Makalah

Makalah Perkembangan Islam di Eropa

BAB I 
PENDAHULUAN 
 
A. Latar Belakang 
     Di awal abad ke-7 Masehi, ketika Nabi Muhammad SAW. Memulai misinya di Negeri Arab, seluruh pantai laut tengah merupakan bagian dari dunia masyarakat Kristen sepanjang Eropa, Asia, dan Pantai Afrika Utara ditinggali penduduk yang beragama Kristen dari berbagai sekte. Perkembangan agama Islam tidak terbatas hanya di Asia saja, tetapi merata ke seluruh dunia termasuk ke benua Eropa. Sudah tentu perkembangan Islam di Benua Eropa tidak seperti di Asia dan Afrika, karena sulitnya berdakwah terhadap masyarakat Eropa pada umumnya beragama Kristen dan penganut paham Sekularisme. Namun, berkat keteguhan dan kesungguhan para Mubaligh Islam dalam berdakwah, agama Islam di Benua Eropa semakin bertambah, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. 
 
B. Rumusan Masalah 
  1. Bagaimana cara masuk dan berkembangnya ajaran Islam di Eropa? 
  2. Apa saja bentuk-bentuk aspek ajaran Islam yang dikembangkan di Eropa? 
  3. Apa dampak kemajuan Eropa bagi dunia Islam? 
  4. Bagaimana sikap Islam dalam menghadapi kemajuan Eropa? 
C. Tujuan Penulisan 
    Mengetahui cara masuk dan berkembangnya Islam di Eropa, mengetahui bentuk-bentuk aspek ajaran Islam yang di kembangkan di Eropa, mengetahui dampak kemajuan Eropa bagi dunia Islam. 
 
BAB II 
PEMBAHASAN 
 
A. Masuk dan Berkembangnya Islam di Eropa 
     Sejarah Islam di Eropa dan sumbangannya bagi pengembangan Islam pada umumnya dapat di bagi menjadi tiga fase, yaitu: 
  1. Fase masuk dan berkembangnya agama Islam di Eropa (711-912 M) 
  2. Fase puncak kejayaannya dan kemundurannya (912-976 M) 
  3. Fase kehancuran Islam di Eropa (976-1031 M) 
    Pada zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M) umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayyah. Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah tersebut. Pada masa Khalifah Al-Walid (705-715 M), Hasan digantikan oleh Musa Ibnu Nushair. Musa memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Ia juga menaklukkan daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di daerah pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan seperti yang pernah meeka lakukan sebelumnya.[1] Keseluruhan penaklukkan wilayah Afrika Utara memakan waktu selama 53 tahun, yaitu dari tahun 30 H (masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abi Sofyan) sampai 83 H (masa pemerintahan Al-Walid). Setelah itu menjadi salah satu provinsi dari Khilafah Bani Umayyah dan menjadi batu loncatan bagi penaklukkan daerah lain yang berdekatan yaitu, Spanyol. 
    Sebelum Islam masuk ke Spanyol, Negara ini dipimpin oleh Raja Rodenrick yang beragama Kristen dan memiliki misi Kristenisasi di seluruh wilayah Spanyol. Akibat misi ini, masyarakat Spanyol terpecah menjadi lima kelompok yang saling memusuhi, yaitu: penguasa tanah yang mengeksploitasi rakyat miskin, buruh tani dan budak yang dijual beli, golongan menengah yang bergerak dalam bidang ekonomi, para penguasa yang memiliki hak istimewa, dan pihak gereja Katolik yang tidak terlalu peduli dengan kondisi masyarakat setempat. Kondisi inilah yang menyebabkan Islam masuk ke Spanyol dengan mudah tanpa perlawanan yang berarti.[2] 
    Penaklukkan Semenanjung Liberia diawali dengan undangan salah satu raja Gothia Barat (Kristen), Graff Julian untuk membantunya melawan raja lainnya karena ada konflik diantara mereka pada Musa ibn Nushair yang menjabat sebagai gubernur Afrika Utara dibawah pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus. Lalu khalifah mengirim 500 pasukan yang dipimpin oleh Tharif ibn Malik pada tahun 91 H/710 M dan mendarat di suatu tempat yang kemudian diberi nama Tharifa[3]. Ekspedisi ini dianggap berhasil dan Tharif kembali ke Afrika Utara Dengan membawa banyak harta rampasan perang. 
    Dalam proses penaklukkan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa dalam memimpin pasukan mereka ke wilayah tersebut. Mereka adalah Thaif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Dari ketiga nama ini, nama Thariq ibn Ziyad yang disebut paling terkenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Thariq dapat disebut juga sebagai perintis dan penyelidik, karena dialah yang pertama kali menyeberang selat untuk memenuhi undangan Graff Julian agar membantunya, dan ekspedisi ini pun berhasil. 
    Gelombang perluasan wilayah berikutnya terjadi pada pemerintahan Khalifh Umar bin Abdul Aziz pada tahun 99 H/717 M. Sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinannya dipercayakan kepada As-Samah, tapi usahanya gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H/720 M. Lalu pimpinan pasukan diserahkan pada Abdurrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Dengan pasukannya ia menyerang kota Bordesu, Poiter, dan juga Tours. Tetapi diantara kota Poiter dan Tours ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga serangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol[4]
    Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke 8 M ini telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa tersebut berlangsung selama lebih dari 7,5 abad. 
 
