Pendidikan

Teori Behavioristik: Pengertian dan Tokohnya

Teori behavioristik. Dalam pendidikan, pada kegiatan belajar mengajar di sekolah, penyampaian materi pelajaran kepada siswa tidak terlepas dari teori belajar. Hal ini penting untuk memberikan pondasi pemahaman siswa dalam mempelajari materi selanjutnya yang lebih mendalam. Menurut Peaget belajar adalah proses penyesuaian atau adaptasi melalui asimilasi dan akomodasi antara stimulasi dengan unit dasar kognisi seseorang yang oleh Peaget menjadi schema. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini yang penting dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. 

Jika ditinjau dari konsep atau teori, teori behavioristik ini tentu berbeda dengan teori yang lain. Hal ini dapat kita lihat dalam pembelajaran sehari-hari dikelas. Ada berbagai asumsi atau pandangan yang muncul tentang teori behavioristik. Teori behavioristik memandang bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Guru bertugas untuk mengontrol stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang diinginkan. 

Oleh karena itu, penulis menyajikan pembahasan mengenai Teori Belajar Behavioristik dalam rangka mengetahui lebih lanjut lagi tentang macam-macam teori pendidikan sehingga pembaca dapat memperoleh pemahaman dan wawasan tentang pendekatan behaviorisme. 

Pengertian Teori Behavioristik 

Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut teori ini, belajar adalah perubahan tingkah laku akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara baru sebagai interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunya pun sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar. 

   Menurut teori ini yang terpenting adalah: 

1. Input (masukan) yang berupa stimulus dan output (keluaran) yang berupa respon. 

   Dalam contoh diatas, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswanya, misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa. Sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Menurut teori behavioristik apa yang terjadi antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa saja yang dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. 

2. Penguatan (reinforcement) 

   adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan, maka respon akan semakin kuat. Misalnya, ketika peserta didik diberi tugas oleh gurunya, kemudian tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya. Penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif dalam belajar. Apabila tugas-tugas tersebut dikurangi, maka bisa jadi pengurangan tugas merupakan penguatan negatif dalam belajar. Jadi, penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan atau dikurangi untuk memungkinkan terjadinya respon. 

Tokoh-tokoh Teori Behavioristik dan Pemikirannya 

1. Edward L. Thorndike 

   Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog berkebangsaan Amerika. Menurutnya, belajar merupakan proses interaksi antara Stimulus (S) yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan dan Respon (R) yang juga berupa pikiran, perasaan atau gerakan. Stimulus adalah perubahan dari lingkungan exsternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi/berbuat. Sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. 

   Dari percobaannya yang terkenal (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respon, perlu adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trial) dan kegagalan-kegagalan (Error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah Trial and Error learning atau selecting and connecting learning dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh thorndike ini sering disebut teori belajar koneksionisme atau asosiasi. 

   Edward L. Thorndike dalam teori connectionism dari Amerika Serikat, menyatakan bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan panca indera dan inplus untuk bertindak. Terjadinya hubungan antara stimulus dan respon disebut Bond, sehingga dikenal dengan teori S – R Bond. 

2. Watson 

   Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat di amati (observable) dan dapat di ukur. Jadi meskipun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu di perhitungkan karena tidak dapat diamati. 

   Watson adalah seorang behaviorist murni, karena kajianya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur. Hanya dengan asumsi seperti itulah menurut watson kita dapat meramalkan perubahan apa yang bakal terjadi pada siswa. 

3. Ivan Pavlov 

   Dalam pemikiranya Pavlov berasumsi bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan. Berangkat dari asumsi tersebut, Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihanya secara hakiki, manusia berbeda dengan binatang. 

   Pavlov mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing hingga keluar kelenjar air liurnya. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluar air liur anjing tersebut. Kemudian dalam percobaan berikutya sebelum makanan diperlihatkan, diperlihatkanlah sinar merah terlebih dahulu, kemudian baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan demikian di lakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula. 

   Makanan adalah rangsangan wajar, sedangkan merah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Dari eksperimen tersebut, setelah pengkondisian atau pembiasaan, dapat di ketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat di gantikan oleh sinar merah sebagai stimulus yang dikondisikan (conditioned stimulus). Ketika sinar merah di nyalakan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon-nya. Pavlov berpendapat bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih sebagaimana tersebut. 

   Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es cream Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si penjual es cream sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur. 

   Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. 

4. Edwin R Guthrie 

   Teori ini menyatakan bahwa belajar adalah kedekatan antara stimulus dan respon yang relevan. Dalam teori ini, hadiah tidak memainkan peran yang penting dalam belajar ketika telah terjadi asosiasi antara stimulis dan respon. Oleh karena itu, ketika setiap stimulus yang berbeda sedikit, maka banya percobaan yang mungki dibutuhkan respon secara umum. 

   Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontinguity. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan hanya sekedar melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. 

   Guhtrie percaya bahwa, hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang deberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang. Teori contiguitas ini dikenal sebagai teori belajar yang sangat sederhana dan efisien karena hanya berprinsip pada kedekatan asosiasi antara stimulus dan respon, bersifat mekanistik dan cenderung otomatis seperti sebuah mesin. Teori ini tidak dapat diterima begitu saja, karena sesungguhnya proses belajar yang dialami manusia, peran pemahaman, pengelolaan informasi, tahapan pengelolaan informasi juga menjadi bagian dalam proses belajar tesebut. 

5. BF. Skinner 

   Skinner adalah seorang yang berkebangsaan Amerika yang dikenal sebagai seorang tokoh behavioris yang meyakini bahwa perilaku individu dikontrol melalui proses operant conditioning dimana seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan yang relatif besar. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. 

   Teori belajar behavioristik ini telah lama dianut oleh para guru dan pendidik. Namun dari beberapa teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar Behavioristik. Program-program pembelajaran seperti teaching machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner. 

   Studi Skinner terpusat pada hubungan perilaku dan konsekuensi-konsekuensinya. Kontribusi Skinner terkenal dengan Skinner Box-nya. Dengan kotak ini, ia meneliti perilaku hewan, biasanya tikus dan burung merpati. Pekerjaan Skinner denga tikus dan burung merpati menghasilkan sekumpulan prinsip tentang perilaku yang ditunjang oleh beratus-ratus studi yang melibatkan manusia ataupun hewan. Menurut Skinner berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan burung merpati, unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus-respons akan semakin kuat bila diberi penguatan (positif dan negatif). Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Sedangkan bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak senang. 

   Skinner tidak percaya pada asumsi yang dikemukakan Guthrie bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses pelajar. Hal tersebut dikarenakan menurut Skinner: 

    a. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara 

  b. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi bila hukuman berlangsung lama 

   c. Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk dari pada kesalahan pertama yang diperbuatnya. Skinner lebih percaya dengan apa yang disebut penguatan baik negatif maupun positif. 

6. Clark Hull 

   Teori Hull ini disebut dengan drive reduction theory (teori mengurangi dorongan). Seperti teori-teori behavior lain, dalam teori ini reinforcement merupakan faktor utama yang menentukan belajar. Bedanya, dalam “drive reduction theory” ini, pemenuhan dorongan atau kebutuhan lebih dikurangi dan mempunyai peran yang sangat penting dalam perilaku dari pada dalam teori-teori belajar behaviorisme lainnya. 

   Teori Hull ini memiliki beberapa prinsip, yaitu dorongan merupakan hal yang penting agar terjadi respon (siswa harus memiliki keinginan untuk belajar), stimulus dan respon harus dapat diketahui oleh organisma agar pembiasaan dapat terjadi (siswa harus mempunyai perhatian), respon harus dibuat agar terjadi pembiasaan (siswa harus aktif), dan pembiasaan hanya terjadi jika reinforcement dapat memenuhi kebutuhan (belajar harus dapat memenuhi keinginan siswa). 

Tujuan Pembelajaran Behaviorisme 

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan. Sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada keterampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. 

1. Berkomunikasi atau transfer prilaku adalah pengambaran pengetahuan dan kecakapan peserta didik (tidak mempertimbangkan proses mental 

2. Pengajaran adalah untuk memperoleh keinginan respon dari peserta didik yang dimunculkan dari stimulus 

3. Peserta didik harus mengenali bagaimana mendapatkan respon sebaik mungkin pada kondisi respon diciptakan. 

Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. 

Evaluasi menekankan pada respon pasif, keterampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pelajar menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pelajar secara individual. 

Prinsip-prinsip teori Pembelajaran Behavioristik 

Dalam pembelajaran behaviorisme pembelajaran merupakan penguasan respons (Acquisition of responses) dari lingkungan yang dikondisikan. Peserta didik haruslah melihat situasi dan kondisi apa yang yang menjadi bahan pembelajaran. 

Berikut ini adalah prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik yang menekankan pada pengaruh lingkungan terhadap perubahan perilaku. 

1. Mengunakan prinsip penguatan, yaitu untuk menidentifikasi aspek paling diperlukan dalam pembelajaran untuk mengarahkan kondisi agar peserta didik dapat mencapai peningkatan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran. 

2. Menidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian tujuan pembelajaran. 

3. Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran. 

Dan Skinner juga memuat dalam bukunya tentang prinsip-prinsip behavioristik, berikut ini prinsip yang dikemukakan oleh skinner dalam bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. 

1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat. 

2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. 

3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul. 

4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman. 

5. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer. 

Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behaviorisme 

Sesuai dengan teori ini, guru dapat menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi intruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks. 

1. Kelebihan teori belajar behaviorisme: 

   Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behavioristik terdapat beberapa kelebihan di antaranya: 

a. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar. 

b. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya. 

c. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan. 

d. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian. 

2. Kekurangan teori belajar behaviorisme 

   Ada beberapa kekurangan yang perlu dicermati dalam menentukan teknik pembelajaran yang mengacu pada teori ini, antara lain: 

a. Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap. 

b. Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini. 

c. Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. 

d. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif 

e. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa. 

f. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. 

Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa teori belajar behavioristik ini merupakan sebuah teori yang membahas mengenai perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Tokoh-tokoh teori behavioristik ini antara lain Edward L. Thorndike, Watson, Ivan Pavlov, Edwin R Guthrie, BF. Skinner, dan Clark Hull. Masing-masing dari mereka mempunyai pemikiran yang luar biasa mengenai konsep belajar. 

Referensi

B. Uno, Hamzah. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.
Bambang warsita. Teknologi pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta, 2008. 
Budiningsih, C., Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005.
Hall S. Calvin & Lindzey, Gardner. Psikology kebribadian 3,Teori-Teori sifat dan behavioristik (diterjemahkan dari bukuTheories of personality, New york, Santa barbara Toronto, 1978). Yogyakarta: Kanisius, 1993. 
Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Pranada Media Group, 2009. 
Sukardjo. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009. 
Yamin, Martinis. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press, 2011. 
Zalyana. Psikologi Pembeljaran. Pekanbaru: CV Mutiara Pesisir Sumatra, 2014. 
Adi Chandra, Kamilus. Makalah Teori Behavioristik. http://kamiluzchandra.blogspot.com/2015/10/makalah-teori-behavioristik.html. Mei 2020.

Baca juga: Pendidikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *