Makalah Tantangan Bagi Masa Depan Peradaban Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perjalanan sejarah Islam, banyak sekali cobaan dan ujian yang dialami umat muslim. Baik internal maupun eksternal dari muslim sendiri. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, bahwa Allah tidak akan membiarkan seseorang mengaku beriman sedang Allah tidak mengujinya.
Umat muslim memiliki kekuatan yang sangat besar, namun sedikit sekali yang menyadarinya sehingga kebanyakan umat muslim merasa pesimis dalam menghadapi tantangan yang ada serta bersifat pasif. Oleh karena itu, makalah ini dibuat agar pembaca dapat mengetahui kekuatan Islam yang besar dan umat muslim dapat berani menghadapi tantangan.
Dalam makalah ini akan dipaparkan pula bagaimana tantangan yang dialami umat muslim dan peluang peradaban Islam di masa depan agar dapat menentukan langkah apa saja yang baik untuk menghadapi tantangan di masa depan.
B. Rumusan masalah
- Apa saja syarat membangun peradaban Islam?
- Apa saja tantangan umat muslim?
- Apa saja bentuk kekuatan yang dapat mempersatukan umat Islam dalam membangun kejayaan Islam?
- Bagaimana peluang dan tantangan yang dihadapi umat Islam
- Bagaimana strategi tokoh-tokoh muslim serta organisasi sosial keagamaan dan politik dalam membangun masa depan peradaban Islam?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat agar pembaca dapat menyiapkan diri dan bersikap dengan baik dalam menghadapi peradaban Islam yang akan datang dengan mengetahui tantangan dan peluang peradaban Islam di masa depan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kekuatan dan Kelemahan Umat Islam
Masalah barat terhadap Timur dimulai bersama datangnya Islam pada abad ketujuh masehi. Dan selanjutnya, selama beberapa abad, terjadi benturan sejarah antara keduanya. Barat-eropa terus berusaha untuk menguasai kekayaan Timur. Hal ini berbeda dengan pendudukan kaum muslimin terhadap Barat-Eropa pada Abad pertengahan yang merupakan penundukan Islami yang beradab, bukan penjajahan. Penundukan itu diminta, didorong, diterima, dan dimanfaatkan oleh mereka. Sementara itu Timur pada hakikatnya hanya berpusat pada dirinya, tanpa memberi perhatian terhadap barat.
Peperangan Barat terhadap Islam terus berlangsung sepanjang sejarah, musuh-musuh Islam, baik dulu maupun sekarang menyadari hakikat mutlak bahwa Allah SWT pasti akan memenangkan islam atas segala agama. Karena itulah mereka takut pada Islam. Sementara itu bukti-bukti yang ada di depan kita semakin jelas dengan tersebarnya Islam dan makin bertambahnya kaum muslimin di kaum Eropa, Amerika, dan Australia. Semenjak fajar Islam, ulama Islam berpegang teguh dengan nilai-nilai akidah Islam yang melihat Islam sebagai agama kerja, gerak, dan perjuangan. Ulama muslim telah memperkaya kehidupan ilmiah dan peradaban di segala penjuru dunia saat masa kejayaan peradaban Islam melalui kaum muslim di Andalusia dan di negara-negara Timur yang dipimpin oleh Islam. Bahkan hingga kemundurannya, yaitu setelah Eropa merasakan perkembangan yang besar dan meraih peradaban ilmu, kaum muslim tetap memberikan sumbangsihnya pada peradaban dunia. Semua hal itu menjadi pondasi bagi peradaban yang kita lihat saat ini di Eropa dan di beberapa negara Timur jauh, seperti Cina dan Jepang.
Kebudayaan Islam saat itu merupakan kebudayaan terpusat yang melimpahkan hasil peradabannya kepada bagian-bagian bumi disekitarnya. Setelah itu, kondisinya berubah. Barat menyusun ulang peradabannya dengan mencampurkan warisan kebudayaan Arab-Islam dan gabungan antara kebudayaan-kebudayaan lain, seperti Spanyol, Romawi, Persia, dan Mesir kuno. Meski begitu, diakui atau tidak, perjalanan sejarah Eropa merupakan perjalanan sejarah semua kebudayaan. Kebudayaan Barat dengan demikian berubah menjadi kebudayaan pusat. Seluruh budaya di pinggiran Barat mengalami proses pembaratan budaya dan peradaban. Dengan membaca ulang sejarah, terdapat dua fase yang terjadi pada saat itu yaitu fase keunggulan dunia Arab Islam dan fase ketika barat meluaskan batas-batas imperium mereka hingga meluas sampai menguasai Arab Islam. Ketika itu datanglah kekuasaan kolonial barat yang memupuk gambaran-gambaran negatif tentang dunia Islam dan Barat. Setelah itu tampilah gambaran-gambaran negatif tentang dunia Islam dan arab yang berbeda-beda seperti “teroris”. Gambaran disortir barat terhadap Islam terlihat jelas melalui tindakan-tindakan yang dilakukan pada masa-masa ini.[1]
Membangun kembali peradaban islam memerlukan beberapa persyaratan konseptual, yaitu:
- Memahami sejarah jatuh bangunnya peradaban islam di masa lalu
- Memahami kondisi umat islam pada masa ini dan mengidentifikasi masalah-masalah yang sedang terjadi atau dihadapi saat ini
- Memahami kembali konsep-konsep dalam Islam
Sebelum membangun peradaban Islam yang baru, ada kalanya perlu memahami Islam dengan menggali konsep baru dalam berbagai bidang tertentu sehingga dapat membentuk bangunan yang baru peradaban Islam yang mampu menghadapi tantangan zaman. Artinya dengan konsep-konsep Islam seharusnya umat Islam kini dapat bersikap kritis ataupun apresiatif terhadap konsep-konsep yang datang dari luar Islam.
