BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang dinamis, ketidakterbatasan kebutuhan manusia dan keterbatasan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhannya telah menghadapkan manusia untuk hidup berorganisasi. hal ini didukung pula dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial yang tidak memungkinkan hidup wajar tanpa berorganisasi. Organisasi telah dibentuk sejak manusia pertama hidup di muka bumi, sekelompok manusia yang mempunyai orientasi dan tujuan yang relatif sama berhimpun dan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Akan dijalankan oleh setiap anggotanya dan bagi pelanggar aturan akan dikenakan sanksi yang telah disepakati oleh setiap anggota dan didalam sebuah organisasi ada pengurus yang memimpin organisasi agar sebuah organisasi dapat menjalankan tugas-tugasnya .
Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya, sarana prasarana, data dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Artinya dengan definisi tersebut kita memahami betapa besarnya tanggung jawab dari organisasi mahasiswa ataupun perusahaan yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Organisasi merupakan satu disiplin ilmu yang sangat menarik untuk dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memahami organisasi secara baik, maka penulis akan membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan hakikat organisasi dan prinsip-prinsip yang ada di dalamnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
B. Rumusan Masalah
- Apa saja tipe organisasi?
- Bagaimana pengembangan organisasi?
- Bagaimana cara keefektifan organisasi berlangsung?
- Bagaimana terjadinya perubahan organisasi?
C. Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui dan mempelajari pengorganisasian dalam manajemen
- Untuk mengetahui tipe-tipe organisasi
- Untuk mengetahui dan mempelajari pengembangan organisasi
- Untuk mengetahui keefektifan suatu organisasi
- Untuk mempelajari perubahan organisasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tipe Organisasi
1. Model mekanistik
Merupakan desain organisasi menekankan pada kepentingan pencapaian produksi yang tinggi dan efisien melalui penggunaan aturan dan prosedur yang ekstensif, sentralisasi wewenang, dan spesialisasi tenaga kerja yang tinggi. Cirinya departementalisasi yang luas, formalisasi yang tinggi, jaringan informasi yang terbatas, dan sentralisasi. Dari ciri tersebut kita bisa pastikan bahwa model ini sangat berorientasi pada aturan baku. Selain itu, ia juga menuntut hasil yang efisien dan pengerjaan tugas yang sesuai dengan standar.
2. Model organik
Sebuah struktur yang rata, menggunakan tim lintas hierarki dan lintas fungsi, memiliki formalisasi yang rendah, memiliki jaringan informasi yang komprehensif, dan mengandalkan pengambilan keputusan secara partisipatif.
3. Perbedaan antara model organik dan mekanistik
No
|
Organik
|
Mekanistik
|
1
|
Kompleksitas tinggi
|
Kompleksitas rendah
|
2
|
Sentralisasi rendah
|
Sentralisasi tinggi
|
3
|
Formalitas rendah
|
Formalitas tinggi
|
4
|
Stratifikasi rendah
|
Stratifikasi tinggi
|
5
|
Produksi rendah
|
Produksi tinggi
|
6
|
Adaptasi tinggi
|
Adaptasi rendah
|
7
|
Efisiensi rendah
|
Efisiensi tinggi
|
8
|
Terbuka
|
Tertutup
|
9
|
Spesifikasi kegiatan umum
|
Spesifikasi kegiatan khusu
|
10
|
Otoritas menyebar
|
Otoritas terpusat
|
11
|
Sumber otoritas pada ahlinya
|
Sumber otoritas pada pejabat
|
12
|
Aturan sedikit/tidak tertulis
|
Aturan banyak dan tertulis
|
13
|
Tugas, peran, dan fungsi longgar
|
Tugas, peran, dan fungsi ketat
|
14
|
Gaya manajemen partisipatif
|
Gaya manajemen otoriter
|
15
|
Fokus strategi inovasi
|
Fokus strategi efisiensi
|
16
|
Budaya komitmen dan hasil
|
Budaya pemenuhan dan tradisional
|
17
|
Tugas kritis: mental, otak
|
Tugas kritis: fisik,otot
|
18
|
Pengambilan keputusan tersebar (networking)
|
Pengambilan keputusan terpusat (top down)
|
19
|
Manusia beragam
|
Manusia seragam
|
20
|
Koordinasi antarpribadi
|
Koordinasi melalui hierarki
|
21
|
Hubungan antar kelompok
|
Hubungan hierarki
|
22
|
Struktur tim multidisiplin
|
Struktur fungsional
|
23
|
Bentuk struktur dinamis
|
Bentuk struktur statis
|
24
|
Level sedikit
|
Level banyak
|
25
|
Kompromitas rendah
|
Komformitas tinggi
|
26
|
Kepuasan kerja tinggi
|
Kepuasan kerja rendah
|
27
|
Paternalistis rendah
|
Paternalistis tinggi
|
Manusia adalah makhluk organisasi. Oleh karena itu setelah di lahirkan ke dunia, ia secara otomatis menjadi anggota organisasi genetis yang disebut anggota organisasi keluarga dan bahkan ia juga langsung menjadi anggota rukun tetangga, rukun warga, kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi dan warga negara Indonesia, bahkan menjadi warga dunia. Jadi, Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan organisasi.
Jadi manusia sejak dilahirkan sampai kematiannya tidak dapat dipisahkan dari organisasi. Manusia adalah makhluk organisasional karena sejak lahir sampai meninggal dunia manusia tidak mampu hidup sendiri karena, manusia adalah (Homo Social). Organisasi sendiri dibentuk untuk kepentingan manusia itu sendiri (antroposentris). Karena di dalam organisasi ada tiga unsur, yaitu 1) kerja sama, 2) dua orang atau lebih dan 3) ada tujuan yang ingin di capai. Unsur-unsur inilah yang membuat manusia mampu mencapai tujuan yang di inginkan.
B. Pengembangan Organisasi (Organizational Development)
Pada tahun 1950-an sampai 1960-an muncul sejenis pelatihan baru yang terpadu dikenal dengan nama Pengembangan Organisasi (PO). Pengembangan Organisasi atau PO ialah strategi intervensi yang memanfaatkan proses kelompok untuk berfokus pada budaya organisasi secara menyeluruh dalam rangka melakukan perubahan yang diinginkan.
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai 5 (lima) Tahap Perkembangan Kelompok yang dimaksud oleh Bruce Tuckman:
1. Tahap Pembentukan (Forming)
merupakan tahap pertama dalam pembentukan kelompok kerja, para anggota mulai mempelajari tugas yang diberikan dan berkenalan dengan anggota lainnya. Tahap Forming ini dikarakteristikkan oleh banyaknya ketidakpastian, para anggota kelompok masih tidak terlalu jelas mengenai Tujuan dan Objective kelompok, merasa kebingungan, masih menyembunyikan perasaan masing-masing, keterlibatannya masih kurang.
2. Tahap timbulnya Konflik (Storming)
Tahap kedua adalah Tahap timbulnya konflik yang menurut Tuckmen disebut dengan Storming. Para anggota mulai bekerja tetapi mereka cenderung akan mempertahankan pendapat mereka sendiri, menolak batasan-batasan yang ditetapkan oleh Kelompok terhadap Individu mereka. Tahap Storming ini dikarakteristikan oleh konflik Intra Kelompok. Beberapa tanda-tanda bahwa Kelompok berada di Tahap Storming adalah timbulnya kemarahan, perasaan menyebalkan, ketidaknyamanan, terjadinya adu pendapat/konflik dan kegagalan.
3. Tahap Normalisasi (Norming)
Tahap ketiga adalah Tahap Normalisasi (Norming) yaitu Tahap terbentuk hubungan yang dekat antar anggota kelompok dan menetapkan aturan-aturan serta menemukan cara komunikasi yang tepat supaya dapat membantu mereka mencapai tujuan yang diinginkan. Tanda-tanda Kelompok berada di Tahap Norming adalah adanya peninjauan ulang dan penjelasan mengenai Objective/Tujuan Kelompok, timbulnya persahabatan dan kerjasama antar anggota kelompok, mulai dapat mendengar pendapat anggota lain serta dapat mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan.
4. Tahap berkinerja (Performing)
Tahap keempat adalah Tahap berkinerja (Performing) dimana semua anggota kelompok telah dapat bekerja dan berfungsi secara penuh. Pada tahap ini, semua anggota memiliki kebersamaan, Percaya diri, kreatif, Inisiatif dan semangat yang tinggi serta Sukses.
5. Tahap Pembubaran (Adjourning)
Tahap ini dikhususkan untuk Kelompok-kelompok kerja yang bersifat sementara. Setelah suatu proyek selesai ataupun suatu permasalahan berhasil dituntaskan, kelompok kerja tersebut akan dibubarkan.
C. Keefektifan Organisasi
1. Tingkatan Efektivitas
Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi. Sebagai suatu sistem di dalamnya terdapat tiga komponen yang saling berkaitan membentuk suatu kebulatan menimbulkan organisasi, yaitu: orang-orang (sekelompok orang), kerja sama, dan tujuan. Efektivitas memiliki 3 tingkatan sebagaimana yang didasarkan oleh David J. Lawless Gibson, Ivancevich dan Donnely (1997:25-26) antara lain:
a. Efektivitas individu
Efektivitas individu didasarkan pada pandangan dari segi individu yang menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota organisasi. Kinerja individu dinilai secara rutin lewat proses evaluasi hasil karya yang merupakan dasar bagi kenaikan gaji, promosi, dan imbalan lain yang tersedia dalam organisasi. Penyebabnya ditentukan berbagai faktor, antara lain: keterampilan, pengetahuan, kecakapan, sikap, motivasi, dan stress.
b. Efektivitas kelompok
Orang didalam organisasi jarang bekerja sendirian melainkan bekerja sama dengan orang lain(kelompok). Sehingga adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling bekerja sama dengan kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan jumlah kontribusi dari semua anggota kelompoknya. Penyebabnya antara lain: kekompakan, kepemimpinan, struktur, status, peran, dan norma.
c. Efektivitas organisasi
Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan kelompok. Karena itu keefektifan organisasi terdiri dari keefektifan individu dan kelompok. Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatannya dari pada jumlah hasil karya tiap-tiap bagiannya. Faktor penyebabnya: lingkungan, teknologi, strategi, struktur, proses, dan budaya.
2. Pentingnya keefektifan organisasi
Organisasi dibentuk karena punya tujuan. Dengan tujuan maka organisasi menjadi dinamis. Dalam kedinamisannya para manager dan para analis organisasi berupaya untuk membuat organisasinya lebih efektif. Sudah dikemukakan bahwa keefektifan organisasi yaitu berkenaan dengan atribut yang diinginkan dalam usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Karena itu, studi tentang organisasi pada hakikatnya memberikan jawaban atas pertanyaan apa yang membuat organisasi menjadi efektif? Jawabnya adalah struktur organisasi yang tepat, penerapan prinsip-prinsip organisasi secara benar, penggunaan teknologi dan budaya organisasi yang mendukung sehingga terselenggara suatu bentuk kerja sama dengan sebaik-baiknya dan tujuan dapat tercapai secara efisien dan efektif.
Kemudian dalam segi implementasi organisasi, keefektifan memberi informasi mengenai tingkat keberhasilan yang dapat digunakan untuk membuat kebijakan membangun sebuah model dinamisasi organisasi yang meningkat daya tahannya dan sekaligus meningkat kemampuannya untuk berkembang.
