutnya ketika penjajah asing menancapkan kuku imperialismenya. Semangat juang bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, menurut banyak ahli, telah menjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia yang kemudian menjadi salah satu unsur pembentukan identitas nasional Indonesia.
2. Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentukan identitas nasional meliputi tiga unsur, yaitu akal budi, peradaban, dan pengetahuan. Akal budi bangsa Indonesia dapat dilihat pada sikap ramah dan santun kepada sesama. Sedangkan, unsur identitas beradabanya tercermin dari keberadaan dasar negara Pancasila sebagai nilai-nilai bersama bangsa Indonesia yang majemuk. Sebagai bangsa maritim, kendala bangsa Indonesia dalam pembuatan kapal Pinisi dimasa lalu merupakan identitas pengetahuan bangsa Indonesia lainnya yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia.
3. Suku Bangsa
Kemajemukan merupakan identitas lain bangsa Indonesia. Namun demikian, lebih dari sekadar kemajemukan yang bersifat alamiah tersebut, tradisi bangsa Indonesia untuk hidup bersama dalam kemajemukan merupakan unsur lain yang harus terus dikembangkan dan dibudayakan. Kemajemukan alamiah bangsa Indonesia dapat dilihat pada keberadaan lebih dari ribuan kelompok suku, beragam bahasa, budaya, dan ribuan kepulauan.
4. Agama
Keanekaragaman agama merupakan identitas lain dari kemajemukan alamiah indonesia. Dengan kata lain, keragaman agama dan keyakinan di Indonesia tidak hanya dijamin oleh konstitusi negara, tetapi juga merupakan suatu rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang harus tetap dipelihara dan disyukuri bangsa Indonesia. Mensyukuri nikmat kemajemukan dapat dilakukan dengan sikap dan tindakan untuk tidak memaksakan keyakinan dan tradisi, baik mayoritas maupun minoritas, atas kelompok lainnya.
5. Bahasa
Bahasa indonesia adalah salah satu identitas nasional Indonesia yang penting. Sekalipun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bangsa Indonesia (bahasa yang digunakan bangsa Melayu) sebagai bahasa penghubung (linguafranca) sebagai kelompok etnis yang mendiami kepulauan Nusantara memberikan identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1929, yang menyatakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia, telah memberikan nilai tersendiri bagi pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia. Lebih dari sekedar bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki nilai tersendiri bagi bangsa Indonesia; ia telah memberikan sumbangan besar pada pembentukan persatuan dan nasionalisme Indonesia. Bangsa Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus sebagai identitas nasional indonesia.[4]
C. Integrasi Nasional
Ketika kita berbicara tentang persatuan dalam suatu negara, pasti tidak bisa terlepas dengan istilah integrasi nasional. dalam kehidupan berbangsa dan bernegara integrasi nasional menjadi suatu hal yang penting, terlebih di Indonesia yang mempunyai beragam suku dan latar belakang masyarakat yang berbeda. Integrasi nasional harus diterapkan dengan baik di Indonesia untuk mempertahankan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Selain itu juga menjaga nilai persatuan juga kesatuan bangsa melalui empat pilar yaitu Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 1945.
Berikut ini penjelasan lengkap seputar integrasi nasional. Mulai dari Pengertian integrasi nasional, syarat integrasi nasional, jenis integrasi nasional, faktor pendorong integrasi nasional, faktor penghambat integrasi nasional, contoh integrasi nasional, dll.
Secara etimologi, integrasi nasional berasal dari bahasa Latin yaitu Integrate yang artinya memberi tempat bagi unsur tertentu demi mewujudkan suatu keseluruhan. Sementara itu, kata Nasional berasal dari bahasa Inggris yaitu Nation yang artinya bangsa. Jadi istilah Nasional ini mengandung beberapa pengertian yaitu kebangsaan dan bersifat bangsa sendiri. Secara umum integrasi nasional secara politis adalah penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional. Sementara itu, secara antropologis, integrasi nasional adalah proses penyesuaian antara unsur-unsur kebudayaan yang beranekaragam untuk mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan bermasyarakat.
Agar tercipta suatu integrasi nasional, suatu bangsa ataupun negara harus mempunyai beberapa hal yang kuat dan pokok. Berikut adalah syarat integrasi nasional:
1. Kesadaran
Rasa kesadaran merupakan hal yang penting dalam mewujudkan integrasi nasional, khsususnya kesadaran akan perbedaan dan saling menghargai antara satu dengan yang lainnya. Selain itu juga adanya rasa kesadaran akan pentingnya saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Adanya Konsensus Bersama
Untuk masyarakat yang majemuk seperti Indonesia ini, pastinya ada suatu kesepakatan atau konsensus bersama mengenai aturan dan nilai dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal itu bertujuan agar keragaman tidak menjadi penghalang untuk mewujudkan nilai persatuan dan kesatuan.
