Pengertian Paragraf, Jenis, Syarat, dan Cirinya
Pengertian Paragraf. Bahasa Indonesia merupakan bahasa kesatuan Republik Indonesia dimana penguasaan warga Indonesia terhadap bahasa Indonesia harus lebih unggul dari penguasaannya terhadap bahasa lain, oleh sebab itu Bahasa Indonesia menjadi pelajaran wajib di tingkat SD hingga SMA dan juga mata kuliah wajib bagi para mahasiswa baik universitas maupun sekolah tinggi. Tak lain dan tak bukan tujuan pemerintah menjadikan bahasa Indonesia menjadi pelajaran dan mata kuliah wajib di jenjang pendidikan adalah untuk meningkatkan rasa nasionalisme, karena dewasa ini dinilai banyak dari rakyat Indonesia yang belum mengetahui sejarah Bahasa Indonesia dan belum memiliki kemampuan dalam menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Banyak dari rakyat Indonesia yang hanya sekedar bisa berbahasa Indonesia namun secara teknis kurang menguasai, dikarenakan rakyat Indonesia hanya menggunakan Bahasa Indonesia dalam berbicara dan berkomunikasi saja namun kurang dalam hal penguasaan terhadap penggunaan bahasa secara struktural seperti membuat tulisan, mengarang cerita, puisi dan lain-lain dimana didalamnya memerlukan perhatian khusus mengenai ejaan atau pun penempatan kalimat. Oleh karena itu tujuan utama adanya mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar rakyat memiliki pengetahuan terhadap Bahasa Indonesia dan memiliki kemampuan dalam menggunakan bahasa Indonesia.
Adapun salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa adalah melalui kegiatan menulis. Dalam menulis ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dari mulai penentuan macam tulisan apa yang akan kita buat, cerita fiksi atau non fiksi ataukah sebuah karangan ilmiah. Secara garis besar semua tulisan terdiri dari beberapa paragraf atau alinea. Oleh karena itu, dalam kegiatan kepenulisan dibutuhkan pengetahuan serta penguasaan tentang paragraf. Berikut ulasan mengenai pengertian paragraf, jenis, syarat beserta cirinya.
Pengertian Paragraf
Secara etimologis, kata “paragraf” seringkali disebut alinea. Kata paragraf diserap dari bahasa inggris “paragraph“, sedangkan kata “alinea” diserap dari bahasa Belanda dengan ejaan yang sama. kata alinea menurut bahasa Belanda itu sendiri berasal dari bahasa Latin a linea yang berarti mulai dari baris baru. Sementara itu kata paragraph berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata para yang berarti sebelum dan grafein yang berarti menulis, menggores. Pada mulanya paragraf atau alinea tidak dituliskan dengan memulai tulisan pada garis baru seperti yang kita kenal saat ini, tetapi paragraf atau alinea dituliskan menyatu dengan menggunakan tanda sebagai ciri awal paragraf (Sakri, 1992: 1).
Pengertian paragraf (alinea) adalah serangkaian kalimat yang saling berikatan untuk membentuk sebuah gagasan (ide). Dalam hierarki kebahasaan, paragraf merupakan satuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Paragraf juga dapat disebut wacana mini. Selanjutnya pengertian paragraf menurut John Langan (2003: 11) adalah seperangkat kalimat yang membicarakan sebuah ide utama atau suatu masalah. Sebuah paragraf umumnya diawali dengan ide utama, sedangkan sisa paragraf tersebut menyediakan penjelasan tertentu untuk mendukung atau mengembangkan permasalahan tersebut. Dari pengertian paragraf yang dikemukakan oleh Langan tersebut, dapat dikatakan bahwa paragraf adalah tulisan yang berisi sebuah ide pokok yang didukung oleh kalimat penjelas dan pendukung dalam membangun keutuhan makna.
Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh arifin (1988; 125), bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Paragraf merupakan perpaduan kalimat kalimat yang memperlihatkan kesatuan pikiran atau kalimat kalimat yang berkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertianparagraf adalah bagian dari suatu karangan yang memiliki satu pikiran utama yang dinyatakan dengan kalimat topik yang dirangkaikan dengan kalimat pendukung atau penjelas yang runtut, logis, jelas dan memenuhi persyaratan gramatikal dalam membangun satu kesatuan makna yang utuh (wholeness meaning).
Jenis-Jenis Paragraf
1. Berdasarkan Letaknya
Ada 4 macam-macam paragraf berdasarkan letak gagasan utamanya, yakni paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf campuran serta paragraf ineratif.
a. Paragraf Deduktif
adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat utamanya berada di awal paragraf. Paragraf ini bersifat deduksi dan dikembangkan dari pernyataan umum ke khusus. Jenis paragraf deduktif diawali oleh kalimat utama yang berisi pokok pikiran utama, kemudian dilanjutkan oleh kalimat-kalimat penjelasnya.
b. Paragraf Induktif
adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat utamanya berada di akhir paragraf. Paragraf ini bersifat induksi dan dikembangkan dari pernyataan khusus ke umum. Jenis paragraf induktif diawali oleh kalimat-kalimat penjelas dan kemudian diakhiri oleh kalimat utama yang berisi pokok pikiran utama paragraf.
c. Paragraf Campuran
Paragraf campuran adalah gabungan antara paragraf deduktif dan induktif. Jenis paragraf ini diawali oleh kalimat utama, lalu kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelasnya dan terakhir diakhiri oleh kalimat utama lagi. Artinya terdapat dua kalimat utama yang terletak di awal paragraf dan ditegaskan kembali di akhir paragraf. Sementara bagian tengah-tengahnya adalah kalimat-kalimat penjelasnya.
d. Paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah kebalikan dari paragraf campuran. Jenis paragraf ini diawali oleh kalimat-kalimat penjelas, kemudian diikuti oleh kalimat utama paragraf dan kemudian dilanjutkan kembali dengan kalimat-kalimat penjelas. Artinya letak kalimat utama yang mengandung pokok pikiran utama paragraf ini terdapat di bagian tengah-tengah dari sebuah paragraf.
2. Berdasarkan Isinya
Ada 5 macam-macam paragraf berdasarkan isinya, yakni paragraf narasi, paragraf deskriptif, paragraf eksposisi, paragraf argumentasi serta paragraf persuasi.
a. Paragraf Narasi
adalah paragraf yang menceritakan sebuah cerita atau kejadian secara berurutan dan kronologis. Paragraf narasi bisa dibagi menjadi dua yakni paragraf narasi kejadian untuk menceritakan suatu kejadian serta paragraf narasi runtut cerita untuk mengembangkan urutan tindakan hingga menghasilkan sesuatu.
b. Paragraf Deskripsi
adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek dengan kata-kata yang mampu merangsang indra pembaca. Dalam paragraf ini, penulis ingin membuat pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar maupun merasakan apa yang sedang mereka baca.
c. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang menjelaskan, menyampaikan, mengajarkan, dan menerangkan suatu topik kepada pembaca dengan tujuan memberi informasi sehingga memperluas pengetahuan pembaca.
d. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang menyampaikan ide, gagasan atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta aktual. Tujuan dari paragraf argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca terkait ide dan pendapat tersebut benar dan terbukti.
e. Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi adalah suatu bentuk paragraf yang bertujuan membujuk dan mempengaruhi pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan yang tertera pada paragrafnya. Penulis menyertakan bukti data dan fakta untuk dapat mempengaruhi pembaca.
3. Berdasarkan Fungsi dan Tujuan
Ada 3 macam-macam paragraf berdasarkan fungsi dan tujuannya, yakni paragraf pembuka, paragraf penghubung serta paragraf penutup.
a. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka adalah paragraf yang berada di awal sebuah karya tulis. Jenis paragraf pembuka berfungsi sebagai pengantar dan pengenalan isi kepada pembaca. Isi dari paragraf pembuka adalah pengantar dari isi bacaan atau karya tulis yang dijabarkan dengan lengkap pada paragraf-paragraf berikutnya.
b. Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung adalah paragraf yang berada di tengah-tengah sebuah karya tulis. Jenis paragraf penghubung berfungsi sebagai penghubung antara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Isi dari paragraf penghubung adalah inti dari karya tulis itu sendiri. Segala sesuatu terkait inti dan wacana dari sebuah karya ada pada paragraf penghubung.
c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang berada di akhir sebuah karya tulis. Jenis paragraf penutup berfungsi sebagai penutup sebuah karya tulis itu sendiri. Isi dari paragraf penutup adalah kesimpulan, ringkasan, saran atau komentar penulis dari bacaan yang sudah dijabarkan di paragraf-paragraf sebelumnya.
Syarat-Syarat Paragraf
Sebuah kalimat tidak bisa dikatakan suatu paragraf jika belum memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Adapun syarat-syaratnya adalah :
1. Kesatuan
Kesatuan paragraf berarti hanya ada satu gagasan pokok atau satu topik yang didiskusikan di dalam paragraf. Kalimat-kalimat di dalam paragraf disusun bertalian (relevan) dengan gagasan pokok di dalam kalimat topik. Tidak ada penjelasan yang saling bertentangan. Untuk menjaga agar kalimat yang ditulis tidak menyimpang dari gagasan pokok, cobalah terus bertanya di dalam hati tentang kebertalian gagasan antara kalimat yang ditulis dan gagasan pokok.
2. Kesinambungan (Koherensi)
Kesinambungan paragraf diperlihatkan dengan adanya jalinan antar kalimat yang erat dan peralihan atau pergerakan dari kalimat ke kalimat yang berjalan logis dan mulus. Untuk mencapai kesinambungan, perlu secara jelas mengembangkan gagasan dengan urutan logis (seperti kronologis, divisi gagasan, atau perbandingan/pertentangan) dan menggunakan pemarkah transisi yang tepat (seperti repetisi, konjungsi, atau penggunaan pronominal). repetisi (pengulangan) dilakukan terhadap kata kunci, termasuk pengulangan dengan imbuhan sebagai penekanan. Kata atau frasa peralihan yang umum digunakan antara lain sebaliknya, sesudah itu,akan tetapi, maka, namun, oleh karena itu, dan oleh sebab itu. Kata ganti (pronominal) juga dapat digunakan, misalnya ia, dia, -nya, mereka, demikian, dan di atas.
3. Kelengkapan
Paragraf perlu dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas yang menunjang gagasan pokok atau kalimat topik, jangan dikembangkan atau diperluas hanya dengan pengulangan-pengulangan gagasan pokok kalimat sebelumnya. Karena itu, penulis hendaknya menyampaikan informasi secara memadai dan lengkap agar pembaca betul-betul memahami maksud penulis.
4. Konsistensi sudut pandang
Cara penulis menempatkan diri dalam tulisan disebut sudut pandang. Sekali menggunakan satu sudut pandang, penulis harus konsisten menggunakannya, tidak boleh berganti-ganti. Penulis dapat mengacu dirinya dengan sebutan penulis (ini), saya, kami, atau tidak menyebutkan acuan diri sama sekali.
5. Kebenaran
Yang dimaksud dengan kebenaran disini adalah kebenaran dari segi bahasa, yang digunakan dalam penulisan paragraf adalah bahasa formal dengan penggunaan tata bahasa dan struktur kalimat yang baik dan benar, sehingga apa yang dimaksud dari penulis melalui tulisan itu mudah untuk dipahami oleh pembaca. Dan yang dimaksud kebenaran juga adalah kebenaran informasi yang terkandung dalam tulisan itu.
Ciri-Ciri Paragraf
Adapun ciri-ciri paragraf adalah sebagai berikut:
1. Kalimat pertama dimulai setelah lima atau enam ketukan spasi dari pinggir kiri kertas.
2. Mengembangkan sebuah pikiran utama (main idea) yang dilukiskan dalam kalimat topik (Widjono H.S., 2008: 174).
3. Menggunakan kalimat pengembang yang berfungsi sebagai pendukung gagasan utama.
4. Menggunakan kalimat penjelas atau keterangan yang logis dengan memerhatikan aspek keutuhan (peranti penghubung antar kalimat) dan kepaduan (kelogisan dari sisi keutuhan makna)
5. Mengembangkan informasi yang mendukung gagasan pokok berupa ilustrasi, contoh dan detail berupa rincian-rincian yang konkret serta digunakan secara efektif (Alek, 2009: 134)
Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu dan kalimat lain. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat karena dalam bentuk inilah penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema pembicaraan. Dalam sebuah paragraf terdapat bentuk kalimat-kalimat, antara lain:
a) Kalimat Pengantar (prolog)
b) Kalimat Utama (main sentence)
c) Kalimat Penjelas (descriptive sentence)
d) Kalimat Penutup (closing sentence)
Kalimat-kalimat diatas dirangkai atau dijalin satu sama lain untuk menjadi satu kesatuan yang dapat membentuk suatu gagasan.
Hal yang perlu di perhatikan dalam paragraf adalah masalah kelengkapan (completeness). Aspek ini penting untuk diperhatikan ketikan menyusun paragraf. Berkenaan dengan aspek kelengkapan paragraf ini, Syafei (1984) dan Mc Crimmon dalam Alek (2009) mengemukakan bahwa salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk membuat suatu karangan (paragraf) yang baik adalah adanya aspek kelengkapan. Paragraf dianggap lengkap apabila telah melakukan apa yang dikehendaki oleh penulisnya. Kelengkapan sebuah paragraf berkaitan dengan seberapa jauh rincian pendukung (supporting detail) ada didalam sebuah paragraf, atau seberapa jauh rincian keterangan tersebut terdapat didalam sebuah paragraf.
Oleh karena itu, semua informasi yang mungkin (possible information) harus diseleksi. Hal yang menjadi persoalan adalah apakah batas kelengkapan rincian suatu deskripsi yang ada di dalam sebuah paragraf. Perincian atau deskripsi memerlukan semacam pembatas. Dalam hal itu, Van Djik (1986) menjelaskan bahwa suatu batasan bisa saja dibuat sepanjang informasi di dalam paragraf cukup jelas. Batasan-batasan tersebut berkaitan dengan derajat kelengkapan (degrees of completeness) dan tingkat kelengkapan (levels of completeness) serta topik dan maksud atau tujuan komunikasi.
Referensi
(Pengertian Paragraf, Jenis, Syarat, dan Cirinya)
H.P, Ahmad. Alek. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi: Substansi Kajian dan Penerapannya. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2016.
Rahardi, Kunjana. Penyunting Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2009.
Wijayanti, Sri Hapsari. Candrayani, Amalia. Dkk. Bahasa Indonesia: Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada, 2013.
Zona Referensi. Jenis-Jenis Paragraf. Sumber: https://www.zonareferensi.com/jenis-jenis-paragraf/
Baca juga: Pendidikan