Makalah Model dan Organisasi Kurikulum
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (design), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan.
Dalam praktik pengembangan kurikulum sering terjadi kecenderungan hanya menekankan pada pemenuhan mata pelajaran. Artinya isi atau materi yang harus dipelajari peserta didik hanya berpusat pada disiplin ilmu yang terstruktur, sistematis dan logis, sehingga mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan perkembangan masyarakat.Salah satu aspek yang perlu dipahami dalam pengembangan kurikulum adalah aspek yang berkaitan dengan organisasi kurikulum. Organisasi kurikulum berkaitan dengan pengaturan bahan pelajaran, yang selanjutnya memiliki dampak terhadap masalah administrasi pelaksanaan proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana penjelasan mengenai model konsep kurikulum?
- Bagaimana penjelasan mengenai model pengembangan kurikulum?
- Bagaimana penjelasan mengenai organisasi kurikulum?
- Bagaimana penjelasan bentuk struktur pengembangan organisasi kurikulum?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut:
- Menjelaskan maksud dari model organisasi kurikulum
- Menjelaskan mengetahui jenis model pengembangan kurikulum
- Menjelaskan apa pengertian dari organisasi kurikulum
- Menjelaskan bentuk struktur dari pengembangan organisasi kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Kurikulum
Model berarti proses perencanaan dan seleksi elemen, teknik, dan prosedur dalam melakukan sesuatu yang mencakup objek, konsep dan upaya untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dari model kurikulum menurut Charles Reigeluth (1980), ialah perencanaan tentang cara yang optimal dan tepat untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.[1]
Perkembangan kurikulum merupakan proses pembuatan keputusan yang terencana dan untuk merevisi produk dari keputusan tersebut berdasar pada evaluasi berkelanjutan. Sebuah model dapat mengatur proses. Menurut Taba apabila seseorang memahami perkembangan kurikulum sebagai tugas yang membutuhkan keteraturan, maka harus diketahui aturan ketika keputusan dibuat dan bagaimana cara keputusan-keputusan tersebut dibuat, untuk memastikan bahwa semua pertimbangan yang relevan telah tercakup dalam keputusan-keputusan tersebut.
Dalam arti umum, model kurikulum adalah sebagai hasil dari suatu pemikiran yang mendalam tentang hakikat Pendidikan dan pembelajaran. Smith dan Ragan (2005) merinci pengertian tersebut bahwa desain kurikulum merupakan proses sistematik dan reflektif dalam menerjemahkan prinsip belajar mengajar ke dalam suatu rancangan pembelajaran yang mencakup materi instruksional, kegiatan belajar, sumber-sumber belajar dan sistem evaluasi.[2]
B. Model-Model Kurikulum
Pengembangan kurikulum berkenaan dengan model kurikulum yang dikembangkannya. Minimal ada empat model kurikulum yang banyak diacu dalam pengembangan kurikulum, yaitu model kurikulum subjek Akademis, Humanistik, Rekonstruksi Sosial dan Kompetensi (Sukmadinata, 2009).
1. Model Kurikulum Subjek Akademis
Menurut Sukmadinata model kurikulum subyek akademis adalah tipe kurikulum tertua yang bersumber dari pendidikan klasik berorientasi pada masa lalu dimana kurikulum dipandang sebagai proses untuk memperdalam ilmu pengetahuan, proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik tergantung kepada segi apa yang dipentingkan dalam materi pelajaran tersebut. Kurikulum subyek akademis lebih mengutamakan isi pendidikan, isi pendidikan diambil dari disiplin-disiplin ilmu. Karena kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya menjadi lebih bersifat intelektual[3].
a. Tujuan Kurikulum Subjek Akademis
Menurut Sukmadinata tujuan kurikulum subjek akademik adalah memberikan pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses penelitian dengan menjadikan para siswa berpengetahuan di dalam berbagai disiplin ilmu, diharapkan para siswa memiliki konsep dan cara-cara yang dapat terus dikembangkan dalam masyarakat. Sekolah harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merealisasikan kemampuan menguasai warisan budaya.[4]
b. Kegunaan Kurikulum Subjek Akademis bagi Siswa
Menurut Muhamad para pengembang kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan penyusunan bahan secara logis dan sistematis dari pada menyelaraskan urutan bahan dengan kemampuan berfikir anak. Mereka umumnya kurang memperhatikan bagaimana siswa belajar dan lebih mengutamakan susunan isi yaitu apa yang diajarkan. Proses belajar yang ditempuh oleh siswa sama pentingnya dengan penguasaan konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi[5].
2. Model Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Para pendidik humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain)[6].
a. Tujuan Kurikulum Humanistik
Menurut Deri (2013) kurikulum humanistik ini bertujuan untuk perkembangan pribadi yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar. Selain itu, untuk mengembangkan pribadi siswa yang utuh, yang serasi baik di dalam dirinya maupun dengan lingkungan secara menyeluruh.
b. Kegunaan Kurikulum Humanistik bagi Siswa
- Siswa mempunyai kesempatan untuk memperluas dan memperdalam aspek-aspek perkembangannya.
- Siswa lebih rajin dalam belajar.
- Siswa memiliki sikap yang sehat terhadap diri sendiri dan orang lain.
- Siswa dapat mengembangkan proses-proses pembelajaran yang akan dilakukan, sehingga mencapai tujuan proses pembelajaran yang ditentukan.
- Siswa mempunyai wawasan yang luas, karena dapat mengembangkan ide yang dipikirkan.
- Siswa lebih aktif dalam melakukan proses belajar mengajar.
3. Model Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Model kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan, interaksi, kerja sama. Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerja sama ini siswa berusaha memecahkan problem-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik[7].
a. Tujuan Kurikulum Subjek Rekonstruksi Sosial
Kurikulum harus bersifat lebih fleksibel. Seharusnya kurikulum tidak hanya berkutat pada persoalan pendidikan yang ada di sekolah saja, seharusnya kurikulum juga memperhatikan problem dan masalah yang ada di masyarakat sebagai upaya kehidupan masa datang yang semakin maju. Keberadaan problem dan masalah sosial harus dianggap sebagai tuntutan dan masalah dalam penerapan kurikulum di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Adanya pertanyaan apakah kurikulum bersifat mengembangkan kualitas peserta didik yang diharapkan dapat memperbaiki masalah dan tantangan masyarakat ataukah kurikulum merupakan upaya pendidikan membangun masyarakat baru yang diinginkan bangsa menempatkan kurikulum pada posisi yang berbeda.
b. Kegunaan Kurikulum Rekonstruksi Sosial bagi Siswa
Adapun kegunaan kurikulum rekontruksi sosial bagi siswa adalah menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia tantangan-tantangan tersebut merupakan bidang garapan studi sosial, yang perlu didekati dari bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosiologi, psikologi, estetika, bahkan pengetahuan alam, dan matematika.masalah-masalah masyarakat bersifat universal dan hal ini dapat dikaji dalam kurikulum.
C. Pengertian Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pengajaran yang disampaikan kepada peserta didik guna tercapainya tujuan pendidikan atau pembelajaran yang ditetapkan[8]. Sejalan dengan pengertian diatas, Burhan Nurgiyantoro memandang organisasi kurikulum adalah struktur kurikulum berupa kerangka umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada murid. Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan atau isi kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif[9].
Dari pengertian organisasi kurikulum diatas, dapat disimpulkan bahwa organisasi kurikulum adalah struktur kurikulum berupa kerangka umum program-program pengajaran yang disusun dalam pola tertentu dengan tujuan untuk mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan bisa tercapai. Dengan demikian, organisasi kurikulum berkaitan dengan pengaturan bahan pelajaran serta hal-hal yang berkaitan dengan mata pelajaran seperti jadwal pelajaran, alokasi waktu dan lain sebagainya.
Dalam proses pengembangan kurikulum organisasi berperan sebagai suatu metode untuk menentukan seleksi dan pengorganisasian pengalaman-pengalaman belajar yang diselenggarakan oleh sekolah, organisasi kurikulum menunjukkan peranan guru, peserta didik dan lain-lain yang terlibat aktif dalam proses perencanaan kurikulum. Untuk melakukan organisasi kurikulum, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ruang lingkup (scope), urutan bahan (sequence), kontinuitas, keseimbangan dan keterpaduan (integrated).
D. Bentuk-bentuk Struktur Organisasi Kurikulum
Terdapat dua bentuk struktur organisasi dalam kurikulum yaitu, struktur horizontal dan struktur vertikal.
1. Struktur Horizontal
Bentuk struktur horizontal dalam organisasi kurikulum adalah suatu bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini berkaitan erat dengan tujuan pendidikan, isi pelajaran, dan strategi pembelajarannya. Sejalan dengan pendapat A. Hamid Syarief yang menyatakan bahwa struktur horizontal suatu kurikulum berkenaan dengan bagaimana kurikulum itu diorganisasi atau bagaimana bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid. Dari dua pendapat itu dapat dipastikan bahwa struktur horizontal adalah struktur yang berkaitan dengan penyusunan antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain.[10]
2. Struktur Vertikal
Bentuk ini berkaitan dengan masalah sistem pelaksanaan kurikulum di sekolah, termasuk didalamnya adalah sistem pengalokasian waktu. Struktur vertikal kurikulum meliputi: sistem kelas, sistem tanpa kelas, kombinasi antara sistem kelas dan tanpa kelas, sistem unit waktu dan pengalokasian waktu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Model pengembangan kurikulum adalah sistem atau konsep mengenai usaha perencanaan yang berisi seperangkat tujuan, isi dan bahan pembelajaran yang dijadikan sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
- Model-model kurikulum antara lain model kurikulum bermuatan lokal dan model kurikulum kecakapan hidup yang masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihannya sesuai dengan kebutuhan dari penerapan kurikulum tersebut.
- Organisasi merupakan asas yang sangat penting bagi proses pengembangan kurikulum dan berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran, karena hal itu untuk menentukan isi bahan pembelajaran, menentukan cara penyampaian bahan pembelajaran, menentukan bentuk pengalaman yang akan disiapkan untuk peserta didik dan menentukan peran pendidik dalam hubungan atau implementasi kurikulum.
- Struktur kurikulum ada dua, yaitu, struktur horizontal dan struktur vertikal. Struktur horizontal dalam organisasi kurikulum adalah suatu bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.
B. Saran
Setiap model dan kurikulum memiliki ciri tersendiri serta kelebihan dan kekurangan yang tak dapat dipisahkan dari model tersebut. Suatu lembaga pendidikan ataupun suatu negara yang hendak merumuskan atau mengganti kurikulum pendidikan yang digunakan haruslah memperhatikan nilai plus minus dari dari model yang akan dipilih. Selain itu, ketika memilih suatu kurikulum hendaklah melihat kembali tujuan pendidikan dari lembaga pendidikan atau negara tersebut, sehingga kurikulum dapat berhubungan dan bisa menjadi salah satu cara untuk mewujudkan tujuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sukmadinata, N S. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Ansyar, Muhammad. Kurikulum: Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembangan. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2017.
Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.
Syukur, Fatah. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rosail Media Group. 2008
Ghofir, Abdul. Pengenalan Kurikulum Madrasah. Solo: CV. Ramadhani,1993.
Ansyar, M Nursain H. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991.
__________________
[1] Muhammad Ansyar, 2017. Kurikulum: Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembangan. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, hlm.261
[2] Ibid, hlm.261
[3] Sukmadinata N.S .2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm.84
[4] Ibid, hlm.84
[5] IIbid, hlm.136
[6] Ibid, hlm.86
[7] Fatah Syukur. 2008. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rosail Media Group. hlm.103
[8] Muhaimin, 1991 Konsep Pendidikan Islam, Solo: CV. Ramadhani, hlm.41
[9] A. Hamid Syarief, 1998 Pengembangan Kurikulum, Surabaya: Bina Ilmu, hlm.57
[10] A. Hamid Syarief.1998. Pengembangan Kurikulum, Surabaya: Bina Ilmu, 1998, hlm.57.
Baca juga: Karya Tulis