3. Adanya Nilai dan Norma
Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara pastinya ada nilai dan norma yang harus ditaati oleh setiap anggotanya. Hal itu memang sudah menjadi kesepakatan bersama sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari maupun bernegara. Nilai dan norma tersebut sebenarnya ada yang berbeda antara suatu kelompok dengan yang lainnya. Namun, untuk nilai dan norma yang sama itu seringkali dalam skala nasional yang sifatnya universal atau menyeluruh bagi setiap masyarakat meskipun mereka juga beragam.
Berikut adalah jenis integrasi nasional yang juga menjadi strategi terwujudnya integrasi:
1. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses percampuran dua kebudayaan atau lebih menjadi satu kebudayaan yang baru yang sifatnya melebur, sehingga kebudayaan yang baru terbentuk tidak memiliki ciri-ciri kedua atau lebih kebudayaan pembentuknya.
Dalam hal ini, negara berusaha meleburkan beberapa kebudayaan agar dijadikan menjadi satu kebudayaan yang sifatnya lebih mudah diterima oleh semua masyarakat. Pastinya hal itu bertujuan untuk mewujudkan integrasi nasional di tengah keberagaman budaya dan sosial masyarakat. Cara ini cukup efektif untuk mencegah adanya saling klaim ataupun sifat etnosentrisme yang berlebihan.
2. Akulturasi
Akulturasi adalah percampuran dua macam atau lebih kebudayaan menjadi satu kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan sifat atau ciri-ciri budaya yang asli pembentuknya. Hal ini bisa diterapkan dalam suatu negara untuk menciptakan integrasi nasional di tengah keragaman budaya masyarakat.
Pemerintah atau negara bisa menjadikan cara ini sebagai suatu hal yang cukup inovatif dalam menciptakan persatuan dan kesatuan masyarakatnya. Meskipun demikian juga tetap menghargai dan memelihara nilai-nilai budaya tertentu dengan baik sebagai bentuk identitas budaya maupun sosial.
3. Pluralis
Pluralis merupakan paham yang menghargai adanya perbedaan dalam masyarakat ataupun negara. Paham ini berusaha mewujudkan integrasi nasional dengan cara memberi kesempatan bagi semua unsur perbedaan yang ada di masyarakat untuk lebih maju dan berkembang.
Bisa dikatakan paham ini sangat demokratis dan sangat tepat untuk diterapkan di Indonesia. Usaha pemberian kesempatan untuk setiap unsur keragaman yang ada tersebut didasarkan pada hak masing-masing komponen, sehingga semua bebas melakukannya dengan baik dan tidak melanggar norma dan nilai persatuan dan kesatuan.
4. Normatif
Integrasi normatif ini terwujud karena adanya norma-norma tertentu yang telah disepakati oleh masyarakat. Dengan berlakunya norma tersebut artinya masyarakat telah bersatu dan sepakat untuk menjalankan dan menaatinya. Jadi, adanya norma tertentu bisa mempersatukan masyarakat yang beragam di suatu negara.
5. Instrumental
Integrasi nasional dalam bentuk instrumental ini terlihat sangat nyata karena memang dari fisik orang atau masyarakat. Hal itu bisa terbentuk karena adanya kesamaan atau keseragaman antar individu atau kelompok dalam lingkungan hidup.
6. Fungsional
Integrasi fungsional terbentuk karena adanya kesamaan fungsi tertentu dalam suatu masyarakat. Mereka yang merasa mempunyai kesamaan fungsi atau peran cenderung mudah bersatu dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
7. Koersif
Integrasi koersif ini terjadi karena adanya paksaan dari pihak penguasa atau pemerintah. Jadi, sifatnya tidak secara suka rela ketika bersatu dalam suatu hal. Integrasi semacam ini pastinya tidak bisa bertahan lama dan kuat karena memang sifatnya yang terpaksa.
Berikut adalah faktor pendorong terciptanya integrasi nasional:
1. Rasa Senasib-Seperjuangan
Faktor ini merupakan hal yang sangat realistis dan sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Seperti halnya pada masa kolonialisme dulu di Indonesia banyak sekali masyarakat yang berasal dari berbagai kalangan maupun suku bersatu, bersama-sama melawan kolonialisme Belanda.
Mereka tidak mempedulikan perbedaan yang ada termasuk perbedaan usia dan agama. Hal itu disebabkan karena mereka mempunyai rasa senasib yaitu sama-sama dijajah dan seperjuangan yaitu sama-sama berjuang melawan kolonialisme. Mereka menggunakan berbagai cara dari diplomasi hingga perang fisik juga melalui organisasi-organisasi tertentu. Hingga akhirnya masyarakat Indonesia berhasil memproklamirkan diri sebagai bangsa dan negara yang merdeka pada 17 Agustus 1945.
2. Pemaknaan Ideologi Nasional
Setiap negara mempunyai ideologi tersendiri sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk Indonesia dengan Pancasilanya. Ideologi pancasila ini tidak bisa digantikan dengan ideologi lain karena memang itu merupakan keputusan final yang telah dirancang oleh founding father kita sebagai pandangan hidup.
Meskipun Indonesia mempunyai banyak perbedaan atau keragaman, namun bisa tetap bersatu karena masyarakat senantiasa menanamkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Jadi, setiap masyarakat Indonesia mempunyai pemaknaan yang relatif sama terhadap ideologi Pancasila.
3. Keinginan Bersatu
Tidak semua perbedaan membuat perpecahan, justru sebaliknya keragaman itu membawa suatu masyarakat pada suatu keinginan untuk bersatu. Keinginan tersebut salah satunya bertujuan untuk memperkuat suatu kelompok maupun negara. Mengingat persatuan merupakan cita-cita atau nilai-nilai dalam Pancasila yang harus diterapkan dalam kehidupan.
Seperti halnya ketika terjadi peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Para pemuda Indonesia yang berasal dari berbagai daerah, suku, dan latarbelakang bersatu mengucapkan sumpah yang bertujuan membentuk persatuan bangsa, negara, dan bahasa Indonesia.
4. Antisipasi Ancaman Luar
Ancaman dari luar bisa mempersatukan kelompok atau bangsa dalam suatu negara. Indonesia sudah sekian lama merdeka dengan beragam kebudayaan dan bentangan wilayah yang berdaulat. Hal itu memungkinkan terjadinya suatu ancaman dari luar seperti pengambilan wilayah atau pulau paling luar.
Hal itu menjadi kekuatan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk tetap bersatu dan mempertahankan kedaulatan wilayah Indonesia. Begitu pula dengan masalah kebudayaan, dimana masyarakat Indonesia cenderung fanatik dengan hal-hal yang berkaitan dengan budaya. Ketika suatu budaya yang sudah lama berkembang di Indonesia kemudian diklaim oleh negara lain, hal itu akan membuat bangsa Indonesia terusik dan menjadi bersatu untuk mempertahankan eksistensi kebudayaan tersebut.
Terciptanya suatu integrasi nasional juga bisa terhambat akibat beberapa hal. Terlebih lagi dengan negara Indonesia yang mempunyai beragam perbedaan dan bentangan wilayah yang sangat luas. Hal itu pastinya menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Berikut adalah beberapa faktor penghambat integrasi nasional:
1. Kurangnya Penghargaan Terhadap Kemajemukan
Tidak semua orang bisa memahami dan menghargai perbedaan yang ada. Mereka cenderung sulit untuk diajak mewujudkan persatuan dan kesatuan di tengah keragaman bangsa. Padahal kemajemukan sendiri merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya.
Oleh sebab itu, setiap masyarakat perlu memahami arti toleransi dan semacamnya, khususnya di Indonesia ini. Hal itu mengingat bahwa realita yang ada Indonesia mempunyai beragam agama dan budaya. Setiap orang atau kelompok masyarakat mempunyai agama ataupun kebudayaan yang berbeda-beda. Begitu pula mereka tidak bisa dipaksa dan tidak bisa di samakan mengenai hal itu.
2. Kuatnya Paham Etnosentrisme
Beberapa orang ataupun masyarakat di suatu daerah masih memegang teguh paham etnosentrisme. Paham ini menganggap bahwa etnis tertentu jauh lebih baik dan dominan dari yang lainnya. Hal ini biasanya terjadi dalam masyarakat pedalaman atau tradisional yang sulit pula dirubah cara pandang dan berpikirnya. Hal itu kemudian menyebabkan sulitnya terjadi integrasi nasional.
Oleh karena itu, paham nasionalisme perlu ditingkatkan dan disebarluaskan di seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Paham nasionalisme bukan hanya diberikan melalui pendidikan atau pengajaran saja, namun juga dalam bentuk prakteknya khususnya untuk yang masih dasar.
3. Ketimpangan Pembangunan
Pembangunan dalam suatu negara belum tentu mengalami kemerataan. Ada beberapa daerah atau wilayah yang masih sangat jauh dari kata sejahtera atau makmur. Demikianlah yang disebut dengan ketimpangan pembangunan dan hal itu menjadi penghambat terciptanya integrasi nasional.
Masyarakat yang berada di wilayah yang cukup tertinggal akibat ketimpangan pembangunan, cenderung acuh dengan rasa persatuan nasional. Bahkan bisa membuat masyarakat tersebut menentang pemerintah. Hal itu kemudian bisa menimbulkan perpecahan antara pemerintah dengan masyarakat tertentu.
Agar hal itu tidak terjadi, sebaiknya pemerintah berusaha memeratakan pembangunan yang ada, khususnya untuk daerah yang tertinggal dan terluar. Tujuannya bukan hanya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk, namun juga untuk mempersatukan dan mempererat hubungan antara pemerintah dengan masyarakat.
Contoh Integrasi Nasional Indonesia:
Sejak awal Indonesia berdiri sebagai negara kesatuan yang berdaulat, para pendiri bangsa ini menghendaki adanya persatuan Indonesia yang diwujudkan dengan menghargai perbedaan yang ada. Artinya terwujudnya integrasi nasional di Indonesia sudah ada sejak lama dengan tetap memberi kesempatan kepada unsur-unsur perbedaan yang ada.
Seperti halnya pada masa proses pengesahan pembukaan UUD (Undang-Undang Dasar) 1945 oleh PPKI pada 18 Agustus 1945, dimana bahannya diambil dari Piagam Jakarta dan di dalamnya terdapat rumusan Pancasila pernah menuai pro dan kontra antar sesama anggota PPKI. Pro dan kontra tersebut khususnya terkait dengan bunyi sila pertama yaitu “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Hal itu dirasa keberatan bagi beberapa anggota PPKI lainnya khususnya yang non-islam. Kemudian para pendiri bangsa lainnya berusaha menggantinya agar lebih demokratis dalam hal beragama untuk sila pertama tersebut. Dengan demikian, para pendidi bangsa telah mengesampingkan masalah perbedaan yang ada demi mewujudkan negara yang dapat melindungi segenap rakyat Indonesia.
Adapun penggantinya bunyi sila tersebut adalah “Ketuhanan yang Maha Esa”. Dengan demikian bunyi sila ini tidak bersifat memaksa dan menghargai perbedaan, khususnya keragaman agama yang ada dan berkembang di Indonesia.
Hal itu pastinya juga mengingat semboyan negara Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika yang artinya meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu. Keragaman bukan hal yang menjadi penghalang bagi kita untuk mewujudkan integrasi nasional, justru sebaliknya sebaiknya jadikan sebagai kekuatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal itu nyatanya sudah dibuktikan oleh Founding Father Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diatas telah kami paparkan mengenai Identitas Nasional dan Integrasi Nasional. Nasional, berasal dari kata nation, merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik maupun budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik seperti budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan. Himpunan kelompok-kelompok inilah yang kemudian disebut dengan istilah identitas bangsa atau identitas nasional. Secara umum integrasi nasional secara politis adalah penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Trianto & Triwulan, Tutik. Falsafah Negara dan Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.
Trianto. Tutik Titik Triwulan. Falsafah Negara dan Pendidkan Nasional. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. 2007
Winarno. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarata:Bumi Aksara. 2008.
Ghazali Muchtar & Majid Abdul. PPKN Materi Kuliah Di Perguruan Tinggi Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2016.
Kaelan. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.2004.
Sopaxyz. Contoh Makalah Identitas Nasional. http://sopaxyz.blogspot.com/2017/03/contoh-makalah-identitas-nasional-dalam.html. Diakses hari Senin tanggal 1 April 2019.
__________________
[1] Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Bumi Aksara,2008). Cet ke-2 hlm. 32.
[2] Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma,2016). Cet ke-11, hlm. 143.
[3] Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Bumi Aksara,2008). Cet ke-2, hlm. 33
[4] Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Bumi Aksara,2008). Cet ke-2, hlm. 45
Baca juga: Karya Tulis
Untuk makalah versi microsoft word-nya
ada disini/