Makalah Filsafat Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of sciences) yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika dan kehidupannya. Diantara permasalahan yang tidak dapat dijawab oleh filsafat adalah permasalahan yang ada dilingkungan pendidikan.
Padahal menurut John Dewey, seorang filosof Amerika, filsafat merupakan teori umum dan landasan pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang terdapat dalam pengalaman pendidikan Apa yang dikatakan John Dewey memang benar, dan karena itu filsafat dan pendidikan memiliki hubungan hakiki dan timbal balik, berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan memecahkan persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofis dan memerlukan jawaban secara filosofis.[1] Oleh karena itu kami akan membahas tentang bagaimana filsafat itu sendiri menjawab segala pertanyaaan yang tidak logis menjadi jawaban yang filosofis.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
- Apa yang dimaksud dengan Filsafat?
- Apa saja tujuan dan implikasi masyarakat tentang filsafat pendidikan?
- Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan?
- Apa peranan Filsafat pendidikan dalam kehidupan diranah pendidikan?
- Bagaimana hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan?
- Bagaimana hubungan filsafat pendidikan dengan fakultas tarbiyah?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
- Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Filsafat.
- Menjelaskan tujuan dan implikasi masyarakat tentang filsafat pendidikan.
- Menjelaskan pengertian dari filsafat pendidikan.
- Menjelaskan apa peranan Filsafat pendidikan dalam kehidupan diranah pendidikan.
- Menjelaskan apa bagaimana hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan.
- Menjelaskan bagaimana hubungan filsafat pendidikan dengan fakultas tarbiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Kata filsafat atau falsafah berasal dari bahasa Yunani. Kalimat ini berasal dari kata Philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata Philos yang berarti cinta, senang, suka, dan kata sophia berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan (Ali, 1986: 7). Hasan Shadily (1984: 9) mengatakan bahwa filsafat menurut asal katanya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian dapat ditarik suatu pengertian bahwa filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.
Orang yang ahli dalam berfilsafat disebut philosopher (Inggris), dan orang Arab menyebutnya Failasuf, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi filosof. Pemikiran secara filsafat sering diistilahkan dengan pemikiran filosofis.
Dalam pengertian yang lebih luas Harol Titus, mengemukakan pengertian filsafat sebagai berikut:[2]
- Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis.
- Filsafat ialah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.
- Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
- Filsafat adalah analisa logis dari bahasan serta penjelasan tentang arti konsep.
- Filsafat ialah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat.
Selanjutnya Imam Barnadib menjelaskan bahwa filsafat sebagai pandangan yang menyeluruh dan sistematis. Dikatakan menyeluruh karena filsafat bukan hanya sekedar pengetahuan melainkan juga suatu pandangan yang dapat menembus sampai dibalik pengetahuan itu sendiri. Dengan pandangan yang demikian lebih terbuka kemungkinan untuk menemukan hubungan dan pertalian antara semua unsur yang dipertinggi, dengan mengarahkan perhatian dan kedalaman mengenai kebajikan. Dikatakan sistematis karena filsafat menggunakan berpikir secara sadar, teliti dan teratur sesuai dengan hukum-hukum yang ada (Barnadib, 1994: 11-12). Secara rinci Harun Nasution berpendapat bahwa filsafat ialah berpikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan. (Nasution, 1973: 24).[3]
B. Tujuan dan Implikasi Filsafat
Tujuan filsafat adalah:
- Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.[4]
- Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita dapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
- Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang alamia dan non-alamia.
- Mendorong pada calon ilmuan untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya.
- Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.
Sementara itu obyek material filsafat adalah fenomena-fenomena di dunia ini yang ditelaah oleh ilmu, sedang obyek formal adalah pusat perhatian dalam penelaahan ilmuan terhadap fenomena itu. Penggabungan antara obyek material dan obyek formal sehingga merupakan pokok soal tertentu yang dibahas dalam pengetahuan ilmiah merupakan obyek yang sebenarnya dari cabang ilmu yang bersangkutan. Pembagian obyek-obyek itu dikemukakan oleh George Klubertanz. Penjelasan yang diberikannya berbunyi demikian: Obyek material secara tak menentu dan dalam keseluruhannya menunjukkan pokok soal suatu pengetahuan (terutama suatu pengetahuan demonstratif) dalam hubungan dengan proposisi-proposisi yang dapat dibuat tentangnya. Dengan kata sifat “material” kita tidak mengimplikasikan bahwa ada materi dalam susunan pokok soal itu, kita bermaksud menunjukkan bahwa obyek itu bagi pengetahuan seperti bahan-bahan bagi seorang seniman atau seorang tukang.[5]
Para ahli menerangkan bahwa obyek filsafat itu dibedakan sebagai berikut:
- Obyek material atau obyek material filsafat: segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik material konkrit phisis maupun yang non material abstrak, psikis. Termasuk pula pengertian abstrak-logis, konsepsional, spriritual, nilai-nilai. Dengan demikian obyek filsafat tak terbatas, yakni segala sesuatu yang ada dan mungkin ada.
- Obyek formal atau obyek formal filsafat: menyelidiki segala sesuatu itu guna mengerti hakekatnya sedalam-dalamnya. Atau mengerti obyek material itu secara hakiki, mengerti kodrat segala sesuatu itu secara mendalam (to know the nature of everything). Obyek formal inilah sudut pandang yang membedakan watak filsafat dengan ilmu pengetahuan. Karena filsafat berusaha mengerti hakekat sesuatu sedalam-dalamnya.[6]
C. Pengertian Filsafat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik, cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, harmonis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.[7] Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Pengertian filsafat pendidikan secara sederhana dapat dimengerti dari namanya sendiri, yaitu filsafat yang dijadikan asas dan pandangan dasar bagi pelaksanaan pendidikan. Akan tetapi persoalan sesungguhnya tidaklah sesederhana itu. Pengertian pendidikan baik sebagai bidang ilmu pengetahuan maupun sebagai Lembaga pembinaan manusia, sedemikian luas ruang lingkup dan problematikanya. Demikian pula pengertian filsafat, sebagai suatu ilmu yang paling komprehensif.[8]
Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan dan pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat pendidikan. Metode yang dilakukan adalah dengan menganalisa secara kritis struktur dan manfaat pendidikan. Filsafat pendidikan berupaya untuk memikirkan permasalahan pendidikan. Salah satu yang dikritisi secara konkret adalah relasi antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Salah satu yang sering dibicarakan dewasa ini adalah pendidikan yang menyentuh aspek pengalaman. Filsafat pendidikan berusaha menjawab pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan, sumber daya manusia, teori kurikulum dan pembelajaran serta aspek-aspek pendidikan yang lain.
Tujuan filsafat pendidikan yaitu memberikan aspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan untuk menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan.[9]
Pengertian filsafat pendidikan menurut Al Syaibani dalam Jalaludin (2013), filsafat pendidikan adalah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai cara untuk mengatur dan menyelaraskan proses pendidikan. Artinya bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai yang diupayakan untuk mencapainya, maka filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusiaan merupakan faktor yang integral atau satu kesatuan.
Menurut John Dewey dalam Jalaludin (2013), filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju kearah tabiat manusia, maka filsafat dapat juga diartikan sebagai teori umum pendidikan.
D. Peranan Filsafat Pendidikan
Peranan filsafat pendidikan memberikan aspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau minim konsepsi pada diri peserta didik. Tugas filsafat adalah melaksanakan pemikiran rasionalis analisis dan teoritis (bahkan spekulatif) secara mendalam dan mendasar melalui proses pemikiran yang sistematis, logis, dan radikal (sampai ke akar-akarnya), tentang problema hidup dan kehidupan manusia. Produk pemikirannya merupakan pandangan dasar yang berintikan kepada “trichotomi” (tiga kekuatan rohani pokok) yang berkembang dalam pusat kemanusiaan manusia (natropologi centra).[10]
Proses pendidikan adalah proses yang teologis bertujuan, tujuan proses perkembangan itu secara alamiah kedewasaan, kematangan. Sebab potensi manusia yang paling alamiah ialah bertumbuh menuju tingkat kedewasaan, kematangan. Potensi ini akan terwujud apabila pra kondisi alamiah dan sosial manusia memungkinkan misalnya: iklim, makanan, kesehatan, keamanan, relatif sesuai kebutuhan manusia.
Ide filsafat yang memberi asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan bagi pembinaan manusia, telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktivitas penyelenggaraan pendidikan. Jadi peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan. Dalam bentuknya yang lebih terperinci kemudian, filsafat pendidikan menjadi jiwa dan pedoman asas pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Artinya, filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya. Dalam hal ini, filsafat, filsafat pendidikan, dan pengalaman kemanusiaan merupakan faktor yang integral.[11]
E. Hubungan Filsafat dan Filsafat Pendidikan
Menurut Ali Saifullah, antar filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan terdapat hubungan yang suplementer: filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatian dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu:
- Kegiatan merumuskan dasar-dasar, tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi pendidikan.
- Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat.[12]
Dalam buku filsafat pendidikan karangan Prof. Jalaludin (2013), mengemukakan bahwa Jhon S. Brubachen mengatakan hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat sekali antara yang satu dengan yang lainnya. Kuatnya hubungan tersebut disebabkan karena kedua disiplin tersebut mengahadapi problema-problema filsafat secara bersama-sama.
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan, yaitu sebagai berikut:
- Filsafat, dalam arti filosofis merupakan cara pendekatan yang dipakai dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli.
- Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan yang nyata.
- Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan (pedagogik).
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa antara filsafat pendidikan dan pendidikan terdapat hubungan yang erat sekali dan tak terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang amat penting dalam suatu sistem pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.[13]
F. Hubungan Filsafat Pendidikan dengan Program Fakultas Tarbiyah
Filsafat merupakan pandangan hidup menentukan arah dan tujuan proses pendidikan, karena itu filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. Pendidikan itu pada hakikatnya adalah proses pewarisan nilai-nilai filsafat yang dikembangkan, untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan yang lebih baik.
Filsafat pendidikan merupakan salah satu ilmu terapan, adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang berpredikat pendidik atau guru khususnya.
Karena fungsi filsafat dalam pendidikan sangat penting, maka fakultas tarbiyah sebagai fakultas yang mencetak atau memproduksi calon pendidik, maka dalam fakultas tarbiyah mata kuliah filsafat pendidikan merupakan MKDK (Mata Kuliah Dasar Khusus) yang wajib diikuti oleh mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Tarbiyah.
Merujuk Undang-Undang nomor 2 tahun 1989 mengenai Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi maka cita-cita dan tujuan IAIN dapat dirumuskan:[14]
- Menyiapkan sarjana yang memiliki kemampuan akademik atau professional yang beriman, bertaqwa dan berbudi luhur yang mampu mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan agama islam dalam masyarakat
- Mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan Agama Islam serta mengupayakan pengalamannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkaya nilai-nilai kehidupan Indonesia (RIP-IAIN Raden Fatah, 1994/1999: 19).
Hubungan filsafat pendidikan dengan program Fakultas Tarbiyah merupakan hubungan yang sangat erat dan mempunyai nilai relevansi yang tinggi. Hal ini disebabkan keberadaan filsafat pendidikan akan membantu memecahkan personal-persoalan pendidikan Islam dan dapat membentuk kepribadian pendidik, anak didik, atau calon pendidik atau calon pendidik dan semua yang terlibat dalam dunia pendidikan, sehingga nalurinya diharapkan tercipta manusia yang beriman, bertaqwa dan berbudi luhur serta berketerampilan memang dapat terwujud, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UUSPN No. 2/1989.[15]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan makalah di atas, maka dapat disimpulkan :
- Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis.
- Tujuan filsafat adalah untuk mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
- Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan dan pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat pendidikan.
- Peranan filsafat pendidikan memberikan aspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik.
- Hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat sekali antara yang satu dengan yang lainnya disebabkan karena kedua disiplin tersebut mengahadapi problema-problema filsafat secara bersama-sama.
- Keberadaan filsafat pendidikan akan membantu memecahkan personal-persoalan pendidikan Islam dan dapat membentuk kepribadian pendidik, anak didik, atau calon pendidik.
DAFTAR PUSTAKA
Permana, Septian Aji. Filsafat Pendidikan: Pengantar Filsafat Pendidikan IPS Kontemporer. Yogyakarta: Cognitora, 2017.
Jalaluddin & Idi, Abdullah. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002.
Noor Syam, Muhammad. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila. Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1998.
Al-Syaibani. Filsafat Pendidikan Islam, Alih Bahasa Hasan Langgulung. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara, 1991.
Wardah. Latar belakang munculnya filsafat. Diakses dari http://wardahcheche.blogspot.com/2014/08/latar-belakang-munculnya-filsafat.html pada rabu, 20 Maret 2019.
__________________
[1] Wardah, Latar belakang munculnya filsafat, Diakses dari http://wardahcheche.blogspot.com/2014/08/latar-belakang-munculnya-filsafat.html diakses pada Rabu, 20 Maret 2019.
[2] Jalaluddin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), cet. ke-2, hlm. 9
[3] Jalaluddin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), cet. ke-2, hlm. 9
[4] Septian Aji Permana, Filsafat Pendidikan: Pengantar Filsafat Pendidikan IPS Kontemporer, (Yogyakarta: Cognitora, 2017), ed.1, cet. ke-1, hlm. 4
[5] Septian Aji Permana, Filsafat Pendidikan: Pengantar Filsafat Pendidikan IPS Kontemporer, (Yogyakarta: Cognitora, 2017), ed.1, cet. ke-1, hlm. 5
[6] Muhammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila, (Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1998), hlm.
[7] septian Aji Permana, Filsafat Pendidikan: Pengantar Filsafat Pendidikan IPS Kontemporer, (Yogyakarta: Cognitora, 2017), ed.1, cet. ke-1, hlm. 6
[8] Muhammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila, (Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1998), hlm.
[9] Septian Aji Permana, Filsafat Pendidikan: Pengantar Filsafat Pendidikan IPS Kontemporer, (Yogyakarta: Cognitora, 2017), ed.1, cet. ke-1, hlm. 6
[10] Septian Aji Permana, Filsafat Pendidikan: Pengantar Filsafat Pendidikan IPS Kontemporer, (Yogyakarta: Cognitora, 2017), ed.1, cet. ke-1, hlm. 8
[11] Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, Alih Bahasa Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 36
[12] Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1991), hlm. 18
[13] Septian Aji Permana, Filsafat Pendidikan: Pengantar Filsafat Pendidikan IPS Kontemporer, (Yogyakarta: Cognitora, 2017), ed.1, cet. ke-1, hlm. 9
[14] Jalaluddin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), cet. ke-2, hlm. 25
[15] Jalaluddin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), cet. ke-2, hlm. 27
Baca juga: Karya Tulis