Makalah Landasan, Fungsi dan Tujuan Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pendidikan dan pembelajaran yang saat ini berlangsung sebenarnya merupakan kelanjutan dari cita-cita bangsa Indonesia dan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran dimasa lampau. Pendidikan juga sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah landasan tertentu. Landasan tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu.
Pendidikan harus memiliki tujuan sebagai titik tolak dalam perjalanannya. Sebuah pendidikan akan selalu diarahkan pada sebuah tujuan yang dapat membawa sebuah fungsi kemanfaatan. Kaitannya dengan hal ini sebagai calon pendidik tentulah kita harus mengetahui fungsi dan tujuan pendidikan di negara ini dengan ke fleksibelan yang memang membawa kita ke taraf kehidupan globalisasi ini.
B. Rumusan Masalah
- Sebutkan dan jelaskan landasan pendidikan?
- Apa saja fungsi dari pendidikan?
- Uraikan tujuan dari pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis makalah kali ini adalah agar pembaca dapat mengetahui tentang apa saja landasan pendidikan, fungsi pendidikan, dan tujuan pendidikan. Untuk menambah wawasan para mahasiswa terkait masalah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan-Landasan Pendidikan
1. Landasan Agama (Religius)
Agama merupakan landasan yang paling mendasar dari landasan-landasan pendidikan, sebab landasan agama merupakan landasan yang diciptakan oleh Allah SWT. Landasan agama itu berupa firman Allah SWT dalam kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis berupa risalah (tuntunan) yang dibawakan oleh Rasulullah (utusan Allah) yakni Nabi Muhammad SAW untuk manusia, berisi tentang tuntunan-tuntunan atau pedoman hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat nanti, serta merupakan rahmat bagi seluruh alam.
Pada landasan agama terdapat pula tuntunan untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat, sebagaimana pada hadis nabi Muhammad SAW, artinya: “Barang siapa menginginkan kebahagiaan dunia, maka dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan kebahagiaan akhirat, maka dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan keduanya, maka dengan ilmu”.
2. Landasan Filosofi
Filsafat telah ada sejak manusia itu ada (Pidarta,2001). Manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat sudah memiliki gambaran dan cita-cita yang mereka kejar dalam hidupnya, baik individu maupun secara kelompok.[1] Gambaran dan cita-cita itu makin lama makin berkembang sesuai dengan perkembangan budaya mereka. Gambaran dan cita-cita itu yang mendasari adat istiadat suatu suku atau bangsa, serta norma dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Demikian pula pendidikan yang berlangsung di suatu suku atau bangsa tidak terlepas dari gambaran dan cita-cita. Hal ini yang memotivasi masyarakat untuk menekankan aspek-aspek tertentu pada pendidikan agar dapat memenuhi gambaran dan cita-cita mereka.
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai akar-akarnya mengenai pendidikan (Pidarta, 2001). Terdapat sejumlah filsafat pendidikan yang dianut bangsa-bangsa di dunia. Namun demikian semua filsafat pendidikan itu sebagai dasar pendidikan akan menjawab tiga pertanyaan pokok, yakni:
- Apakah pendidikan itu?
- Apa yang hendak di capai oleh pendidikan?
- Bagaimana cara terbaik merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan itu?
3. Landasan Hukum
Landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak. Pendidikan menurut UUD 1945 yakni terdapat pada Pasal 31 ayat 1 yang berbunyi, tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Ayat 2 menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4. Landasan Psikologis
Psikologi merupakan ilmu jiwa, yakni ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang selalu berada dan melekat pada manusia itu sendiri.
Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani, jiwa balita baru berkembang sedikit sekali sejajar dengan tubuhnya yang juga masih berkemampuan sederhana sekali.[2] Makin besar anak itu makin berkembang pula jiwanya, dengan melalui tahap-tahap tertentu akhirnya anak itu mencapai kedewasaan baik dari segi kejiwaan maupun dari segi jasmani.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa landasan psikologis pendidikan harus mempertimbangkan aspek psikologis peserta didik, peserta didik harus dipandang sebagai subjek pendidikan yang akan berkembang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan mereka. Pendidikan harus akomodatif terhadap tingkat perkembangan dan pertumbuhan mereka.
5. Landasan Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sosial mengacu kepada hubungan antar individu, antar masyarakat, dan individu dengan masyarakat. Unsur sosial ini merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan.
Bagaimana dengan aspek budaya? Sama halnya dengan sosial, aspek budaya ini pun sangat berperan dalam proses pendidikan. Dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka juga budaya. Dengan demikian budaya tidak pernah lepas dari proses pendidikan itu sendiri. Bahasan landasan sosial budaya dalam pendidikan diuraikan secara berturut-turut, (1) sosiologi dan pendidikan, (2) kebudayaan dan pendidikan, (3) masyarakat dan sekolah, (4) masyarakat Indonesia dan pendidikan, dan (5) dampak konsep pendidikan.
6. Landasan Sosiologi
Sejalan dengan lahirnya pemikiran tentang pendidikan kemasyarakatan, pada abad ke-20 sosiologi memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang diinginkan oleh aliran kemasyarakatan ini ialah proses pendidikan yang bisa mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia[3]. Perwujudan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman. Para guru dan pendidik lainnya akan menerapkan konsep sosiologi di lembaga pendidikan masing-masing.
7. Landasan Ekonomi
Pada zaman modern atau globalisasi sekarang ini, yang sebagian besar manusianya cenderung mengutamakan kesejahteraan materi dibanding kesejahteraan rohani, membuat ekonomi mendapat perhatian yang sangat besar.
Bidang ekonomi memunculkan berbagai usaha baru, pabrik-pabrik baru, industri-industri baru, badan-badan perdagangan baru, dan badan-badan jasa yang baru pula. Jumlah konglomerat bertambah banyak, walaupun orang-orang miskin masih tetap ada. Pertumbuhan ekonomi menjadi tinggi, dan penghasilan negara bertambah, walaupun utang luar negeri cukup besar dan penghasilan rakyat kecil masih minim.
Perkembangan ekonomi makro berpengaruh pula dalam bidang pendidikan. Sudah banyak orang kaya bersedia secara sukarela menjadi bapak angkat agar anak-anak dari orang tidak mampu bisa bersekolah. Sikap dan tindakan ini sangat terpuji, bukan hanya bersifat perikemanusiaan, melainkan juga dalam upaya membantu menyukseskan wajib belajar 12 tahun. Mereka telah menyisihkan sebagian dari rezekinya untuk beramal bagi yang memerlukan. Hal ini merupakan bagian dari pengaruh pendidikan. Tindakan seperti ini patut dicontoh oleh mereka yang kaya yang belum menjadi bapak angkat.[4]
8. Landasan Ilmiah dan Teknologi (IPTEK)
Tirtarahardja (2005) menyatakan bahwa pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki kaitan yang sangat erat. Iptek menjadi bagian utama dalam isi pembelajaran. Dengan kata lain bahwa pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Pada sisi lain, pada setiap perkembangan iptek harus sering diakomodasi oleh pendidikan yakni dengan segera memasukkan hasil pengembangan iptek itu ke dalam bahan ajar.[5]
Dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat yang makin kompleks maka pendidikan dengan segala aspeknya mau tak mau mengakomodasi perkembangan itu, baik perkembangan iptek maupun perkembangan masyarakat. Konsekuensi perkembangan pendidikan itu menyebabkan penataan kelembagaan, pemantapan struktur organisasi dan mekanisme kerja serta pemantapan pengelolaan dan lain sebagainya haruslah dilakukan dengan memanfaatkan IPTEK itu. Karena kebutuhan pendidikan yang sangat mendesak maka banyak teknologi dari berbagai bidang ilmu segera diadopsi ke dalam penyelenggaraan pendidikan, dan atau kemajuan itu segera dimanfaatkan oleh penyelenggara pendidikan.
B. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan menjadi sangat penting bagi manusia sejak awal. Pendidikan dalam arti mendidik adalah memberi bantuan pada anak agar anak yang berusia muda ini bertumbuh normal sebagai manusia lainnya. Mendidik pada lazimnya adalah memberi tuntunan, pertolongan, bantuan kepada peserta didik untuk memberdayakan potensi yang dimilikinya untuk berkembang, dan berkembang terus melalui pendidikan sekolah, dan tetap terus berkembang melalui pendidikan lanjutan sehingga dapat hidup mandiri, dan dapat mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan nyata sebagai manusia normal.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka fungsi pendidikan adalah membantu peserta didik untuk hidup mandiri sebagai manusia normal.[6] Secara spesifik dalam pengertian sempit atau mikro, fungsi pendidikan adalah memberi bantuan secara sadar untuk terjadinya perkembangan jasmaniah dan rohaniah dalam diri peserta didik. Perkembangan jasmaniah adalah mengenal diri jasmaninya, untuk sehat secara fisik harus disiplin dan dalam makanan dan minuman, olahraga yang teratur, dan lain sebagainya. Adapun perkembangan rohaniah adalah mulai dengan mengenal dirinya sendiri, diajari untuk mengenal dirinya dan Tuhan. Selanjutnya, fungsi pendidikan secara luas atau makro adalah sangat berkaitan dengan : (1) pengembangan diri pribadi secara makro, yaitu cinta kasih pada teman-teman dan sesamanya, mencintai keluarga, mencintai lingkungan, dan mengenal pencipta alam semesta; (2) pengembangan seni budaya atau kebudayaan bangsa yang beraneka ragam; dam (3) pengembangan dirinya sebagai warga negara yang baik, dan sebagai warga negara harus bertekad bulat untuk mempertahankan bangsa dan negaranya. Fungsi pendidikan secara makro ini akan berjalan dengan mulus manakala di dalam proses pendidikan perlu adanya penekanan pendidikan pada interaksi harmonis, karena sesungguhnya inti dari pendidikan adalah persoalan interaksi, oleh sebab itu interaksi harmonis sangat penting diajarkan dan kemudian diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-harinya. Dengan demikian, maka pendidiknya, yaitu masyarakat, keluarga, dan guru, harus memberi contoh dan teladan yang baik dalam kehidupan nyata juga, agar para peserta didik meniru atau meneladani orang tuanya, pemimpinnya, yang hidup dalam keharmonisan.
Fungsi pendidikan menurut kajian literatur cetak dan internet, menyatakan bahwa fungsi pendidikan nyata yang dilakukan lembaga pendidikan, sebagai berikut:
- Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
- Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
- Melestarikan kebudayaan.
- Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
- Mengurangi pengendalian orang tua, melalui pendidikan di sekolah, orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.[7]
- Menyediakan saran untuk pembangkangan, sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
- Mempertahankan sistem kelas sosial, melalui pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
- Memperpanjang masa remaja, dengan pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orangtuanya.
C. Tujuan Pendidikan
Pembahasan tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang penting, mengingat perjalanan setiap institusi yang memiliki visi yang jelas selalu dimulai dari tujuan.[8] Demikian pula pendidikan yang kini menjadi harapan mengarahkan pada kehidupan yang lebih baik hendaknya selalu berangkat dari tujuan yang akan dicapai. Apabila tujuan yang akan dicapai sudah jelas, maka langkah selanjutnya dapat diteruskan dengan memikirkan perangkat-perangkat lain yang mendukung pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Menurut Dewey, tujuan pendidikan adalah mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat berfungsi secara individual dan berfungsi sebagai anggota masyarakat melalui penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang bersifat aktif, ilmiah, dan memasyarakat serta berdasarkan kehidupan nyata yang dapat mengembangkan jiwa, pengetahuan, rasa tanggung jawab, keterampilan, kemauan, dan kehalusan budi pekerti.[9]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Manusia adalah makhluk yang membutuhkan penyempurnaan sebagai manusia melalui pendidikan, dan kebutuhan untuk mengembangkan dirinya melalui upaya yang terus menerus menggali potensi dengan proses mendidik diri. Landasan merupakan suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tolak dari sesuatu hal; suatu pondasi tempat berdirinya sesuatu hal.
- Tujuan pendidikan antara satu negara dengan negara yang lain dapat berbeda karena latar belakang, potensi, dan falsafah bangsa dan negaranya berbeda. Bahkan, tujuan dan fungsi pendidikan juga berbeda diantara bangsa dan negara yang berbeda. Namun demikian, secara umum tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi bawaan manusia agar dapat berkembang secara optimal dan mampu melakukan tugas dan kewajiban sebagai khalifah di bumi. Fungsi pendidikan adalah sebagai instrumen penting yang diperlukan untuk membantu proses menumbuh kembangkan potensi, minat, dan bakat guna mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Muhammad. Filsafat Pendidikan. Depok: Kencana, 2015.
Kadir, Abdul Dkk. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2012.
Neolaka, Amos & Grace Amalia A. Neolaka. Landasan Pendidikan. Depok: Kencana, 2017.
Sukardjo, M & Ukim Komarudin. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012.
__________________
[1] Abdul Kadir Dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm.95
[2] Abdul Kadir Dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm.97
[3] Abdul Kadir Dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm.99
[4] Abdul Kadir Dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm.99
[5] Abdul Kadir Dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm.101
[6] Amos Neolaka & Grace Amalia A. Neolaka, Landasan Pendidikan, (Depok: Kencana, 2017), hlm. 17
[7] Amos Neolaka & Grace Amalia A. Neolaka, Landasan Pendidikan, (Depok: Kencana, 2017), hlm.18
[8] Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, (Depok: Kencana, 2015), hlm.105
[9] M.Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), hlm.13
Baca juga: Karya Tulis