Makalah Keutamaan Iyadatul Maridh
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjenguk orang sakit adalah salah satu amal baik yang selalu dianjurkan oleh Rasulullah. Menjenguk orang sakit adalah kepekaan sosial, dan pada banyak kasus, menjadi penyebab utama bagi sembuhnya penyakit seseorang. Datang dengan wajah tersenyum dan mendoakan kesembuhan, adalah obat yang manjur, yang banyak tidak disadari orang. Oleh karena itu, menjenguk orang yang sakit menyimpan banyak sekali keutamaan.
Menjenguk orang sakit merupakan tumpuan pendukung kita untuk hidup sosial. Selain itu limpahan rahmat Allah SWT., yang sangat luas untuk kita. Namun sayangnya banyak sekali orang yang tidak menghiraukan hal ini. Bahkan mereka mau menjenguk jika yang sakit tersebut mengetahui kedatangannya.
Sebagian besar orang sudah mengetahui begitu utamanya menjenguk orang sakit namun mereka tidak paham dengan adab-adab menjenguk orang sakit sehingga banyak orang sakit saat dijenguk merasa kurang nyaman dengan kedatangannya.
B. Rumusan Masalah
- Apa konsep dari Iyadatul Maridh?
- Apa dasar hukum Iyadatul Maridh?
- Bagaimana Do’a ketika Iyadatul Maridh?
- Apa manfaat dari Iyadatul Maridh?
- Apa hikmah Iyadatul Maridh?
- Apa keutamaan dari Iyadatul Maridh?
C. Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui konsep dari Iyadatul Maridh.
- Untuk mengetahui dasar hukum Iyadatul Maridh.
- Untuk mengetahui Do’a ketika Iyadatul Maridh.
- Untuk mengetahui manfaat dari Iyadatul Maridh.
- Untuk mengetahui hikmah Iyadatul Maridh.
- Untuk mengetahui keutamaan dari Iyadatul Maridh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Iyadatul Maridh
Mengunjungi orang sakit merupakan perbuatan mulia yang didalamnya terdapat keutamaan yang agung serta pahala yang sangat besar, dan merupakan salah satu hak setiap muslim terhadap muslim lainnya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam senantiasa memerintahkannya. Bahkan beliau menyebutnya sebagai hak seorang muslim atas saudara muslim yang lain.
Menjenguk orang sakit bagian dari adab Islam yang mulia dan sangat dianjurkan. Islam adalah rahmat. Rahmat Islam ini mencakup semua sisi kehidupan, di antaranya rahmat Islam terhadap orang-orang lemah dan sakit. Karena orang sakit sedang merasakan penderitaan dan menahan rasa sakit yang menyerangnya. Oleh sebab itu, ia lebih membutuhkan perhatian dan bantuan dari sesamanya, serta hiburan dan motivasi untuk menguatkan batinnya nya. Karena itulah Islam memberikan perhatian besar terhadap akhlak mulia ini.
Pada diri orang sakit terdapat keutamaan dan kemuliaan bagi orang yang menjenguknya berdasarkan kabar berita dari Nabi Muhammad saw. yang diutus menjadi rahmat bagi semesta alam. Allah SWT telah menjanjikan pahala yang banyak dan ganjaran yang besar bagi orang yang menjenguk orang sakit.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menjenguk orang sakit adalah memberikan kesenangan di hati orang yang sedang sakit, menyuguhkan apa yang dia perlukan, dan menasehati tentang derita yang ia alami. Anak kecil bila sakit juga harus dijenguk sebagaimana orang dewasa. Karena alasan mengapa menjenguk orang dewasa yang sakit juga ada pada anak kecil, seperti mendoakannya, meringankan penyakitnya dan merukyahnya dengan rukyah syar’iyyah.
Banyak yang merasa enggan menjenguk orang sakit yang tidak sadarkan diri, seperti pingsan berulang kali atau mereka yang sedang koma. Dengan beranggapan bahwa mereka tidak tahu keberadaan orang yang menjenguk dan tidak merasakannya. Ibnu Hajar berkata, “Hanya sebatas mengetahui antara orang yang sakit terhadap orang-orang yang menjenguknya bukan berarti syariat menjenguk itu tidak usah dilaksanakan. Karena di balik itu keluarganya akan mengetahuinya. Dan diharapkan keberkahan doa orang yang menjenguknya, dia memegang orang yang sakit, mengusap tubuhnya, dan meniupnya dengan dibacakan Al-Mu’awwidzat, dan lain-lain.”
Orang yang menjenguk dianjurkan duduk di dekat kepala orang yang sedang sakit. Ini adalah sunnah yang dilaksanakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang shalih setelah beliau. Karena duduknya orang yang menjenguk di dekat kepala orang yang sedang sakit memiliki beberapa faedah. Diantaranya: untuk mengakrabkan orang yang sedang sakit, memudahkan orang yang menjenguk untuk meletakkan tangannya pada orang yang sedang sakit, dan mendoakannya serta merukyahnya.
Diantara adab yang baik ketika menjenguk orang sakit adalah menanyakan keadaannya. Selain itu juga menyemangatinya seperti berkata, “Tidak apa-apa, kamu akan sembuh Insya Allah”. Sebaiknya orang yang menjenguk orang yang sedang sakit tidak mengucapkan apa pun kecuali kata-kata yang baik, karena para malaikat mengamini ucapannya. Dianjurkan bagi orang yang menjenguk untuk mendoakan orang yang sedang sakit agar diberikan rahmat dan ampunan, pembersihan dari dosa dan keselamatan serta kesehatan. Doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diantaranya yaitu,
لاَ ﺑَﺄْسَ طَهُورٌ ﺇنْ شَاءَ ﷲ
“Tidak mengapa, semoga sakitmu menghapuskan dosa-dosamu insya Allah”. Dan lain-lain.
Orang yang menjenguk orang yang sakit dianjurkan meletakkan tangannya pada tubuh orang yang sedang sakit, seperti tangan atau kening. Karena dengan demikian berpengaruh pada meringankan bebannya atau kemungkinan dapat menghilangkan penyakit secara total. Akan tetapi, tidak mungkin memastikan hal itu, karena tidak ada nash yang secara khusus menyatakannya.
Orang yang menjenguk orang sakit disunnahkan merukyah orang yang sakit, sebagaimana yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terlebih lagi jika yang menjenguk itu orang yang bertakwa dan orang yang shalih, karena rukyah mereka sangat bermanfaat disebabkan keshalihan dan ketakwaan mereka. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bila ada anggota keluarganya yang menderita sakit beliau meniupnya (merukyahnya) dengan membaca Al Mu’awwidzat.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Malik). Al Hafiz Ibnu Hajar berkata, “Yang dimaksud dengan Al Mu’awwidzat adalah dua surat (Al Falaq dan An Nas) serta Al Ikhlas”.
Ketika ajal orang yang sakit itu sudah dekat dan tampak tanda-tanda kematian, maka yang menjenguknya dianjurkan mengingatkan kepada orang yang sakit itu betapa luasnya rahmat Allah Ta’ala, dan jangan pernah merasa berputus asa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Talqinkanlah orang yang akan mati dengan kalimat laa ilaaha illallaah (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah).” (Diriwayatkan Muslim, Ahmad, At Tirmidzi, An Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah). Imam An Nawawi berkata, “Perintah talqin ini adalah perintah sunnah, para ulama bersepakat atas talqin ini. Mereka memakruhkan bila terlalu banyak menalqin dan berturut-turut agar dia tidak merasa bosan dan keadaannya menjadi sempit serta menambah gundah, hingga membuat hatinya tidak suka, dan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas,” Jika wafat, bagi yang hadir dianjurkan memejamkan matanya dan mendoakannya.
B. Dasar Hukum Iyadatul Maridh
Mengunjungi dan menjenguk orang sakit merupakan kewajiban setiap muslim, terutama orang yang memiliki hubungan dengan dirinya, seperti kerabat dekat, tetangga, saudara yang senasib, sahabat dan lain sebagainya. Menjenguk orang sakit termasuk amal shalih yang paling utama yang dapat mendekatkan kita kepada Allah Ta’ala, kepada ampunan, rahmat dan Surga-Nya.
Sebagian ulama berpendapat bahwa menjenguk orang sakit hukumnya sunnah mu’akkadah (yang sangat-sangat ditekankan). Dan ini pendapat yang masyhur di kalangan Jumhur ulama, yang bisa menjadi wajib pada seseorang yang tidak pada yang lainnya.
Sementara Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat, itu fardhu kifayah, sebagaimana yang tercantum dalam al-Ikhtiyarat, hal. 85. Dan sepertinya, inilah pendapat yang lebih benar karena sesuai dengan hadits yang terdapat dalam Shahihain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
ﺣَﻖُّ ﺍﻠْﻤُﺳْﻠِﻢِ ﻋَﻠَﯽ ﺍﻠْﻤُﺳْﻠِﻢِ ﺨَﻤْﺱٌ ﺮَ دُّ السَّلاَمِ وَ عِيَادَهُ الْمَر ىضِ وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ وَﺇِجَاﺒَﺔُ الدَّعْوَﺓِ وَتَشْمِيتُ الْعَاطِس
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima: Menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan yang bersin.”
Dan terdapat dalam riwayat Muslim, “Lima perkara yang wajib ditunaikan seorang muslim terhadap saudara (muslim)-nya: (salah satunya) menjenguk orang sakit.” Sehingga Imam al-Bukhari membuat bab dalam Shahihnya, “Bab wajibnya menjenguk orang sakit.” Lalu beliau menyebutkan hadits dari Abu Musa al-As’ari secara marfu’,
ﺃﻄْﻌِمُوا الْجَائِعَ وَعُودُوا الْمَريضَ وَفُكُّوا الْعَانِيَ
“Berilah makan oleh kalian orang yang lapar, jenguklah orang sakit, dan bebaskan tawanan (muslim)”.
Hadits-hadits di atas menunjukkan wajibnya. Namun ada yang membawa maknanya kepada fardhu kifayah. Ibnu Bathal rahimahullah mengatakan, perintah tersebut bisa dibawa kepada makna wajib, yang bermaksud wajib kifayah seperti memberi makan orang lapar dan membebaskan budak. Bisa juga dibawa kepada makna sunnah sebagai anjuran untuk menjaga komunikasi dan menjaga persahabatan. (dinukil dari Fathul Baari: 10/129).[1]
C. Doa Merawat Pasien
1. Do’a Menerima Pasien
ﷲ يَشْفِيْكَ
“Semoga Allah memberi kesembuhan kepada anda”
2. Do’a memohon kesembuhan
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ ﺃذْهِبِ اﻟْﺒَﺄْسَ ﺇِشْفِ اَنْتَ الشّافِي لاَشِفَاءَ ﺇِلاَّ شِفَاءُكَ شِفَاءً لاَيُغَدِرُ سَقَمًا
Artinya : ”Ya Tuhanku, Tuhan segala manusia, hilangkanlah penyakit ini, sembuhkanlah, karena Engkaulah Maha Penyembuh, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi, wahai Maha Penyembuh segala penyakit, dan Maha Pengasih Penyayang”.
3. Hendak minum obat
اِمْسَحِ اﻠْﺑَﺄْسَ رَبَّ النَّاسِ بِيَدِكَ الشِّفَاءُ لاَكَاشِفَ لَهُ اِلاَّ اَنْتَ
“Hilangkanlah penyakit, wahai Tuhan semua manusia. Di tangan-Mu kesembuhan. Tidak ada yang menghilangkan penyakit selain dari-Mu”
4. Sesudah minum obat
اَﺴْﺄَلُ ﷲ الْعَظِيْمِ اَنْ يَشْفِيَنِى شِفَاءً لاَيُغَادِرُ سَقَمًا
“Aku memohon kepada Allah, yang maha agung, Tuhan ‘Arasy yang agung, semoga Allah memberi kesembuhan kepadaku, sembuh yang tidak menyisakan rasa sakit lagi”.
D. Manfaat Iyadatul Maridh
Menjenguk orang sakit memiliki beberapa manfaat, diantaranya:
- Menjenguk orang sakit berpotensi memberi perasaan dan kesan kepadanya bahwa ia diperhatikan orang-orang disekitarnya, dicintai, dan diharapkan segera sembuh dari sakitnya. Hal ini dapat menentramkan hati si sakit.
- Menjenguk orang sakit dapat menumbuhkan semangat, motivasi, dan sugesti dari pasien; hal ini dapat menjadi kekuatan khusus dari dalam jiwanya untuk melawan sakit yang dialaminya. Dalam dirinya ada energi hebat untuk sembuh.
Anjuran menjenguk orang sakit sangatlah diutamakan. Hingga dalam keadaan tertentu menjadi wajib tanpa melihat seberapa sakit yang dirasakan, apakah tergolong parah atau ringan. Hal ini sudah mulai pudar di antara kita, bahkan seringkali sebagian dari kita hanya merasa perlu menjenguk teman, saudara, atau kenalan yang sakit; jika sudah masuk rumah sakit. Sekian lama terbaring di rumah, hanya sedikit yang menjenguknya. Terlebih jika sakit itu tergolong penyakit yang ringan. Padahal, Nabi saw., menjenguk salah seorang sahabatnya yang ‘hanya’ sakit mata. Sakit mata biasa, bukan sejenis kebutaan atau penyakit mata berat lainnya!
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, ‘mengenai menjenguk orang yang sakit mata, bahkan sudah ada hadits khusus yang membicarakannya, yaitu hadits Zaid bin Arqam, dia menceritakan, ‘Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjenguk saya karena saya sakit mata.[2]
E. Hikmah Iyadatul Maridh
Hikmah dalam hal menjenguk kerabat yang sedang sakit salah satunya ialah menggapai doa 70.000 malaikat, Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang muslim menjenguk muslim yang lainnya pada pagi hari, kecuali 70.000 malaikat akan bershalawat untuknya hingga sore hari. Jika dia menjenguknya di sore hari, maka 70.000 malaikat akan bershalawat untuknya hingga pagi. Dan dia akan mendapatkan kebun yang penuh berisi buah-buahan di surga kelak.” (HR. At-Tirmizi)
Adapun maksud shalawat disini ialah didoakan oleh para malaikat.
“Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh. Apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam.” (HR. Muslim)
ketika kita dalam sakit sebenarnya menjadi salah satu jalan untuk semakin merenungi kekuasaan Allah SWT. Menambah keimanan dan ketawakalan kepada-Nya.
Apabila sakit tersebut diterima dengan sabar dan tawakal akan menjadi salah satu penyebab diampuni dosa-dosa. Sebagaimana dalam salah satu hadits diceritakan bahwa pada suatu waktu Rasulullah SAW. menjenguk Salman Al-Farisi RA. yang tengah berbaring sakit di rumahnya. Kemudian Rasulullah SAW. bersabda,
“Sesungguhnya ada tiga pahala yang menjadi kepunyaanmu di kala sakit. Engkau sedang mendapat peringatan dari Allah SWT., doamu dikabulkan-Nya, dan penyakit yang menimpamu akan menghapuskan dosa-dosa-mu.”
Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka malaikat berseru, ‘Engkau adalah orang yang baik, langkahmu adalah langkah yang baik, dan engkau telah mendapatkan suatu posisi di surga’ “(HR.Tirmidzi, dari Abu Hurairah r.a).[3]
F. Keutamaan Ketika Menjenguk Orang Sakit
Atsar-atsar yang menyebutkan keutamaanya sangatlah banyak, kami akan sebutkan di antaranya hadist yang diriwayatkan dari Tsauban r.a, Rasulullassh saw. Ia berkata, “Rasulullah saw. Bersabda :
“Barangsiapa yang menjenguk orang sakit maka ia senantiasa berada di taman kurma surga hingga ia kembali” (HR. Muslim no. 2568, Ahmad no. 21886, dan at-Tirmidzi no. 967)
Dan dari jabir bin ‘Abdillah r.a bahwa ia berkata, “Aku mendengar Nabi saw. bersabda,’Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit niscaya ia berada dalam naungan rahmat hingga apabila ia tetap duduk di dalamnya (HR. Bukhari dalam al-adabul Mufrad (no. 522)).[4]
Dan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya Allah SWT., berfirman dihari kiamat, ‘Wahai anak Adam, Aku sakit dan kalian tidak menjengukku.’Anak Adam berkata, ‘Ya Rabb, bagaimana kami menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Rabb semesta alam?’ Allah berfirman, ‘Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku fulan sakit dan engkau tidak menjenguknya? Tidakkah engkau tahu kalau saja engkau akan mendapati-Ku berada di sisinya?’(HR. Muslim no. 2569, Ahmad no. 8989).[5]
Selanjutnya Rasulullah Saw juga pernah bersabda :
Dan Ali r.a, Ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda, ‘Barang siapa yang mendatangi saudaranya yang muslim untuk menjenguknya, maka ia berjalan di kebun surga hingga ia duduk, niscaya rahmat Allah akan meliputinya. Dan apabila ia menjenguk di waktu pagi niscaya tujuh puluh malaikat akan mendoakannya hingga sore. Dan apabila ia menjenguk diwaktu sore maka tujuh puluh malaikat akan mendoakannya hingga pagi. (HR. Ahmad no.756, Abu Daud no.3098, Ibnu Majjah no. 1442).
Dalam mengunjungi orang sakit terkadang beberapa manfaat lain selain apa yang telah disebutkan, diantaranya membersihkan hati orang yang sedang sakit, memeriksa kebutuhan-kebutuhannya, mengambil nasihat (pelajaran) dari musibah yang menimpanya. Demikian yang dikatakan oleh Ibnul Jauzi. Beri kekuatan padanya untuk selalu sabar dalam menghadapi musibah yang menimpa, arahkan ia jangan sampai berkiprah tentang mati tapi lebih kepada pertaubatan diri dan beri motivasi agar ia tetap optimis dalam menghadapi sakitnya, dengan lontaran doa dan berusaha untuk sembuh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menjenguk orang yang sakit adalah hal yang sangat urgen dalam kehidupan sosial dimana sudah diterangkan Rasulullah dalam sabdanya bahwa selain hidup sosial juga memiliki beberapa keutamaan yaitu rahmat akan meliputinya, bahkan digambarkan seperti ada pada taman kurma surga. Dan apabila ia menjenguk di waktu pagi niscaya tujuh puluh malaikat akan mendoakannya hingga sore. Dan apabila ia menjenguk diwaktu sore maka tujuh puluh malaikat akan mendoakannya hingga pagi.
Adapun beberapa adab menjenguk orang sakit diantaranya saat menjenguk orang sakit bukan hanya terhadap orang dewasa saja bahkan perlakukan seperti menjenguk orang dewasa. Menjenguk orang sakit bukan hanya kepada orang yang sadar saja sehingga dapat menyaksikan kehadiran kita, namun jenguklah pula orang yang pingsan. Adapun menjenguk orang musyrik diperbolehkan bahkan Rasul melakukannya hingga orang tersebut masuk Islam. Ringankan beban orang yang sakit saat kita berkunjung maka hadirlah diwaktu yang tepat dan jangan duduk berlama-lama karena akan mengganggu waktu istirahatnya kecuali jika kita diminta orang yang sakit untuk berlama-lama disisinya. Duduklah disamping kepala orang yang sakit karena akan mengandung beberapa faedah yaitu menunjukkan sikap ramah terhadap orang yang sakit, dan dengan kemungkinan orang yang menjenguk akan meletakkan tangannya ke tubuh orang yang sakit dan mendoakannya. Bertanyalah tentang keadaannya dan berkata-katalah yang baik dan beri semangat padanya sehingga akan memotivasi orang yang sakit tersebut untuk sembuh.
Hukum menjenguk orang yang sakit yaitu Imam Ath Thabari menekankan bahwa menjenguk orang sakit merupakan kewajiban bagi orang yang diharapkan berkah (dari Allah datang lewat diri) nya, disunnahkan bagi orang yang memelihara kondisinya, dan mubah bagi mereka.
Manfaat menjenguk orang sakit diantaranya yaitu dapat menumbuhkan semangat, motivasi, dan sugesti dari pasien; hal ini dapat menjadi kekuatan khusus dari dalam jiwanya untuk melawan sakit yang dialaminya. Dalam dirinya ada energi hebat untuk sembuh, mencari tahu apa yang diperlukan si sakit, mengambil pelajaran dari penderitaan yang dialami si sakit., mendoakan, melakukan ruqyah (membaca ayat-ayat tertentu dari Al Quran) yang syar’i., Menjenguk tanpa Mempertimbangkan Penyakit dan Usianya.
Adapun Hikmah menjenguk orang sakit diantaranya yaitu :
- Di doakan oleh para Malaikat
- Memberi pelajaran bagi kita bahwasanya begitu mahalnya sehat sehingganya kita selalu menjaga kesehatan
- Mengajari kita untuk ikhlas dan sabar
- Tergolong langkah terbaik dan perbuatan baik
DAFTAR PUSTAKA
Qowiyatus, Winda. Iyadatul Maridh. (sumber: http://windaqs.blogspot.com/2017/02/iyadatul-maridh-menjenguk-orang-sakit.html). 2017.
Adabul Mufrad. (no.532).
Daeng, Nurlita. Menjenguk Orang Sakit. (sumber: http://nurlitadaengngai.blogspot.com/2014/11/menjenguk-orang-sakit.html). 2014.
Fuad bin Abdil Aziz asy-Syalhub. Fiqh Adab. Bogor: Griya Ilmu, 2007.
Riyadus Shalihin II. Semarang: CV. Toha Putra Semarang, 1981.
__________________
[1] Winda Qowiyatus, Iyadatul maridh, (sumber: http://windaqs.blogspot.com/2017/02/iyadatul-maridh-menjenguk-orang-sakit.html), 2017
[2] Adabul Mufrad, (no.532)
[3] Nurlita Daeng, Menjenguk Orang Sakit, (sumber: http://nurlitadaengngai.blogspot.com/2014/11/menjenguk-orang-sakit.html), 2014
[4] Fuad bin Abdil Aziz asy-Syalhub, Fiqh Adab (Bogor: Griya Ilmu, 2007), cet.1, hlm. 328
[5] Riyadus Shalihin II, (Semarang: CV. Toha Putra Semarang, 1981), hlm. 23.
Baca juga: Karya Tulis