Makalah Pengawasan Dalam Manajemen
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu elemen terpenting dalam kehidupan manusia. Sistem pendidikan yang dapat diperoleh tidak hanya pendidikan formal saja, melainkan bisa juga diperoleh dari lembaga-lembaga non formal bahkan keluarga. Untuk mencapai pendidikan tersebut pendidikan haruslah ditata melalui aktivitas manajemen itu sendiri meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.
Dalam pelaksanaan setiap substansi manajemen pendidikan didalamnya pasti dimulai proses perencanaan sampai dengan proses akhir (pengawasan). Pengawasan dapat memengaruhi proses perencanaan yang akan datang, karena dengan pengawasan dapat diketahui kelemahan dan kesalahan yang terjadi agar dapat dihindari dikemudian hari. Pengawasan harus dilakukan sebaik-baiknya agar tujuan yang dicapai dapat terealisasikan.
B. Rumusan Masalah
- Apa pengertian pengawasan dalam manajemen pendidikan?
- Bagaimana peran pengawasan dalam manajemen pendidikan?
- Apa saja tipe-tipe pengawasan dalam manajemen pendidikan?
- Bagaimana alasan pengawasan dalam manajemen pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk mengetahui, memahami dan menambah wawasan keilmuan tentang definisi, peran, tipe-tipe dan alasan-alasan pengawasan dalam manajemen dan untuk memenuhi tugas pengantar manajemen.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengawasan
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengertian ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan.[1] Pengawasan secara umum dapat didefinisikan sebagai cara suatu organisasi mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien, serta lebih jauh mendukung terwujudnya visi dan misi organisasi. Berikut ini beberapa pendapat dari para ahli tentang pengawasan:
1. Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig:
Pengawasan adalah tahap proses manajerial mengenai pemeliharaan kegiatan organisasi dalam batas-batas yang diizinkan yang diukur dari harapan-harapan. Lebih jauh Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig mengatakan bahwa, teori pengawasan itu seperti halnya teori umum lainnya, lebih banyak merupakan keadaan pikiran (state of maid) dari pada gabungan spesifik dari metode matematis, ilmiah atau teknologis.
2. G. R. Terry:
Controlling can be defined as the process of determining what is to be accomplishied that is the standard; what is being accomplisied, that is the performance, evaluating the performance and if necessary applying corrective measure so that performance take place according to plans, that is, in conformity with the standard (pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar).
3. T. Hani Handoko:
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai.
4. Hadibroto:
Pengawasan adalah kegiatan penilaian terhadap organisasi/kegiatan dengan tujuan agar organisasi/kegiatan tersebut melaksanakan fungsinya dengan baik dan dapat memenuhi tujuannya yang telah ditetapkan.
5. Brantas:
Pengawasan ialah proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut.[2]
B. Peran Pengawasan dalam Perspektif Kepemimpinan
Secara umum ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan diberlakukannya pengawasan pada suatu organisasi, yaitu:
- Pengawasan memiliki peran penting terutama dalam memastikan setiap pekerjaan terlaksana sesuai dengan yang direncanakan.
- Disamping itu pengawasan juga memiliki peran dalam membantu manajer dalam mengawal dan mewujudkan visi dan misi perusahaan, dan tidak terkecuali telah menempatkan manajer sebagai pihak yang memiliki wewenang sentral disuatu organisasi.
- Pengawasan bernilai positif dalam membangun hubungan yang baik antara pemimpin dan karyawan. Ini sebagaimana ditegaskan oleh George R. Terry Leslie W. Rue mengatakan, “manajer yang efektif menggambarkan pengawasan untuk membagi-bagi informasi, memuji pelaksana yang baik dan menampakkan mereka yang memerlukan bantuan serta menentukan bantuan jenis apa yang mereka perlukan.”
- Pengawasan yang baik memiliki peran dalam menumbuh kembangkan keyakinan para stakeholders pada organisasi. Stakeholders adalah mereka yang memiliki kepedulian tinggi pada organisasi. Mereka yang dikategorikan sebagai stakeholders adalah pemerintah, kreditur, supplier (pemasok), investor, akuntan publik, akademisi, Lembaga penilai, karyawan, dan lain-lain.
Peran pengawasan akan semakin terasa jika seorang pimpinan menerapkan konsep pengawasan secara sangat baik. Namun peran pengawasan menjadi tidak begitu berarti jika pimpinan tidak ikut terlibat secara penuh ikut serta dalam mewujudkan terbentuknya pengawasan yang dimaksud.[3]
C. Tipe-tipe Pengawasan
Ada tiga tipe dasar pengawasan, yaitu:
1. Pengawasan pendahuluan (feedforward control)
Pengawasan pendahuluan sering disebut steering controls, dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan. Jadi, pendekatan pengawasan ini lebih aktif dan agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah terjadi. Pengawasan ini akan efektif hanya bila manajer mampu mendapatkan informasi akurat dan tepat pada waktunya tentang perubahan-perubahan dalam lingkungan atau tentang perkembangan terhadap tujuan yang diinginkan.
2. Pengawasan “concurrent”
tipe pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent control). Pengawasan ini, sering disebut pengawasan “Ya-tidak”, screening control atau “berhenti-terus”, dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bias dilanjutkan, atau menjadi semacam peralatan “double-check” yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.
3. Pengawasan umpan balik (feedback control)
Pengawasan umpan balik, juga dikenal sebagai past-action controls, mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan datang. Pengawasan ini bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.
Ketiga bentuk pengawasan tersebut sangat berguna bagi manajemen. Pengawasan pendahuluan dan “berhenti-terus”, cukup memadai untuk memungkinkan manajemen membuat tindakan koreksi dan tetap dapat mencapai tujuan. Tetapi ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan disamping kegunaan dua bentuk pengawasan itu. Pertama, biaya keduanya mahal. Kedua, banyak kegiatan tidak memungkinkan dirinya dimonitor secara terus-menerus. Ketiga, pengawasan yang berlebihan akan menjadikan produktivitas berkurang. Oleh karena itu, manajemen harus menggunakan sistem pengawasan yang paling sesuai bagi situasi tertentu.[4]
Ada yang harus diingat dalam memahami tipe pengawasan, semua itu sangat tergantung siapa dan dimana diterapkannya tipe pengawasan tersebut. Karena kesuksesan suatu tipe pengawasan sangat tergantung kepada siapa yang ditugaskan untuk menjadi pengawasan dari pekerjaan tersebut. Jika yang bersangkutan memiliki keseriusan tinggi maka artinya pengawasan itu akan sukses, namun itu juga menjadi sebaliknya.
D. Alasan-alasan Pengawasan (Controlling) Diperlukan
Secara umum ada beberapa alasan mengapa dalam suatu organisasi diperlukan pengawasan, yaitu:
- Agar kualitas output yang dihasilkan menjadi lebih baik dan sesuai dengan keinginan banyak pihak, khususnya pengguna produk.
- Terbentuknya konsep manajemen sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak komisaris maupun manajemen perusahaan. Misalnya pihak komisaris perusahaan menginginkan perolehan dividen tahun ini adalah 12 persen, maka karena pengawasan yang dilakukan begitu ketat oleh pihak komisaris pada kinerja dari manajemen perusahaan maka akhirnya target 12 persen tersebut tercapai.
- Dengan adanya pengawasan maksimal diharapkan tujuan dan keinginan terbentuknya Good Corporate Governance (GCG) akan dapat diwujudkan. Pembentukan GCG lebih jauh telah memposisikan terwujudnya organisasi yang bersih (clean organization) dan manajemen yang professional.[5]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengawasan merupakan proses untuk menjamin agar tujuan-tujuan organisasi dan manajemen dapat tercapai atau proses manajerial mengenai pemeliharaan kegiatan organisasi dalam batas-batas yang diizinkan yang diukur dari harapan-harapan atau sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai.
Pengawasan memiliki peran penting terutama dalam memastikan setiap pekerjaan terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. Disamping itu pengawasan juga memiliki peran dalam membantu manajer dalam mengawal dan mewujudkan visi dan misi perusahaan, dan tidak terkecuali telah menempatkan manajer sebagai pihak yang memiliki wewenang sentral disuatu organisasi.
Tipe-tipe pengawasan ada tiga yaitu; Pengawasan Pendahuluan ,Pengawasan pada saat kerja berlangsung, Pengawasan Umpan Balik. Tahap Proses Pengawasan; Menetapkan standar pelaksanaan (perencanaan), Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standard dan penganalisa penyimpangan-penyimpangan, Pengambilan tindakan koreksi.
Pengawasan penting disebabkan karena Perubahan lingkungan organisasi, Peningkatan kompleksitas organisasi, Meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan, Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang, Komunikasi dan Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, Hani. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1998.
Fahmi, Irham. Manajemen Kepemimpinan Teori & Aplikasi. Bandung: Alfabeta, 2013.
Contoh Makalah. menuaiinfo.blogspot.com/
__________________
[1] Hani Handoko, Manajemen Edisi 2 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1998), hlm. 359-360.
[2] Irham Fahmi, Manajemen Kepemimpinan Teori & Aplikasi (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 138-139
[3] Ibid., hlm. 140-141
[4] Handoko, Hani. op. cit. hlm. 361-362
[5] Fahmi, Irham. op. cit. hlm. 143-144
Baca juga: Karya Tulis