B. Perkembangan Politik Islam di Eropa 
     Pemerintahan pusat di Andalusia dalam menjalankan roda pemerintahannya dibantu oleh beberapa lembaga, dan secara substansif lembaga ini tidak jauh berbeda dengan lembaga yang pernah ada pada pemerintahan sebelumnya, ketika masih dibawah kekuasaan pusat Umayyah I di Damaskus[5]
     Sejak pertama kali menaklukan Spanyol pada tahun 711 M hingga jatuhnya kekuasaan Islam terakhir pada tahun 1492 M, Islam telah memainkan peran yang sangat besar. Masa yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad tersebut dijalani umat Islam secara fluktuatif, dimana terkadang Islam berada di puncak kemegahan dan sering pula Islam dalam peperangan ataupun kehancuran. Menurut Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol dapat dibagi kedalam enam periode[6]
 
1. Periode Pertama (711 M-755 M) 
   Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah, yang berpusat di kota Damaskus. Periode ini stabilisasi negeri Spanyol belum aman dan terkendali, gangguan-gangguan masih terjadi baik internal maupun eksternal. Karena situasi inilah Islam di perioede ini belum memasuki kegiatan pembangunan dan peradaban. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdul al-Rahman ad-Dakhil ke Spanyol dan memerintah pada tahun 138 H/ 755 M. 
2. Periode Kedua (755 M-912 M) 
  Spanyol berada dibawah pemerintahan Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Ketika Bani Umayyah di Damaskus dihancurkan oleh Bani Abbas, Abd al-Rahman ibn berhasil meloloskan diri dan menginjakkan kakinya di Andalusia pada tahun 132 H/ 750 M. ia diberi gelar ad-Dakhil karena beliau adalah pangeran bani Umayyah pertama yang menginjakkan kakinya di Semenanjung Liberia. Pada tahun 138 H/ 756 M ad-Dakhil memproklamirkan bahwa Andalusia terlepas dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas. Selama 32 tahun berkuasa ad-Dakhil (755-788) berhasil mengatasi berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar. 
   Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman ad-Dakhil (755-788 M), Hisyam ibn Abd Al-Rahman/ Hisyam I (788-796 M), Hakam ibn Hisyam/ Hakam I (796-822 M), Abd al-Rahman al-Ausath 9822-852 M), Munzir ibn Muhammad (886-888 M), dan Abdullah ibn Muhammad (888-912 M). 
3. Periode Ketiga (912 M-1013 M) 
   Periode ini dimulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nashir, sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini umat Islam beranjak mencapai puncak kejayaan dan kemajuan menyaingi Bani Abbasiyah di Baghdad. Hal ini ditandai dengan berdirinya Masjid Abdurrahman III yang di teruskan Al-Hakam II dengan membangun Universitas Cordoba, lengkap dengan perpustakaan dan isi bukunya. Pada masa ini masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Khalifah besar yang memimpin periode ini ada tiga orang yaitu: Abd Al-Rahman Al-Nashir (912 M-961 M), Hakam II (961 M- 976 M), Hisyam II (976 M-1009 M). 
4. Periode Keempat (1013 M-1086 M) 
  Pada periode ini, kekuasaan Islam Spanyol sedang dalam konflik internal. Wilayahnya terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil yang dipimpin oleh raja-raja golongan yang berpusat di kota seperti Cordoba, Sevilla, Toledo, dan sebagainya. Selain perpecahan dalam kerajaan kecil, pada masa ini juga terjadi pertikaian besar diantara kekuasaan Islam itu sendiri. Beberapa diantaranya bekerjasama dengan pasukan kekuasaan Kristen untuk mempertahankan kekuasaannya. Di sisi lain, melihat kekuasaan Islam yang melemah dan terpecah, kekuasaan Kristen melakukan penyerangan kepada beberapa kekuasaan Islam, walau demikian dunia akademik dan keilmuan terus berlangsung. Perpindahan ilmu dan pengembangan ilmu pengetahuan tidak terhenti. 
5. Periode Kelima (1086 M-1248 M) 
    Pada periode ini meskipun masih terpecah belah dalam beberapa Negara, tapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuatan Dinasti Murabithun dan Dinasti Muwahhidun. Dinasti ini muncul atas undangan para penguasa Islam untuk mempertahankan Islam dari serangan orang-orang Kristen. Dinasti ni menguasai kembali kota-kota penting seperti Cordoba, Almeria dan Granada antara tahun 1114 M dan 1154 M. Namun, mengalami kehancuran kembali dan pulang ke Afrika Utara pada tahun 1235 M. tahun 1238 M Cordoba jatuh ke tangan Kristen dan Sevilla jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam[7]
6. Periode Keenam (1248 M-1492 M) 
   Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di Granada, dibawah pemerintahan Bani Ahmar (1232 M-1492 M). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abd Al-Rahman An-Nashir. Kekuasaan Islam terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana. Pada periode inilah mulai musnahnya Islam di Spanyol karena di kalahkan oleh pihak Kristen sampai terjadi tragedi yang sangat merugikan umat Islam. Tragedy tersebut terjadi pada tahun 1499 M, saat itu Cardinal Ximenez de Cisnores mengunjungi Granada dan diskusi dengan para hakim dan ahli hukum disana. Hasilnya, tahun 1502 M muslim Granada diberi dua pilihan: masuk Kristen atau keluar dari Spanyol, umat Islam memilih keluar dan pindah ke Afrika Utara. Setelah itu umat Islam di Spanyol tidak ada lagi. Namun, pada abad 20 M, muslim di Spanyol mulai mendapat ruang untuk berkembang lagi. 
 
C. Aspek Ajaran Islam yang Dikembangkan Di Eropa Barat 
   Aspek ajaran Islam yang di ajarkan di Eropa adalah Akidah, Syariah, dan Akhlak. Pada dasarnya ketiga ajaran ini merupakan suatu rangkaian yang harus ada dan tidak dapat di pisahkan. Akidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama Islam di Eropa. Sementara Syariah sebagai sistem nilai berisi peraturan yang menggambarkan sebagai agama. Sedangkan Akhlak sebagai sistematika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama.[8]
 
D. Pertumbuhan Tempat Ibadah dan Pusat-pusat Kajian Islam di Eropa 
     Data tahun 1991 menyebutkan adanya 300 masjid di Rusia. Jumlah ini meningkat menjadi 800 masjid pada saat ini. Ketika Uni Soviet runtuh dan Republik Federasi Rusia terbentuk, tidak ada satu pun pusat pendidikan agama Islam di sana. Namun kini, minimal ada 50 sampai 60 sekolah Islam yang memberikan pendidikan agama kepada lebih dari lima ribu pelajar Muslim. Tahun 1991, hanya 40 warga Muslim Rusia yang menunaikan Haji, akan tetapi angka itu meningkat menjadi 13.500 pada tahun 2005. 
    Belgia memiliki jumlah masjid terbanyak di Eropa, mencapai 1.200 unit. Jumlahnya hampir menyamai Negara-Negara di Timur Tengah. Selain Belgia, Bulgaria juga tercatat sebagai Negara dengan jumlah pelajar muslim terbesar di Eropa. Lebih dari tiga ribu siswa menempuh pendidikan di sekolah Islam setiap tahunnya. Hebatnya, di sekolah umum juga diberikan kurikulum Islam. Dari dara statistik Mufti Bulgaria menyebutkan sebanyak 3.372 siswa mengikuti kelas agama Islam pada 2011. Jumlah itu meningkat enam kali lipat ketimbang tahun sebelumnya. 
 