Dalam menghadapi peradaban dunia saat ini, Islam mempunyai kekuatan-kekuatan sendiri yang tidak dimiliki oleh umat lain. Akan tetapi umat Islam sendiri tidak menyadari dan tidak mengembangkan kekuatan yang dimiliki oleh umat Islam sendiri. Kekuatan itu bisa mempersatukan umat Islam dalam membangun kejayaan Islam yang telah hilang saat ini. Kekuatan itu diantaranya, yaitu:
1. Kekuatan Iman
Al-Qur’an yang mulia telah mengikrarkan bahwa tauhid yang diperintahkan Allah kepada kita untuk memegangnya dengan erat-erat adalah akidah universal. Maksudnya, akidah yang mengarahkan seluruh aspek kehidupan manusia. Jadi, seluruh aspek kehidupan manusia hanya dipandu oleh satu kekuatan, yaitu tauhid. Tauhid mencakup seluruh sektor dalam kehidupan setiap muslim. Berpangkal dari hati, sesuatu yang paling tersembunyi, tapi sesungguhnya merupakan inti, karena dialah yang memotivasi seluruh gerakan manusia.[2]
Kekuatan iman menghadirkan pertolongan Allah SWT yang tidak mampu dicegah oleh siapa pun dan oleh kekuatan apa pun. Kekuatan iman mendorong seseorang mampu membaca situasi dan kondisi dengan benar dan membuat pemiliknya mampu membaca tipu-daya musuh-musuh Allah terhadap umat Islam. Dengan kekuatan iman dapat mendorong manusia untuk berjihad di jalan Allah, yaitu dengan mengorbankan harta dan nyawa demi dakwah dan membela nama baik agama Allah (Islam) di muka bumi ini.
Abu Bakar menyatakan: “Kamu orang-orang Islam tidak akan dapat dikalahkan karena jumlah yang kecil. Kamu pasti dapat dikalahkan walaupun mempunyai jumlah yang banyak melebihi jumlah musuh jikalau kamu terlibat di dalam dosa-dosa”. Napoleon berpendapat bahwa perbandingan antara kekuatan dan semangat pasukan dan jumlah pasukan adalah tiga berbanding satu.Rasulullah SAW juga sangat mengandalkan kekuatan semangat dari para sahabatnya, yaitu kekuatan iman.[3]
2. Kekuatan Ukhuwah
Islam mengakui kemajemukan, dari berbagai sisi, dan Islam sangat menghargai hal tersebut, yang perlu dilakukan adalah memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk berkembang dalam bingkai Iman. Ukhuwah secara sederhana digambarkan ibarat tubuh kita, satu organ yang sakit, maka tubuh yang lain merasakan sakit. Dimanapun umat Islam yang mengalami kesedihan, maka umat Islam di kawasan lain juga merasakan kesedihan tersebut, apalagi di dzalimi, begitupun sebaliknya.
Dengan konsep Ukhuwah ini, melahirkan izzah ummat Islam, Umat Islam tidak bisa ditindas begitu saja, ada saudara-saudaranya sesama muslim yang bersedia menjadi tameng dan mengadvokasi kepentingan umat Islam dimanapun berada. Ukhuwah merupakan ajaran penting dalam Islam yang menjadikan dasar dan semangat yang melekat pada wujud umat dalam melakukan berbagai aktivitas hidupnya.[4]
3. Kekuatan Ilmu
Sejarah mencatat, bahwa umat Islam adalah kelompok manusia yang pertama menginternasionalkan ilmu pengetahuan. Jika sebelumnya suatu cabang ilmu pengetahuan hanya merupakan kekayaan nasional bangsa tertentu. Seperti Yunani, Cina, India, dan Persia, sejak islam dan peradaban islam ilmu-ilmu itu tumbuh menjadi kekayaan bersama umat manusia.
Ilmu telah membawa islam mencapai ke puncak kejayaannya pada masa terdahulu. Dilihat dalam konteks sejarah, umat islam mampu membangun sebuah peradaban baru dengan ilmu, yaitu dengan melahirkan ilmuwan-ilmuwan yang menciptakan berbagai macam penemuan baru.
Namun pada akhirnya sejarah pun berkata lain, ilmuwan-ilmuwan yang terkenal saat ini ialah ilmuwan non muslim. Mereka yang mampu menguasai peradaban setelah islam hingga kini. Saat ini banyak muncul kritik kepada peradaban modern dengan teknologi dan Ilmu pengetahuannya itu. Dari sudut pandang islam, hanya segi metode dan dan empirisme ilmu pengetahuan modernlah yang tampak absah. Sedangkan dalam hal moral dan etika, ilmu pengetahuan modern tampak miskin. Manusia harus disadarkan kembali akan fungsinya sebagai ciptaan tuhan, yang dipilih menjadi khalifah-Nya, dan harus mampu mempertanggungjawabkan seluruh tindakannya dimuka bumi ini kepada-Nya. Ilmu pengetahuan berasal dari Tuhan, dan harus digunakan dalam semangat mengabdi kepada-Nya agar mampu menguasai peradaban kembali.[5]
Dengan membangun ketiga kekuatan diatas dengan sungguh-sungguh seharusnya umat islam mampu merebut kembali peradaban yang sekarang telah hilang. Pada hakikatnya, semua umat islam sudah mempunyai tiga pilar kekuatan tersebut. Namun, bagaimana muslim itu sendiri yang mampu mengembangkan tiga pilar itu untuk bersatu bersama-sama membangun kekuatan yang baru.
Dewasa ini kaum muslimin sangat membutuhkan bantuan dalam semua tingkatan demi menghadapi tantangan modernitas. Karena ketika negara maju telah membangun kolemerasi raksasa sehingga mereka berhasil memasarkan segenap kebijakan, perdagangan, dan komoditi mereka maka kelompok ekonomi lemah tak akan memiliki tempat lagi sebab tak
Kaum muslimin telah banyak menyia-nyiakan tanggung jawab peradaban di abad-abad terakhir, setelah sebelumnya pernah jaya dan berkuasa atas dunia ketika mereka masih berpegang teguh pada prinsip. Begitu pegangan itu melonggar, kemunduran umat islam dapat dengan jelas terlihat oleh setiap mata
Para ulama muslim terdahulu telah menunaikan kewajiban dan tanggung jawab mereka. Dengan cara itulah mereka menyumbangkan saham dalam rangka membangun peradaban Islam yang akhirnya mampu menyuguhkan manfaat besar bagi kemanusiaan universal. Hingga tak ayal, peradaban Islam kala itu menjelma menjadi peradaban yang paling berpengaruh dalam sejarah. Tetapi ketika kaum muslimin tergerus erosi, melemah kemauan dan kekuatan mereka. mereka kembali terposisikan di barisan belakang dan kontribusinya bagi peradaban terhambat.[6]
B. Peluang dan Tantangan yang Dihadapi Umat Islam
Masa depan masyarakat muslim yang bergerak maju atas dasar kecenderungan-kecenderungan mutakhir. Kecenderungan ini membawa sebagian negara muslim kepada sejenis kota yang bersifat teknokratis dan lalim (misalnya, negara-negara kaya minyak di timur tengah) disatu pihak, dan membawa sebagian negara muslim kepada kemelaratan, degradasi dan kebergantungan di pihak lain. Masa depan yang didasarkan atas kecenderungan-kecenderungan ini akan menuju kepada kehancuran.[7]
Alternatif kedua, masa depan terencana, merupakan masa depan yang dapat dicapai oleh masyarakat muslim jika kita merencanakan secara konstruktif dan bertindak dengan wawasan kemuka. Masa depan terencana menjanjikan masa depan paling baik yang dapat kita miliki, dengan sejarah dan keadaan kita sekarang. Tapi jelas, hal ini tidak dapat terjadi dengan sendirinya.
Masa depan itu adalah sekarang. Saat ini, detik ini dan dia mencangkup seluruh seluruh masa sesudahnya. Karena dipandang dari saat ini, masa depan terbentuk dari beberapa alternatif masa depan yang dituju oleh suatu masyarakat tanpa atau dengan perencanaan atau pengendalian. Kalau memikirkan tentang alternatif masa depan yang mungkin, banyak berkembangan, kejadian-kejadian dan akibat yang berbeda-beda yang harus diperhitungkan.
Berbicara masa depan pasti tidak akan jauh dengan kata “modernisasi” atau kebudayaan modern. Jauh dari keadaan terancam oleh setiap tantangan intelektual dari kebudayaan modern yang dilambangan oleh dunia barat, Islam sendiri dapat kita katakan merupakan sebuah tantangan yang serius terhadap standar-standar dan nilai-nilai barat yang sedang roboh dan kekacauan yang semakin menjadi-jadi di dunia barat.barat yang secara filosofis terpecah dua hanya dapat memberikan sedikit sumbangan kepada sebuah agama yang kekuatannya terletak didalam kesatuan antara keyakinan dengan kehidupan dan diantara pemikiran dan perbuatan kepada sekularisme barat, Islam mengemukakan idenya mengenai ke maha kuasaan Allah, Islam menentang hal-hal yang relatif dengan hal yang mutlak dan menentang kesadaran materialis dan rasionalis yang terbatas dengan kesadarannya mengenai realitas transden. Tantangan ini semata-mata terletak didalam sekumpulan hal-hal yang bertentangan tetapi di dalam memilih sebuah alternatif yang sangat berbeda.
Kekuatan tantangan ini akan menjadi semakin besar jika kaum muslimin sendiri memberikan contoh yang lebih positif dan lebih meyakinkan mengenai akibat-akibat dari memilih alternatif ini.
Sebagai wahyu Allah yang terakhir, Islam menerangkan dengan sangat detail dan eksplisit dan menegaskan kerangka norma-norma bagi perbuatan dan tingkah laku manusia, norma-norma yang memungkinkan manusia untuk memenuhi hidupnya dengan kesadaran yang terus menerus kepada relitas Illahi, untuk hidup di dalam keadaan berdzikir mengingat Allah.
Dunia modern, sebaliknya mempunyai kecenderungan-kecenderungan untuk menyangkal realitas Illahi secara aktif dan sengaja dengan menaruh realitas ini ke dalam fluktuasi ruang dan waktu, dan untuk mengabaikan realitas ini sebagai marginal bagi kepentingan-kepentingan yang sejati dan mendesak dari manusia. Akibat dari dua kecenderungan ini adalah lahirnya sebuah gaya hidup yang samasekali bersifat sekular, gaya hidup yang seburuk-buruknya bercirikan kebodohan atau yang sebaik-baiknya bercirikan kelalaian. Terlebih dahulu perlu kita tekankan bahwa kebudayaan modern pada dasarnya adalah kebudayaan barat.Kenyataan bahwa kebudayaan ini melanda seluruh dunia dalam sebuah gelombang raksasa yang menyapu segala sesuatu yang menghadangnya dan bahwa bangsa-bangsa tertentu yang bukan barat secara aktif berpartisipasi untuk meluaskan kebudayaan barat, tidak dapat menyangkal pentingnya mengemukakan asal usul kebudayaan barat.[8]
Namun bagi Islam kebudayaan modern merupakan sebuah fenomena aneh yang bermuka dua. Kebudayaan modern ini aneh karena (atau karena kurangnya) dasar-dasar metafisiknya, dan aneh karena asal usul geografis dan historisnya. Dunia Islam telah dipaksa berkenalan dengan modernisasi tanpa cukup persiapan yang ditimbulkan oleh sebuah perubahan historis dari pihak pribumi. Bagi dunia islam modernisasi telah berubah menjadi sebuah kekuatan asing yang mengganggu. Walaupun demikian tidak dapat disangkal lagi bahwa sebagian besar dari jerih payah intelektual kaum muslimin selama lebih dari satu abad ini telah diarahkan untuk menentang gangguan asing atau kebudayaan modern ini. Gangguan ini bermula sebagai akibat dari kebutuhan empiris, ketika usaha-usaha dagang Eropa memberondong dunia Islam dan merendahkan hampir semua negara-negara islam kepada status jajahan atau setengah jajahan.
Setelah terasing dari ideologi dan pandangan dunia mereka, umat muslim menyadari tumbuhnya perasaan tak berharga dalam diri mereka, serangan perasaan ini telah meningkatkan kepercayaan mereka bahwa peradaban muslim tidak akan mampu “meraih keberhasilan”, suatu usaha dilakukan untuk memulihkan kebaikan peradaban tidak akan berjalan seiring dengan perasaan terasing dan tak berdaya. Penegasan ini ada benarnya. Bagi peradaban muslim, kesadaran akan nasibnya, usaha-usaha yang dilakukan untuk perbaikan, pendekatan yang seimbang dan moderat terhadap Islam dan adanya kritik-kritik diri yang tepat, merupakan prasyarat. Kita harus jujur terhadap diri sendiri.
Dari Hadist Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam telah bersabda, ‘Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan.”[9]
Semakin lama semakin banyak umat islam namun semakin banyak pula golongan yang ada, Kabar ini tentunya merupakan berita yang menggembirakan bagi umat Islam, namun juga menjadi tantangan bagi kita dalam menyikapinya, termasuk bagaimana umat Islam kemudian bersatu dan saling menghormati satu dengan lainnya walau dengan perbedaan yang ada, yang pada akhirnya akan menghindari pertikaian di antara umat muslim itu sendiri, yang sebenarnya sudah dimulai sejak dulu. Perbedaan itu diwujudkan dalam golongan-golongan umat Islam yang ada di dunia. Biar bagaimanapun jumlah yang banyak dapat memberikan efek yang luar biasa, apakah itu efek positif atau negatif. Efek positif tentu akan datang apabila kita dapat saling menghormati satu dengan lainnya.
Selain masalah perbedaan, tantangan ke depan umat Islam adalah pendidikan dan kemajuan teknologi yang harus mengiringi pertumbuhan itu sendiri. Disebutkan bahwa pada suatu masa, orang Islam seperti buih di lautan. Hal itu bisa diartikan jumlah orang Islam yang banyak namun tidak punya ilmu pengetahuan yang dalam sehingga tidak ada artinya. Diremehkan orang, hal seperti ini menjadi tantangan bagi kita bagaimana caranya kita bisa maju dengan pendidikan.
Islam yang dibawa dan diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW mempunyai peran strategis untuk menaburkan rahmat di seluruh alam ini (Q.S. al-Anbiya’/21:107). Peran strategis Islam itu dibarengi dengan titah-Nya kepada kelompok orang beriman untuk menjadi pihak yang memimpin dan memakmurkan dunia (Q.S. al-Baqarah/2:30) sekaligus sebagai umat terbaik (Q.S. Ali Imran/3: 110). Umat terbaik saja tidak cukup untuk membuat Islam berperan sentral dalam kehidupan dunia ini, maka Allah juga memerintahkan kepada umat terbaik itu untuk senantiasa berjuang tiada henti menancapkan pilar-pilar kebenaran Islam yang berlaku universal (Q.S. al-Baqarah/2: 218; Ali Imran/3:142; al-Maidah/5:35; al-Anfal/8: 72; at-Taubah/9: 41, 86; al-Hajj/22: 78).
Akan tetapi, jika dilihat dari perspektif historis umat Islam, sungguh sangat memprihatinkan. Jumlah pemeluk yang cukup besar, tidak dibarengi dengan peran yang signifikan dalam menentukan arah peradaban dunia.
Tantangan yang dialami Umat Islam yaitu:
1. Terpecah belah dan dikonsolidasi
Adanya hadis yang menyebut bahwa umat Islam akan terbagi menjadi tujuh puluh tiga golongan dan yang selamat hanya satu, seolah menjadi alasan normatif bagi umat umat Islam untuk tidak bersatu. Realitas umat yang majemuk, terdiri dari berbagai aliran pemikiran dan golongan serta berbagai kelompok gerakan tidak disikapi secara bijak oleh umat Islam sebagai sebuah keniscayaan sejarah, tetapi malah dijadikan alasan untuk mengutuk, menyesatkan, menyalahkan dan menyerang kelompok lain.
Contohnya adalah umat islam di Indonesia sudah terpecah belah menjadi beberapa golongan atau kelompok yaitu Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis dan LDII golongan tersebut adalah golongan terbesar dan memiliki banyak pengikut di Indonesia, namun dengan adanya golongan-golongan tersebut bukan berarti harus memusuhi golongan-golongan yang ada selama golongan tersebut tidak sesat dan berpegang teguh kepada al-quran dan hadist maka tidak perlu memperdebatkannya.
2. Strategi gerakan yang lemah
Di samping gerakan Islam lemah dalam konsolidasi, mereka juga lemah dalam menyusun strategi gerakan sehingga tidak efektif dalam mengusung agenda Islam. Gerakan Islam lebih tertarik dengan membuat program yang bisa memperbesar anggota ketimbang program yang langsung menyentuh persoalan umat. Sehingga program pemberdayaan masyarakat, advokasi terhadap mereka yang tertindas atau membangun kekuatan ekonomi serta politik umat Islam menjadi terlupakan.
Contohnya adalah dalam bidang politik dimana partai-partai politik yang ada di indonesia lah dalam mengatur strategis sehingga mereka kalah saing dengan partai-partai nasional, hal ini terjadi karena salah satu faktor dari figur pemimpin dan visi misi dalam partai Islam tersebut.
3. Gampang dalam menghadapi deislamisasi
Proses deislamisasi khususnya di kalangan generasi umat Islam terasa kian gencar. Tidak hanya Kristenisasi, tetapi demoralisasi juga sedang dilancarkan dengan dahsyat ke dalam tubuh umat Islam.Dan sayangnya, kondisi semacam ini dihadapi oleh umat Islam dengan tidak serius dan tidak efektif. Kristenisasi yang demikian canggih dan multi approach (dengan berbagai cara dan pendekatan) lebih banyak dihadapi umat Islam dengan mengeluh dan mengutuk.
Contohnya pada masa kini banyak umat islam yang lebih terpengaruh kepada globalisasi tanpa menyertai nilai-nilai yang berkaitan dengan islam misalnya dalam berpakaian umat islam tidak sedikit yang belum menutup aurat mereka mengikuti arus trend dalam globalisasi.
4. Berkubang dalam konflik
Akibat dari politik pecah belah yang dilakukan Barat, terasa sampai di tingkat lokal dan akar rumput (grassroot). Umat Islam menjadi saling curiga antara satu kelompok dengan kelompok lain bahkan sampai terjadi konflik yang berdarah-darah. Masa depan umat islam tidak hanya memberikan tantangan kepada umat islam tetapi juga memberikan peluang yang baik karena umat islam memiliki beberapa potensi.
Contohnya adalah dikarenakan banyaknya golongan islam di indonesia sehingga anggota-anggota dari golongan tersebut saling curiga dengan golongan lain dan menganggap bahwa golongannya lah yang terbaik diantara semua golongan.
Hendaknya kita menyadari bahwa kebangkitan tidak mungkin terwujud kecuali setelah umat mengetahui jati dirinya, dan makna keberadaannya dalam kehidupan. Perlu disadari, salah satu nikmat terbesar yang diberikan Allah SWT kepada negeri-negeri muslim, khususnya Indonesia, selain mayoritas penduduknya muslim, adalah kekayaan yang melimpah. Siapapun yang menghayatinya akan menyadari ada lima potensi yang dimiliki umat Islam.
- Pertama, Potensi Ideologis. pasca runtuhnya komunisme, musuh ideologis AS adalah Islam. Pada saat Bush Junior akan menyerbu Afghanistan menyatakan, bahwa perang tersebut merupakan perang peradaban. Potensi Ideologis inilah yang dipandang sebagai ancaman oleh negara Kafir Imperialis. Bangkitnya Islam politik di Indonesia merupakan ancaman terbesar yang mampu merusak intervensi AS, China dan Eropa untuk terus negeri ini.
- Kedua, Potensi Geopolitis. Kaum muslim secara geografis menempati posisi strategis jalur laut dunia. Mereka menempati Selat Gibraltar, Terusan Suez, Selat Dardanella, dan Boshporus yang menghubungkan Laut Hitam ke Mediterania, Selat Hormuz di Teluk dan Selat Malaka di Asia Tenggara. Dengan menempati posisi strategis ini, kebutuhan dunia banyak ditentukan oleh umat Islam. Jika kaum muslimin bersatu terhimpun di bawah naungan Al Khilafah Islamiyah, niscaya mereka menjadi kekuatan adidaya.
- Ketiga, Potensi Sumber Daya Alam. Seluruh negeri-negeri muslim telah dianugerahi Allah dengan kekayaan alam yang melimpah: lembah, hutan, rempah-rempah, isi perut bumi yang kaya akan tambang, minyak, dan gas bumi. Laut yang memiliki aneka ragam potensi yang ada di permukaannya, di dasarnya, maupun di perut buminya. Potensi SDA ini, dipandang sebagai bahaya yang dapat mengalahkan negara-negara besar di satu sisi; sementara di sisi lain merupakan lahan bagi negara-negara kafir imperialis untuk memperkaya diri mereka.
- Keempat, Potensi Demografi. Memang, jumlah penduduk bukalah faktor penentu kekuatan suatu negara. Namun, bila umat Islam di seluruh dunia bersatu di bawah payung Khilafah Islamiyah; tentu ini merupakan kekuatan luar biasa. Realitas menunjukkan, bahwa Indonesia sebagai negeri muslim dengan penduduk muslim paling besar di antara negara-negara muslim lainnya.
- Kelima, Potensi Militer. Secara kuantitas jumlah tentara di Dunia Islam sangat besar. Bila terekrut 1% saja dari penduduknya yang 1,6 Milyar, akan didapat 16 juta tentara. Di Indonesia, bila 1% penduduknya terekrut menjadi tentara, akan ada 2,5 juta tentara. Karena itu dapat dibayangkan betapa kuatnya jika mobilisasi pasukan militer ini dilakukan oleh sebuah negeri muslim, apalagi negara yang bersifat internasional.
Semua potensi tersebut memunculkan ambisi negara-negara Barat, agar umat Islam tidak menjadi negara adikuasa yang dapat menghilangkan kedholiman dan nafsu penjajahan mereka. Sehingga Barat berupaya keras agar umat Islam menjadi jumud dan terbelakang, sehingga mampu dikebiri secara ideologis dan geopolitisnya tidak dapat digunakan untuk membangun peradaban Islam, melainkan justru dapat digunakan untuk merealisasikan kepentingan Barat.Umat Islam dibuat lemah dan dipecah belah. Sehingga Barat bekerja keras untuk mensukseskan proyek disintegrasi di tengah-tengah kaum muslim.
Namun secara faktual, Islam memang unggul pada banyak sisi dibandingkan semua ideologi dan sistem baik yang kuno maupun modern, baik yang mengandung nilai keagamaan ataupun tidak, asumsi ini dapat di buktikan dengan memulai dari adanya pengakuan umum bahwa semua gerakan pembaruan dan modernisasi yang terjadi disemua ranah sistem non-Islam, ternyata selalu menjauhkan agama dari pusat gerakannya. Sedangkan di dalam pergerakan islam yang terjadi adalah sebaliknya. Karena di dalam pergerakan Islam, agama menjadi risalah penting yang berada di pusat orbit gerakan pembaruan yang akan selalu mengubah setiap gebrakan menjadi pematangan di masa depan dengan pasokan nutrisi berupa nilai-nilai moral dan spiritual yang terus di suntikan secara berkesinambungan.[10]
Peluang yang dihadapi Umat Islam untuk memajukan peradaban sangatlah terbuka lebar, misalnya:
1. Memaknai Globalisasi Sebagai Peluang
Tapper mendefinisikan globalisasi sebagai proses integrasi karakteristik lokal kepada arus global, yang sebagian besar dilakukan melalui teknologi komunikasi dan informasi. Meskipun awalnya secara historis globalisasi dipandang sebagai suatu proses mengintegrasikan perekonomian lokal ke dalam ekonomi dunia, namun makna globalisasi merujuk kepada ruang di mana terjadi proses interaksi global melalui sarana teknologi komunikasi.[11]
Adanya globalisasi teknologi komunikasi ini menciptakan kemudahan dalam mengakses informasi dan sebagainya. Hal itu tentunya menjadi tantangan yang cukup serius bagi umat Islam. Oleh karena itu, umat Islam harus membentengi diri dengan melakukan filterisasi terhadap akses informasi yang masuk. Terutama yang berkaitan dengan budaya-budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Di samping itu, umat Islam juga tidak boleh membentengi diri semata, namun lebih dari itu, umat Islam harus ikut dalam percaturan globalisasi.
Jika demikian, ketika umat Islam tidak bisa bertindak secara cepat dalam memanfaatkan era globalisasi teknologi informasi ini, maka pastilah umat Islam akan tertinggal dengan umat-umat lain yang memanfaatkan teknologi informasi dengan baik, karena pada dasarnya globalisasi juga bisa dimaknai sebagai internasionalisasi, artinya proses komunikasi atau relasi yang dijalin bersifat mendunia dan lintas sektoral. Sehingga tidak ada batasan-batasan yang bersifat geografis.
2. Peran Media dan Teknologi Komunikasi
Media dan teknologi komunikasi memiliki fungsi utama sebagai sarana untuk melakukan aktivitas komunikasi.[12]Utamanya adalah komunikasi massa. Melalui media, pesan yang disampaikan akan dapat dengan cepat diterima oleh khalayak, sebagaimana yang dijelaskan oleh Djalaluddin Rakhmat bahwa komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.[13]
Pengertian komunikasi massa di atas mengindikasikan bahwa pemanfaatan teknologi komunikasi terutama elektronik memiliki satu kelebihan, yakni efektifitas waktu. Hal itu disebabkan karena kecanggihan teknologi komunikasi yang telah berhasil menghapus ruang geografis dalam kehidupan manusia. Sehingga keberadaannya kini menjadi sangat urgen bagi kehidupan manusia di dunia. Peran teknologi komunikasi dalam kehidupan manusia pun sudah tidak diragukan lagi. Bahkan, kini manusia dan media sudah tidak bisa (baca: sangat susah) untuk dipisahkan. Media telah menjadi kebutuhan vital bagi kehidupan manusia modern. McQuail dalam Henry Subiakto setidaknya memberikan pandangan tentang peran media bagi kehidupan manusia modern.
- Pertama, media massa sebagai window on events and experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak “melihat apa yang sedang terjadi di luar sana ataupun pada diri mereka sendiri.
- Kedua, media juga sering dianggap sebagai a mirror of events in society and the world, impliying a faithfull reflection. Yaitu, cermin dari berbagai peristiwa yang terjadi di masyarakat dan dunia. Atau secara lebih ringkas, media dianggap merefleksikan kenyataan yang ada.
- Ketiga, media massa juga dianggap sebagai filter atau gate kepper yang menyeleksi berbagai macam hal untuk diberi perhatian atau tidak.
- Keempat, media massa seringkali dianggap sebagai penunjuk jalan, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas ketidakpastian atau alternatif yang beragam.
- Kelima, media dipandang sebagai sebuah forum untuk mempresentasikan berbagai informasi, gagasan, dan ide-ide kepada khayalak, sehingga memungkinkan terjadinya tanggapan dan umpan balilk (feedback). Dan keenam, media massa dipandang sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang interaktif.[14]
C. Strategi tokoh-tokoh Muslim dalam Membangun Masa Depan Peradaban Islam
Kaum muslimin agar terlihat eksistensinya di dunia menunjukkan eksistensinya dengan berbagai cara, misalnya dengan penulisan buku-buku dalam bidang ilmu pengetahuan, seperti sains, kesehatan, dan lain-lain. Dikarenakan situasi yang terjadi di dunia yang menyebabkan para tokoh-tokoh ini untuk berbuat sesuatu agar terciptanya kehidupan yang lebih baik di dunia ini. Adanya berbagai faktor yang dialami membuat sosok-sosok ini lahir, contohnya karena adanya hal-hal yang belum dipecahkan secara ilmiah, atau mencari metode penyembuhan untuk penyakit-penyakit membuat para tokoh ini untuk menciptakan suatu inovasi terbaru. Berikut adalah beberapa tokoh-tokoh muslim dalam bidang ilmu pengetahuan:
1. Al Kindi[15]
Beliau merupakan filsuf pertama dalam Islam dan beliau memiliki penemuan dalam berbagai bidang, misalnya matematika, astronomi, ilmu alam, fisika, kedokteran, dan masih banyak lagi. Beliau merupakan orang Arab asli, banyak yang mengklaim bahwa beliau memiliki darah campuran padahal tidak. Hal ini membuat pernyataan fanatik membawa pemikiran orang Arab itu terbelakang tidak benar.
Banyak ilmuwan yang dasar penelitiannya berdasarkan karya tulisnya seperti Ibnul Haitsam, Al-Biruni, dan Ibnu Sina. Dia sudah menulis lebih dari 200 buku, akan tetapi banyak buku ini yang hilang. Dia termasuk ilmuwan pertama yang berpedoman bahwa eksprimen merupakan suatu cara untuk menyimpulkan hakekat ilmiah.
2. Ar-Razi[16]
Abu Bakar ar-Razi merupakan dokter dan guru besar dalam bidang kedokteran bagi dunia Islam dan Eropa. Dia juga seorang ahli kimia dan mengembangkan kimia setelah dasar-dasarnya dirumuskan oleh Jabir bin Hayyan. Selain ahli dalam bidang kedokteran, beliau juga ahli dalam bidang farmasi, beliau menemukan bahwa pengaruh kejiwaan dalam mengobati pasien mempengaruhi dalam pengobatan.
Berdasarkan karyanya, banyak ilmuwan yang beranggapan bahwa beliau adalah penggagas teori kimia modern. Salah satu karyanya ialah Kitab al-Asrar. Kitab ini membahas tentang teknik penanganan zat-zat kimia beserta manfaatnya. Sebagai kimiawan, beliau adalah orang yang pertama kali dapat menghasilkan asam sulfat dan beberapa asam lainnya.
3. Ibnu Sina[17]
Selain Ar-Razi, ada Ibnu Sina yang juga seorang ilmuwan kedokteran. Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan Muslim yang terkenal dan dikenal di Barat dengan nama Avicenna. Ketika umur 10 tahun, beliau telah menghafal Al-Quran.
Beliau merupakan orang yang menemukan cara pengobatan bagi orang sakit dengan cara menyuntikkan obat ke bawah kulit. Beliau terkenal dengan karyanya yang berjudul Al-Qanun. Kitab Al-Qanun ini dianggap sebagai karya besar bagi para ilmuwan kedokteran. Kitab ini telah digunakan selama berabad-abad. Selain sebagai dokter, Ibnu Sina juga dikenal sebagai psikolog yang sanggup mengobati orang yang sakit jiwanya.
D. Strategi Organisasi Sosial Keagamaan dan Politik dalam Membangun Masa Depan Peradaban Islam
Organisasi sosial keagamaan Islam di Indonesia terdapat 6. Yaitu, Muhammadiyah, PERSIS, NU, Jami’yatul Washliyah, Syarikat Islam, dan Jamiyatul Khair wa Al-Irsyad. Akan tetapi hanya beberapa saja yang akan kita bahas. Para organisasi sosial ini memiliki caranya sendiri untuk memajukan peradaban Islam. Berikut adalah strategi mereka:
1. Muhammadiyah
Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi besar umat yang ada di Indonesia sampai saat ini. Organisasi muhammadiyah merupakan organisasi sosial islam yang berdiri pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, di Yogyakarta atau pada tanggal 18 November 1912 M. Organisasi ini dipelopori oleh K.H Ahmad Dahlan atas saran murid-muridnya dan beberapa orang anggota Budi Utomo untuk mendirikan lembaga pendidikan yang bersifat permanen.
Didirikannya Muhammadiyah oleh K.H Ahmad Dahlan merupakan hasil pengalamannya aktif di organisasi Budi Utomo, Jamiat Khair, dan Sarekat Islam. Beliau mengamati bahwa belum ada organisasi masyarakat pribumi yang berorientasi pada gerakan modernisme Islam.
Muhammadiyah melakukan langkah cerdik untuk mencari anggotanya dengan membangun dan memberikan sumbangan dengan fasilitas umum seperti sekolah, Rumah Sakit, panti asuhan dan sebagainya. Mungkin saja ada non-muslim yang masuk Islam karena tindakan-tindakan mereka, hal itu menjadikan mereka sebagai organisasi sosial yang memiliki banyak cabang dan anggotanya di Indonesia.
2. Nahdlatul ‘Ulama (NU)
Nahdlatul ‘Ulama (Ar : Nahdlah al -‘Ulama = Kebangkitan Ulama). didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H. atau tanggal 26 Januari 1926 di Surabaya. Pendirinya adalah KH Hasyim Asy’ari dan KH Abdul Wahab Hasbullah. Tujuan Nahdlatul Ulama (NU) seperti tersebut dalam Anggaran Dasar Tahun 1926 (sebelum menjadi partai politik) adalah perkumpulan sosial keagamaan yang mementingkan pendidikan dan pengajaran agama islam.
Dalam ikut serta mempertinggi kecerdasan masyarakat Indonesia dan menggembleng budi pekertinya, NU mendirikan sumbangan beberapa Madrasah ditiap-tiap cabang yang sekarang sudah sangat meluas di Indonesia. Pada masa pemerintahan Belanda dan penjajahan Jepang, NU tetap memajukan pesantren-pesantren, mengadakan dakwah dan pengajian-pengajian dan lain-lainNya. NU juga bergerak dalam bidang lainnya seperti di bidang pendidikan, bidang sosial, bidang politik dan di bidang ekonomi. [18]
3. Persatuan Islam (PERSIS)
Persatuan Islam (PERSIS) merupakan salah satu organisasi islam yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. PERSIS didirikan di Bandung pada tanggal 17 September 1923 oleh seorang ulama asal Palembang, Kiai haji Zamzam (1894-1952).
Persis memiliki cita-cita yang sama dengan Muhammadiyah, tetapi metode keduanya berbeda. Muhammadiyah lebih condong pada pendekatan sosialis dengan membangun sumbangan berupa bidang pendidikan, seperti sekolah, dan sebagainya. Sedangkan PERSIS lebih kepada dakwah dan penyebaran agama langsung, seperti media massa, media sosial dan sebagainya.
Selain itu, PERSIS mempunyai prinsip idealis dalam mengembangkan organisasinya. Bidang akademik menjadi titik utama faktor perekrutan keanggotaan PERSIS, maka tak heran jika PERSIS memiliki banyak pesantren. PERSIS memiliki caranya sendiri dalam merekrut anggota. Apabila Muhammadiyah mencari anggota secara giat, beda dengan PERSIS yang menyeleksi calon anggotanya terlebih dahulu dan apabila dianggap layak, baru mereka dapat bergabung dengan PERSIS.
E. Strategi Organisasi Politik Islam dalam Memajukan Peradaban Islam
Di Indonesia, terdapat banyak sekali partai politik Islam. Misalnya seperti PBB, PPP, SI, PKS, dan lain-lain. Meskipun mereka memiliki visi dan misi yang berbeda, tapi secara umum, mereka memiliki strategi-strategi yang sama untuk memajukan peradaban Islam di Indonesia. Berikut adalah strategi-strategi mereka menurut Ridho Al-Hamdi
1. Berpedoman pada nilai-nilai universal Al-Quran dan As-Sunnah
Segala sesuatu tidak boleh bertentangan dengan sumber ajaran utama Islam yaitu kitab suci Al-Quran dan As-Sunnah Nabi Muhammad SAW.Kedua sumber ajaran Islam tersebut memuat nilai-nilai universal yang mencakup segala kehidupan manusia di muka bumi ini. Karena itu, partai Islam mendasarkan segala aktivitas kepartaian pada nilai-nilai universal kedua sumber ajaran Islam tersebut
2. Musyawarah
Setiap keputusan-keputusan organisasi harus melalui koordinasi dan komunikasi setiap pengurus yang memiliki wewenang. Dengan proses koordinasi tersebut, partai akan mendapatkan banyak pertimbangan dari beragam pihak sehingga melahirkan keputusan yang bijak dan tidak terkesan terburu-buru. Selain itu, musyawarah juga mengindikasikan anti-otoritarianisme dan anti-kediktatorian
3. Berlaku Adil
Setiap ketua dan anggota memiliki hak yang sama sesuai dengan aturan yang berlaku. Karena itu, partai harus membuat keputusan yang adil untuk sebuah keputusan yang tidak akan merugikan satu pihak atau beberapa pihak. Artinya, meskipun pada akhirnya sebuah keputusan tersebut akan merugikan pihak yang lain, tetapi keputusan tersebut sudah sesuai aturan dan berpihak pada mereka yang tertindas.
4. Menghargai perbedaan dan bukan perpecahan
Perbedaan itu adalah hal yang lazim, karena setiap individu pasti memiliki perbedaan. Perbedaan adalah fitrah setiap manusia dan merupakan anugerah dari Yang Maha Kuasa. Dengan perbedaan pula kehidupan menjadi indah dan beragam. Perbedaan itu harus dikelola dengan baik agar tidak terjadi perpecahan. Perbedaan harus diatur dengan rapi agar terciptanya perpaduan yang saling mengait satu sama lain dan bukan perpecahan yang berdampak pada perang. Islam tidak mengajarkan perpecahan karena dapat berdampak pada rusaknya iman dan moral umat manusia.[19]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam merupakan agama Allah yang memiliki kekuatan lebih dari agama manapun. Sehingga dalam menghadapi berjuta tantangan, umat Islam sangat berpeluang untuk melaluinya sehingga peradaban Islam dimasa depan akan jaya. Namun dalam kenyataannya, masih banyak umat Islam yang tidak menyadari potensi dan peluangnya dalam ikut andil dalam memajukan peradaban Islam. Namun telah banyak juga yang sudah menyadarinya sehingga ikut dalam memajukan peradaban Islam seperti yang telah dilakukan oleh para tokoh Islam sebelumnya. Tidak hanya itu, Kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki visi dan misi yang sama dalam memajukan peradaban Islam juga telah menjamur di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Rasyid, Daud. Islam Dalam Berbagai Dimensi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
Khadhar, Lathifah Ibrahim. Ketika Barat Memfitnah Islam, Jakarta: Gema Insani, 2005.
Faridh, Miftah. Lantera Ukhuwah, Jakarta: Mizania, 2014.
Majid, Nurcholis. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, 2008.
Kurniawan, Andy. Menyatukan dan Memajukan Islam Dengan Dua Kalimat, Mizan, Jakarta, 2012.
Sardar, Ziauddin. Rekayasa Masa depan-Peradaban Islam, Jakarta: Mizan, 1991.
Al-Hamdi, Ridho. Partai Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
__________________
[1] Lathifah Ibrahim Khadhar, Ketika Barat Memfitnah Islam, Jakarta: Gema Insani, 2005, hlm.15-17
[2] Daud Rasyid, Islam Dalam Berbagai Dimensi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, hlm. 15
[3] Said Hawwa, Ar Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, Jakarta: Daarus Salam, 2003, hlm. 224
[4] Miftah Faridh, Lantera Ukhuwah, Jakarta: Mizania, 2014, hlm. 46
[5] Nurcholis Majid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, 2008, hlm. 220-223
[6] Andy Kurniawan, Menyatukan dan Memajukan Islam Dengan Dua Kalimat, Mizan, Jakarta, 2012, Hal 23
[7] Ziauddin Sardar, Rekayasa Masa depan – Peradaban Islam, Jakarta: Mizan, 1991, hlm. 18
[8] Altaf Gauhar, Tantangan Islam, (Bandung: Pustaka, 1988), hlm. 320-321.
[9] Hadist riwayat Abu Hurairah r.a
[10] Muhammad Fethullah Gulen, Membangun Peradaban Kita, (Jakarta: Mizan, 2013), hlm. 26-28
[11]H. Tapper, The Potential Risks of the Local in the Global Information Society, Journal of Social Philosophy, 31 April 2000, hlm. 524-434
[12]Richard West dan Lynn H. Turner, Introducing Communication Theory, Third Edition, New York: The McGraw Hill, 2007, hlm. 5
[13]Djalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Surabaya: Paramadina, hlm.188.
[14]Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi, Jakarta: Kencana, 2012, hlm. 106
[15]Muhammad Gharib Jaudah.2007.147 IlmuwanTerkemukadalamSejarah Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Hal.113-124
[16] Ibid Hal.138-144
[17]Muhammad Gharib Jaudah.147 IlmuwanTerkemukadalamSejarah Islam. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.2007) Hal.276-280
[18] Khoirs, Jiddan. 2011. Organisasi Islam di Indonesia. https://www.academia.edu/5402535/Organisasi_Islam diakses pada 18 Maret 2016 pukul 17.53 WIB
[19] Ridho Al-Hamdi. 2013. PartaiPolitik Indonesia TeoridanPraktik di Indonesia. (Yogyakarta: GrahaIlmu), Hal 9-10
Baca juga: Karya Tulis