3. Pengukuran keefektifan organisasi
Salah satu masalah yang menjadi pembahasan mengenai keefektifan organisasi yaitu menetukan kriteria yang dapat digunakan untuk mengukurnya. Pada uraian berikut ini akan dikemukakan pendapat para ahli tentang kriteria yang dapat digunakan untuk melihat keefektifan sebuah organisasi.
a. Charles R. Milton
- Dari segi lingkup pengukurannya dikenal adanya keefektifan makro dan mikro. Kriteria macro ialah pengukuran keefektifan dari sudut yang luas, misalnya keuntungan organisasi atau pencapaian tujuan akhir organisasi, sedangkan kriteria micro ialah pengukuran keefektifan dengan menitikberatkan pada salah satu aspek yang sempit, misalnya penampilan anggota atau tingkat ketidakhadiran karyawan.
- Dari segi jumlah variabel yang digunakan dalam pengukuran dikenal adanya efektivitas model variabel tunggal dan jamak. Kriteria tunggal adalah cara melihat keefektifan organisasi dengan hanya menggunakan satu variabel saja. Cara ini lazim disebut dengan pengukuran univariasi (univariate). Sedangkan kriteria jamak ialah cara melihat keefektifan organisasi dengan menggunakan sebuah model yang mencakup beberapa variabel, dimana hubungan antara berbagai variabel tersebut ikut diperhitungkan.
- Dari segi waktu pengukurannya dikenal adanya keefektifan statis dan dinamis. Pengukuran secara statis ialah melihat keefektifan organisasi dengan mendasarkan diri pada aktivitas yang sudah dilakukan. Sedangkan secara dinamis mengukur keefektifan organisasi di waktu yang akan datang.
- Dari segi tingkat generalisasinya dikenal adanya keefektifan terbatas dan umum. Teknik umum, dimana keefektifan organisasi diukur dengan kriteria yang dapat diterapkan pada semua jenis organisasi. Model yang digunakan dalam teknik ini sangat umum. Sementara itu, teknik khusus ini dapat diterapkan pada organisasi yang memiliki sifat karakterisrtik yang sama dengan organisasi yang dinilai.
b. Gibson dkk dan Manahan p. tampubolon
- Produksi. Yang dimaksud dengan produksi yaitu kemampuan organisasi menghasilkan jumlah dan mutu produk (output) yang sesuai dengan permintaan lingkungan
- Efisiensi. Konsep efisiensi didefinisikan sebagai angka perbandingan (rasio) antara keluaran dan masukan.
- Kepuasan. Kepuasan sebagai kriteria efektivitas menunjuk kepada keberhasilan organisasi memenuhi kebutuhan yang dirasakan oleh para anggota dan juga kepuasan bagi para pemakai barang atau jasa yang dihasilkan.
- Kemampuan adaptasi. Kemampuan adaptasi adalah kesanggupan organisasi melakukan perubahan sesuai dengan tuntutan keadaan. Penyebab dilakukannya perubahan dapat berasal dari luar (lingkungan) dan dapat pula dari dalam organisasi yang bersangkutan.
- Pengembangan organisasi. Pengembangan organisasi ialah kriteria yang menunjukkan kepada kemampuan organisasi untuk memandang jauh kedepan dan melakukan investasi dalam rangka mempertahankan hidup dan mengembangkan usaha organisasi.
Dalam melihat keefektifan organisasi, Gibson menyajikan dua pendekatan yang dapat digunakan:
a. Pendekatan tujuan (goal attainment)
Pendekatan tujuan adalah pendekatan yang sangat lazim digunakan untuk menilai dan melihat keefektifan organisasi. Keefektifan organisasi ditetapkan sebagai tujuan akhir organisasi. Oleh karena itu, ukuran keberhasilan organisasi diukur dari kemampuan mencapai tujuan yang telah ditargetkan.
b. Pendekatan teori sistem
Pendekatan sistem dalam pengukuran keektivan organisasi berfokus bukan pada tujuan akhir tertentu, tetapi cara-cara yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan akhir itu.
D. Karakteristik organisasi
Karakteristik organisasi berkenaan dengan struktur dan teknologi yang digunakan di dalamnya. Secara umum dapat dikemukakan bahwa kondisi yang memberikan peluang lebih besar bagi tercapainya tingkat keefektifan yang tinggi ialah apabila sebuah organisasi menggunakan struktur yang memiliki kompleksitas rendah, formalitas rendah, dan sistem desentralisasi. Namun, kondisi ini tidak berlaku mutlak, artinya pada beberapa organisasi tertentu dapat saja berlaku sebaliknya. Keefektifan yang tinggi mungkin justru dicapai apabila organisasi menerapkan struktur yang memiliki tingkat kompleksitas, atau formalitas tinggi, atau sistem sentralisasi.
1. Karakteristik lingkungan
Interaksi antara organisasi dengan lingkungan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya dipengaruhi oleh kemampuannya berinteraksi dengan lingkungan.
2. Karakteristik pekerja
Faktor manusia (anggota organisasi) merupakan faktor yang pengaruhnya terhadap efektivitas cukup besar, bahkan mungkin paling besar. Tingkah laku anggota dapat merupakan dukungan yang sangat berarti bagi pencapaian keefektifan organisasi, tetapi dapat pula merupakan hambatan yang sanggup mengurangi bahkan menggagalkan keefektifan.
3. Kebijakan dan praktik manajemen
Kebijakan yang ditempuh manajer dalam mengelola organisasi berpengaruh langsung terhadap keefektifan organisasi. Proses dan mekanisme kerja yang berlangsung dalam sebuah organisasi diwarnai dan ditentukan oleh berbagai kebijakan yang ditempuh manajer secara garis besar segi-segi yang berkaitan dengan kebijakan manajer mencakup penentuan tujuan yang strategi, pencarian dan pemanfaatan sumber daya secara efisien, penciptaan lingkungan yang merangsang anggota untuk berprestasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan keputusan, dan kebijakan yang menyangkut kemampuan organisasi dalam merespon lingkungan.
E. Perubahan Organisasi
Perubahan organisasi adalah suatu proses dimana organisasi tersebut berpindah dari keadaannya yang sekarang menuju ke masa depan yang diinginkan untuk meningkatkan efektivitas organisasinya. Pada dasarnya semua perubahan yang dilakukan mengarah pada peningkatan efektivitas organisasi dengan tujuan mengupayakan perbaikan kemampuan organisasi dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan serta perubahan perilaku anggota organisasi (Robbins, 2006, 763).
1. Macam-macam perubahan
Grundy (2004:34) dalam bukunya Sulaksana menyebutkan ada tiga macam perubahan, diantaranya:
- Perubahan jenis pertama sebagai “smooth incremental change”. Dimana perubahan terjadi secara lambat, sistematis dan dapat diprediksikan, dapat juga disimpulkan bahwa smooth incremental change mencakup rentetan perubahan yang berlangsung pada kecepatan yang konstan.
- Perubahan jenis kedua, “bumpy incremental change”. Perubahan ini dicirikan sebagai periode relatif tenang yang sekali-kali disela percepatan gerak perubahan. Pemicu perubahan ini selain mencakup perubahan lingkungan organisasi, juga bisa bersumber dari perubahan internal.
- Perubahan jenis ketiga, “discontinuous change”. Yang didefenisikan sebagai perubahan yang ditandai oleh pergeseran-pergeseran cepat atas strategi, struktur atau budaya, atau ketiganya sekaligus
2. Faktor-faktor adanya perubahan
Menurut Robbins (2006:764) ada beberapa faktor yang menjadi alasan mengapa suatu organisasi melakukan perubahan diterangkan dalam bukunya bahwa perubahan organisasi memiliki alasan dengan faktor-faktor sebagai berikut:
- Persaingan. Tingkat persaingan yang tinggi memaksa suatu organisasi harus bisa bertahan. Adapun organisasi yang dapat bertahan adalah organisasi yang dapat berubah dan menanggapi tantangan-tantangan yang dihadapinya.
- Kejutan ekonomi. Kondisi perekonomian yang berubah-ubah dan tidak dapat diprediksikan seperti yang terjadi dewasa ini sewaktu-waktu akan dapat mengejutkan dunia usaha. Kejadian seperti ini akan memaksa suatu organisasi untuk berubah secara adaptif agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan.
- Teknologi. Perubahan teknologi harus dapat dijawab oleh organisasi untuk dapat terus mensejajarkan diri dalam persaingan. Jika tidak, maka akan menghambat kinerja organisasi.
- Tren sosial. Perubahan keadaan sosial suatu tempat akan berimbas pada budaya masyarakat. Salah satu dampaknya adalah akan mempengaruhi kebijakan-kebijakan menyangkut ketenagakerjaan yang merupakan bagian krusial dalam pengelolaan organisasi.
- Politik. Suatu organisasi harus bisa menyesuaikan diri dengan perubahan keadaan politik dimana organisasi itu berada. Dengan demikian, terhadap perubahan politik ini memaksa organisasi untuk berubah.
3. Perubahan terencana
Robbins (2006:767) menerangkan bahwa perubahan terencana adalah kegiatan perubahan yang disengaja dan berorientasi pada perubahan yang disengaja dan berorientasi pada tujuan. Jika organisasi ingin bertahan hidup, maka ia harus menanggapi perubahan lingkungan. Upaya untuk merangsang karyawan, meperkenalkan tim kerja, mendidik dan melatih karyawan, memberlakukan undang-undang baru, mengubah kebijakan organisasi, dan mengubah status organisasi merupakan contoh dari perubahan terencana.
4. Tipe perubahan keorganisasian
Menurut robbins (2006:217), perubahan dapat dikelompokkan dalam empat kategori:
- Perubahan struktur. Struktur suatu organisasi didefinisikan sebagai tugas-tugas yang secara formal dibagi-bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan. Perubahan dapat dilakukan dengan mengubah satu atau lebih unsur utama dalam desain suatu organisasi. Misalnya, tanggung jawab departemental dapat digabung, lapisan vertikal dihilangkan, dan rentang kendali dilebarkan untuk membuat organisasi itu lebih datar dan kurang birokratis.
- Perubahan teknologi. Merubah teknologi meliputi modifikasi dalam cara kerja yang diproses dan dalam metode serta peralatan yang digunakan. Perubahan teknologi biasanya mencakup dikemukakannya peralatan, alat, atau metode baru, otomatisasi, atau komputerisasi.
- Perubahan penataan fisik. Mengubah penataan fisik meliputi pengubahan ruang dan pengaturan tata letak dalam kerja. Misalnya, dengan dinding dan sekat yang dihilangkan dan dengan suatu desain kantor yang terbuka, karyawan akan saling mudah berkomunikasi.
- Perubahan individu. Mengubah orang mengacu pada sikap, keterampilan, pengharapan, persepsi, dan atau perilaku karyawan. Perubahan individu ada untuk membantu individu dan kelompok dalam organisasi itu untuk bekerja sama secara lebih efektif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan organisasi merupakan proses, pendekatan atau metode yang bertujuan untuk mengadakan sebuah perubahan dalam sebuah organisasi kearah yang lebih baik dan juga Pengembangan organisasi sangat penting bagi suatu organisasi, salah satunya untuk mengadakan perubahan-perubahan yang lebih efektif guna mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan.
Berdasarkan uraian sebelumnya, pada bab ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan:
- Organisasi adalah alat dan wadah atau tempat manager, karyawan atau sekelompok orang melakukan kegiatan-kegiatannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
- Pengorganisasian adalah proses kegiatan penyusunan anggota dalam bentuk struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya.
- Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Fatah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidika. Bandung. PT Remaja Rosdakarya, 2004.
Dictio, apakah yang dimaksud perubahan organisasi, (sumber:http//www.dictio.id/t/apakah-yang-dimaksud-perubahan-organisai/6277
Usman, Husaini. Manajemen (teori,praktik dan riset pendidikan). Jakarta. Bumi Aksara, 2013.
Baca juga: Karya Tulis