E. Kemajuan Eropa dan Dampaknya bagi Dunia Islam 
   Pada masa Renaisans Eropa, para ilmuwan berusaha meneliti jalan untuk mencapai kemajuan. Berbagai keberhasilan pun telah di capai oleh mereka. Beberapa diantaranya adalah: 
  1. Chirstiper Colombus menemukan benua Amerika pada tahun 1492 M 
  2. Visco da Gamma menemukan Tanjung Harapan pada tahun 1498 M 
  Karena dua penemuan ini maka bangsa Eropa menghindari monopoli lalu lintas perdagangan yang dikuasai umat Islam. Pada waktu itu, bangsa Eropa menghadapi kerajaan Turki Usmani yang masih dianggap kuat olehnya. Kerajaan Turki Usmani merupakan Negara adikuasa selama beberapa ratus tahun lamanya. 
    Bangsa Eropa telah maju disegala bidang. Mereka mulai menjajah kaum muslimin yang ada di dunia. Pihak yang dirugikan adalah Turki Usmani. Melihat keadaan Islam waktu itu, Turki pun menyadari bahwa Islam tertinggal jauh dari bangsa Eropa. Oleh sebab itu, mereka melakukan pembaharuan. Pembaharuan yang telah dilakukan oleh Turki Usmani diantaranya; 
  1. Pemurnian ajaran Agama 
  2. Belajar dari peradaban Eropa 
  3. Gerakan penerjemahan buku-buku Eropa ke dalam bahasa Islam 
F. Sikap Islam dalam menghadapi Kemajuan Eropa 
   Pada zaman sekarang Eropa dan Barat menguasai berbagai media, teknologi, militer, ekonomi, dan sebagainya. Tidak heran jika Eropa dan Barat menjadi pusat sorotan masyarakat dunia. Hampir segala sesuatu mengacu ke Eropa dan Barat. Permasalahannya banyak yang mengadopsi tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Semua yang datang dari Eropa dan Barat dianggap baik dan harus dicontoh. Padahal belum tentu semua yang berasal dari sana itu baik. Maka dari itu, sebagai umat Muslim kita harus pintar menyaring semua yang datang dari Eropa maupun Barat agar tidak menjadi muslim yang kebarat-baratan. Jangan sampai kita seperti mereka yang maju namun maraknya bunuh diri, seks bebas, peredaran narkoba, pemerkosaan. Dan sebagainya. 
 
BAB III 
PENUTUP 
 
A. Kesimpulan 
    Dewasa ini Islam di Eropa maupun di Barat sudah berkembang dengan pesat. Banyak mualaf-mualaf yang bermunculan akibat banyaknya bangsa Eropa dan Barat yang mempelajari Islam. Begitu juga dengan berdirinya masjid di Eropa dan Barat yang sudah banyak di bangun untuk kepentingan ibadah umat Islam di Eropa ataupun Barat. Dapat disimpulkan bahwa Islam perlahan sudah menunjukkan kemajuannya di Eropa bahkan bisa mencakup seluruh bangsa. 
 
 
DAFTAR PUSTAKA 
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press. 1974 
Hasyim. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang 
Musyrifah Sunanto, Prof., Dr., Hj., Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. Bogor: Kencana. 2003 
Abuddin, Nata. Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana. 2011 
 
 
__________________
[1] Samsul Munir Amir, Drs., MA., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), ed.1, cet.2, hlm.158. 
[2] Munawiyah, Dra., Msi., dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Banda Aceh: Pusat Studi Wanita IAIN Ar-Raniry,2009), hlm.139-140 
[3] Siti Maryam, dkk. (ed), Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga modern, (Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga dan LESFI, 2003), hlm. 100-104 
[4] Samsul Munir Amir, Drs., MA., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), ed.1, cet.2, hlm. 158 
[5] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar – akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm.67 
[6] Badri Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.93 
[7] Jaih Mubarok, Dr., M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), cet.2, ed. Revisi, hlm.110 
[8] Busman Edyar, hlm. 120

Baca juga: Karya Tulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *