Makalah Tata Laksana Manajemen Bimbingan Konseling
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan pendidikan yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Dalam rangka melengkapi usaha pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Salah satu bidang garapan pada layanan khusus di sekolah adalah layanan BK. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling (BK) bagi seorang konselor/guru bimbingan dan konseling merupakan pelaksanaan kegiatan yang cukup kompleks adanya. Konselor tidak hanya membutuhkan kecakapannya saja atau keahliannya, akan tetapi juga membutuhkan daya dukung lainnya berupa materi-materi tertentu, sehingga sesuatu yang direncanakan dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Dalam sebuah lembaga pendidikan bimbingan dan konseling merupakan suatu komponen yang sangat penting untuk memajukan mutu sebuah sekolah. Karena jika kita lihat pada masyarakat pada umumnya sebuah sekolah atau lembaga pendidikan secara umum dapat dikatakan berkualitas dengan cara melihat output yang dihasilkan oleh sebuah sekolah, dalam arti kata masyarakat akan menganggap sebuah sekolah itu berkualitas apabila siswa atau peserta yang dihasilkan memiliki kualitas dan memenuhi harapan yang masyarakat inginkan. Manajemen bimbingan konseling merupakan satu komponen yang sangat dibutuhkan dalam sebuah lembaga pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dari segi kematangan sumber daya manusia.
B. Rumusan Masalah
- Apa saja perlengkapan dan pengumpulan data dari tata laksana manajemen BK?
- Apa saja perlengkapan dan penyimpanan data dari tata laksana manajemen BK?
- Apa saja perlengkapan pelaksanaan bimbingan manajemen BK?
- Apa saja perlengkapan administrasi bimbingan manajemen BK?
- Apa saja perlengkapan fisik dari tata laksana manajemen BK?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana perlengkapan dan tata laksana manajemen bimbingan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perlengkapan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian-penelitian pada umumnya, termasuk dalam bimbingan dan konseling. Konseling baru dapat diberikan dengan baik jika data mengenai individu yang dibimbing sudah diperoleh. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui berbagai metode pengumpulan data dalam merealisasikan bimbingan dan konseling. Terdapat beberapa metode untuk pengumpulan data, berikut akan dipaparkan beberapa metode tersebut beserta perlengkapannya:
1. Observasi
Observasi merulakan salah satu metode khusus untuk mendapatkan fakta. Sehubungan dengan itu, Pauline V. Young (1975) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut.
“Observation is a systematic and delebrate study through the eye of spontanous occurrences at they acour. The purpose of observation is to pervice the nature and extent of significant interalated elements with complex social phenomena culture patterns or human conduct”.
Jadi, observasi merupakan suatu penelitian yang dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra (terutama mata) atas kejadian-kejadian yang langsung dapat ditangkap pada waktu kejadian itu berlangsung. Karena observasi dijalankan dengan menggunakan alat indra maka segala sesuatu yang dapat ditangkap dengan alat indra itu dapat pula diobservasi.
Menurut Hadi (1968), ada beberapa macam alat observasi yang dapat digunakan dalam situasi yang berbeda-beda, antara lain (1) anecdotal records, (2) catatan berkala, (3) chek list, (4) rating scale, dan (5) mechanical devices.
a. Anecdotal Records
Menurut Hadi (1968) anecdotal records bisa juga disebut sebagai “daftar riwayat kelakuan” yakni merupakan records atau catatan-catatan yang bersifat akumulatif dari tingkah laku individu yang luar biasa. Hal yang luar biasa inilah yang dicatat oleh observer atau pembimbing. Pembimbing mempunyai kebebasan untuk menentukan tingkah laku mana yang ia catat, yang dianggap penting atau luar biasa itu. Anecdotal records ini sangat membantu pembimbing di dalam memgadakan evaluasi terhadap anak-anak sehingga dengan melihat resords ini, pembimbing dapat lebih tepat di dalam memberikan evaluasi.
Pada prinsipnya, anecdotal records harus segera dibuat setelah suatu pristiwa terjadi. Pembimbing hatus mencatat dengan teliti kapan, apa, dan bagaimana kejadian itu di dalam keadaan objektif. Jadi, bukan bagaimana menurut pendapat observer atau pembimbing. Catatan ini akan memberikan gambaran yang lebih lengkap terhadap anaknyamg diobservasi.
Disekolah, kadang-kadang hal tersebut dikenal sebagai “buku hitam”. Dalam buku tersebut, tercantum nama anak-anak yang menunjukkan adanya tingkah laku yang laur biasa diapandang dari norma atau standar hukum.
b. Catatan Berkala
Lain halnya dengan anecdotal records, dalam catatan berkala ini pembimbing tidak mencatat kejadian-kejadian yang lau biasa, melainkan mencatat kejadian lada waktu-waktu tertentu. Apa yang dilakukan pembimbing? Pembimbing mengadakan observasi atas cara anak bertindak dalam jangka waktu tertentu dan kemudian pembimbing memberikan kesan umum yang ditangkapnya. Setelah itu pembimbing menghentikan observasi untuk kemudian melakukan observasi yang sama pada waktu-wakti sebelumnya.
c. Chek List
Chek list merupakan suatu daftar yang mengandung atau mencangkup faktor-faktor yang ingin diselidiki. Kadang-kadang chek list ini dihubungkan dengan nama anak-anak atau murid-murid bila ingin menyelidiki sifat-sifat mereka. Chek list tersebut dimaksudkan agar hasil observasi itu lebih sistematis. Chek list dapat membantu pembimbing karena pembimbing dapat mencatat kejadian-kejadian atau sifat-sifat yang dipandang penting seperti yamg ditetapkan dalam chek list tersebut terlebih dahulu. Dengan menggunakan chek list, pembimbing tinggal memberikan tanda-tanda tertentu (cek) pada aifat-sifat atau kejadian-kejadian yang mau diobservasi, yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.
Kalau chek list ini dipersiapkan dengan sebaik-baiknya maka tidaklah kecil bantuannya terhadap observer untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan anak-anak yang didalam kelas itu.
d. Rating Scale
Rating scale ini sangat erat hubungannya dengan chek list. Chek list digunakan untuk memberikan tanda koreksi (cek) terhadap ada tidaknya gejala atau sifat yang diobservasi, sedangkan dalam rating scale didapatkan adanya tingkatan-tingkatan. Jadi, tidak hanya menyangkut hal tidak-adanya gejala atau sifat itu. Rating scale pada umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku atau sifat-sifat yang harus dicatat secara bertingkat. Observer atau pembimbing mencatat pada tingkat yang bagaimana sesuatu sifat yang ada pada anak itu.
e. Mechanical Devices
Dengan afanya kemajuan di bidang teknik maka observer atau pembimbing dapat menggunakan alat-alatyang lebih baik di dalam melakukan obaervasi, misalnya dengan foto-foto/slide, type recorder, dan sebagainya.
2. Kuesioner
Kuesioner atau angket adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh responden atau orang/anak yang ingin diselidiki. Dengan kuesioner, dapat diperoleh fakta-fakta atau opini-opini. Pertanyaan pada kuesioner tergantung pada maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Hal tersebut mempunyai pengaruh terhadap bentuk dari pertanyaan yang ada dalam kuesioner itu. Pada umumnya, di dalam kuesioner itu ada 2 bagian yang pokok, antara lain: (1) Bagian yang mengandung data identitas, (2) Bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang ingin diperoleh jawabnnya.
3. Wawancara (interview)
Wawancara atau interview merupaka salah satu metode untuk mendapatkan data untuk anak atau individu lain dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan (face to face relation). Jika dilihat dari segi pertanyaan maka antara wawancara dan kuesioner terdapat persamaan. Dalam hal ini, keduanya wawancara dan kuesioner menggunakan pertanyaan-pertanyaan, hanya cara penyajiannya saja yang berbeda. Biasanya, pertanyaan pada wawancara disajikan secara lisan, dan kuesioner secara tertulis.
4. Sosiometri
Pengertian sosiometri pertama-tama dimemukakan oleh Moreno dalam bukunya yang berjudul Who shall Survive, yang kemudian mengalami perkembangan lebih lanjut. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa sosiometri sebenarnya menunjukkan sesuatu, yaitu tentang “ukuran berteman”. Jadi dengan sosiometri ini dapat dilihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman seseorang. Baik-tidaknya seseorang dalam berteman atau bergaul dapat dilihat dengan menggunakan sosiometri ini. Besar sekali peran sosiometri ini. Dengan demikian, besar sekali peran sosiometri untuk memdapatkan data sekitar anak-anak, terutama di dalam hubungan atau kontak sosialnya.
5. Tes
Tes adalah suatu metode atau alat untuk melakukan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan, atau tugas-tugas yang telah dipilih dengan seksama dan telah distandarisasikan. Ini berarti telah ada standar tertentu.
Jika ditinjau dari cara memgerjakannya, tes ini kelihatan seperti eksperimen, namun kedua metode ini sangat berbeda. Perbedaan yang pokok justru terletak pada standarisasi dari tes itu. Dengan eksperimen, orang mau menimbulkan gejala atau situasi yang ingin diselidiki dengan tujuan untuk mengecek suatu pendapat atau hipotesis, serta ingin mengetahui kemampuan-kemampuan atau faktor-faktor yang lain dari testee (orang yang dites). Hal yang penting pada tes adalah adanya standarisasi. Tentu saja, hal tersebut tidak terdapat dalam eksperimen
6. Case Study
Case study ini merupakan suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari sesuatu kejadian mengenai perseorangan (riwayat hidup). Ada hal-hal yang berbeda dengan metode-metode yang lain, dengan observasi, wawancara, dan kuesioner. Pada metkde case study ini, diperlukan bnyak informasi guna mendalatkan bahan-bahan yang agak luas. Metode ini merupakan integrasi dati data yang diperoleh dengan meyode-metode yang lain. Dengan metode case study ini, pembimbing dapat memperoleh tinjauan yang mendalam.
B. Perlengkapan dan Penyimpanan Data
Data murid yang telah terkumpul perlu disimpan dengan baik agar mempermudah jika sewaktu-waktu diperlukan kembali. Penyimpanan data ini dapat bersifat individual dan dapat bersifat berkelompok (misalnya menurut kelas, jenis kelamin, jurusan, masalah, dsbnya).
Data yang perlu dikumpulkan, disusun, dan dipelihara meliputi data pribadi dan data umum. Data pribadi siswa di sekolah, misalnya meliputi berbagi hal dalam pokok-pokok berikut:
- Identitas pribadi
- Latar belakang rumah dan keluarga
- Kemampuan mental, bakat dan kondisi kepribadian
- Sejarah pendidikan, hasil belajar, nilai-nilai mata pelajaran
- Hasil tes diagnostik
- Pengalaman ekstrakulikuler dan kegiatan luar sekolah
- Minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan/jabatan
- Prestasi khusus yang pernah diperoleh.
Alat penyimpanan data dapat berupa:
- Kartu. Bentuknya hanya satu lembar (satu halaman atau dua halaman). Penggunaannya untuk mencatat data murid mengenai aspek-aspek tertentu, misalnya: kesehatan, absensi, kemajuan akademis, kejadian-kejadian khusus, data sosiometri, masalah-maslah khusus, dsbnya.
- Folders. Bentuknya hampir sama dengan kartu, tetapi dapat dilipat sehingga menjadi empat halaman. Penggunaannya hampir sama dengan kartu. Folder menuangkan, mencatat data yang lebih banyak daripada kartu. Dibuat dalam bentuk dan ukuran serta warna tertentu dan disusun dalam suatu kotak secara teratur.
- Booklets. Lebih lengkap dari folder, merupakan suatu buku kecil, artinya lembarannya lebih dari empat halaman. Data dapat dicatat lebih banyak lagi, dan lebih luas, seperti nilai-nilai hasil belajar, kegiatan-kegiatan kelompok, kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler, dsbnya. Salah satu booklet misalnya buku rapor.
- Commulative record atau buku pribadi. Banyak data yang harus dicatat, maka dirasakan perlu ada suatu alat pencatatan yang menampung seluruh aspek data murid, alat tersebut dinamakan Commulative Record (catatan komulatif) dalam bentuk buku dan disebut buku pribadi. Buku ini terdiri atas beberapa halaman, tergantung kepada jumlah aspek data yang dapat dicatat didalamnya.
- Map. Digunakan untuk menyimpan data yang tidak dapat tersimpan dalam alat seperti tersebut diatas.
C. Perlengkapan dan Pelaksanaan Bimbingan
Untuk kelancaran pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling, maka perlu dipersiapkan alat-alat, sebagai berikut:
- Bentuk surat, seperti surat panggilan murid, surat panggilan orang tua, surat pemberitahuan home visit, surat panggilan guru, dan sebagainya.
- Kartu konseling, yang digunakan untuk mencatat segala kegiatan dan proses konseling untuk setiap murid.
- Kartu konsultasi, yang dipergunakan untuk mencatat kegiatan dan proses konsultasi baik dengan orang tua, guru-guru maupun pihak-pihak lain.
- Daftar kasus, yang berisi nama-nama kasus beseta masalahnya serta jadwal bimbingannya.
- Catatan case conference, yang digunakan untuk mencatat kegiatan dan proses case conference.
- Catatan bimbingan kelompok, yang digunakan untuk mencatat kegiatan dan proses bimbingan kelompok.
- Kotak masalah, yaitu kotak yang disediakan untuk menampung masalah baik dari murid, guru, ataupun dari pihak lain ditulis dalam selembar kertas yang kemudian dimasukkan kedalam kotak masalah.
- Papan pengumuman, digunakan untuk mengumumkan segala sesuatu yang dianggap perlu dalam hubungan dengan kegiatan bimbingan.
Dalam penyusunan program BK memerlukan sarana personil. Sarana personil dalam penyusunan program BK adalah orang-orang yang akan dilibatkan dalam penyusunan program BK sesuai tugasnya masing-masing. Orang-orang yang bisa dilibatkan dalam penyusunan rencana program BK adalah: konselor atau pembimbing, kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, perwakilan orang tua dan komite sekolah.[1]
Dalam meningkatkan mutu layanan Bimbingan Konseling di sekolah dan mutu pendidikan di sekolah membutuhkan fasilitas yang dapat membantu kegiatan pelayanan BK. Adapun fasilitas penunjang kegiatan layanan BK, sebagai berikut:
1. Sarana
Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008:110-111) bahwa sarana yang dibutuhkan untuk perlengkapan ruangan bimbingan dan konseling berupa rak, majalah, filling cabinets, almari, meja dan kursi, kotak masalah, papan media bimbingan, lockers, papan statistik, papan jadwal kegiatan BK, papan jadwal pelaksanaan program BK, papan pengumuman, tempat sampah, Rak buku dan perlengkapan lainnya. Demi terselenggaranya pelayanan BK yang sebaik-baiknya, disamping memperhatikan organisasi dan personil, juga perlu adanya perlengkapan untuk keperluan layanan bimbingan konseling yang meliputi:
- Alat pengumpul data, baik tes maupun non tes seperti: firmat-format, pedoman obserfasi, pedoman wawancara, angket, catatan harian, daftar nilai prestasi belajar, kartu konsultasi, instrument penelusuran bakat dan minat, dan sebagainya.
- Alat penyimpan data, khususnya dalam bentuk himpunan data seperti kartu pribadi, map, dan sebagainya.
- Perlengkapan penunjang teknis seperti data informasi, paket bimbingan, buku pedoman/petunjuk, buku informasi (pribadi/sosial, pendidikan, dan karir).
- Perlengkapan administrasi, seperti format rencana kegiatan, blanko surat, agenda, alat-alat tulis dan sebagainya.
2. Prasarana
Prasarana yang dibutuhkan untuk keperluan kegiatan pemberian bantuan peserta didik yang menghadapi masalah dan melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling yaitu ruangan dan lokasi ruang bimbingan dan konseling. Adapun ciri-cirri ruang pembimbing/konselor diantaranya adalah sebagai berikut:
- Ruang bimbingan dan konseling itu harus menyenangkan dan nyaman dalam arti tidak memberikan kesan yang sama dengan kantor atau pengadilan.
- Ruang bimbingan dan konseling itu sedapat mungkin bersifat artistik, sederhana, bersih dan rapi.
- Ruang bimbingan dan konseling itu hendaknya ditata sedemikian rupa, sehingga siswa dan konselor dalam keadaan rileks, tenang, dan damai selama proses konseling itu berlangsung.
- Ruang bimbingan dan konseling itu hendaknya mendapat penerangan atau sinar yang cukup.
- Ruangan bimbingan dan konseling itu hendaknya tidak terganggu dengan suasana keributan di luar.
- Dinding ruangan bimbingan dan konseling dihiasi dengan warna yang lembut, dan sederhana serta tetap menarik, (Sukardi, 2008: 98).
D. Perlengkapan Administrasi Bimbingan
Untuk kelancaran kegiatan administrasi BK perlu dipersiapkan perlengkapan administrasi seperti:
- Alat tulis menulis.
- Blanko surat seperti laporan bulanan, laporan mingguan, surat undangan, dan sebagainya.
- Agenda surat keluar-masuk.
- Arsip surat-surat.
- Catatan kegiatan harian.
- Buku tamu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun. Bimbingan merupakan suatu tuntunan. Hal ini mengandung arti bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnya. Disamping itu, bimbingan juga mengandung makna memberikan bantuan atau pertolongan dengan pengertian bahwa dalam menentukan arah diutamakan kepada yang dibimbingnya.
Oleh sebab itu, untuk menuntun atau mengarahkan dengan baik seorang pembimbing atau konselor juga membutuhkan tuntunan atau pedoman, pedoman tersebut yakni, data individu yang akan dibimbing yang dapat diperoleh dengan beberapa cara. Yaitu: observasi, wawancara, kuesioner, sosiometri, tes dan case study.
Setelah terkumpulnya data dengan metode-metode tersebut tugas konselor adalah menyimpan data dengan cara yang sistematis agar memudahkan ketika suatu waktu dibutuhkan. Dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling orang yang paling berpengaruh dalam proses pelayanannya adalah kepala sekolah yang dimana dibantu oleh beberapa orang dibawahnya seperti, guru BK, tenaga kependidikan dan semua orang yang terlibat dalam kegian belajar -mengajar dalam instansi pendidikan tersebut.
Tidak hanya manusia atau penyelenggara layanan bimbingan yang menjadi faktor penting namun perlengkapan fisik seperti sarana dan prasarana yang mumpuni juga ikut andil dalam tercapainya tujuan suatu bimbingan. Seperti ketersediaan ruangan khusus bimbingan, beberapa tempat untuk menyimpan kerahasiaan data dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Walgito, Bimo. Bimbingan, konseling (studi dan karier). Yograkrta: penerbit andi. 2010
Tahalele, J.F. dan Soekarto Indrafachrudi. Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Sub Proyek Penulisan Buku Pelajaran P3T, IKIP Malang. 1975.
Tohirim. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007
__________________
[1] Tohirim, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 263
Baca juga: Karya Tulis