MakalahManajemen

Makalah Perencanaan Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN 
 
A. Latar Belakang 
  Perencanaan merupakan tahapan paling penting dalam fungsi manajemen didalam mengambil suatu keputusan atau tindakan. Dengan demikian landasan dasar perencanaan adalah kemampuan manusia untuk secara sadar memilih alternatif masa depan yang dikehendakinya dan kemudian mengarahkan daya upayanya untuk mewujudkan masa depan yang dipilihnya dalam hal ini manajemen yang akan diterapkan seperti apa. 
    Manajemen pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu memainkan peranan yang amat penting dalam mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu dan berkelanjutan. Manajemen sistem pendidikan amat penting karena proses penataan sumber daya pendidikan (pengelolaan tenaga kependidikan, kurikulum dan pembelajaran, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, serta keterlibatan secara terpadu dan simultan antara pemerintah, sekolah dan masyarakat) perlu dimanaj secara professional. Maka dari itu dalam makalah ini kami akan membahas mengenai sejarah perencanaan pendidikan, macam perencanaan pendidikan, model perencanaan pendidikan, karakteristik, dan juga praktik perencanaan pendidikan. 
 
B. Rumusan Masalah 
  1. Bagaimana sejarah perencanaan pendidikan? 
  2. Apa saja yang menjadi karakteristik, model dan macam-macam pendekatan perencanaan pendidikan? 
  3. Bagaimana praktik perencanaan pendidikan? 
C. Tujuan Penulisan 
    Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan dan memaparkan tentang sejarah perencanaan pendidikan, macam pendekatan pendidikan, model perencanaan pendidikan, karakteristik perencanaan dan praktik perencanaan pendidikan. 
 
BAB II 
PEMBAHASAN 
 
A. Sejarah Perencanaan Pendidikan 
    Konsep dasar perencanaan pendidikan telah dikenal 25 abad yang lalu, yaitu sejak bangsa Sparta mengembangkan sistem pendidikan yang ditujukan untuk membentuk manusia Sparta di bidang militer, sosial, dan ekonomi. Plato dalam bukunya Republic, menyatakan bahwa perencanaan sekolah bertujuan untuk melayani masyarakat. 
    Pada abad ke-18 ditemukan tulisan yang berkenaan dengan perencanaan pendidikan yang berjudul Perencanaan Universitas di Rusia karya Diderot. Selanjutnya, pada abad ke-19 sudah terdapat beberapa perencanaan pembangunan sekolah dan perencanaan pendidikan guru. 
    Setelah Perang Dunia I, pada tahun 1923, Rusia dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun I merupakan negara pertama yang menerapkan konsep perencanaan pendidikan, kemudian diikuti Prancis pada tahun 1929, Amerika Serikat pada tahun 1933, Swiss pada tahun 1941, dan Puerto Rico pada tahun 1942. 
    Sesudah Perang Dunia II, muncul pergolakan sosial dan ledakan penduduk. Sementara itu sumber daya semakin mahal dan langka. Akibatnya, beberapa negara di Eropa memandang bahwa perencanaan pendidikan itu penting mengingat keterbatasan sumber daya tadi. Sejak itu, Inggris pada tahun 1944 melakukan wajib belajar di 146 daerah dan para pejabat daerahnya diminta untuk menyiapkan perencanaan pendidikan. 
  Pada tahun 1951, Prancis membentuk komisi Perencanaan Pembangunan Sekolah, Universitas Ilmu Pengetahuan dan Seni. Selanjutnya pada tahun 1953, pendidikan merupakan bagian integral dari rencana pembangunan nasional. Sementara itu, sejak tahun 1950 beberapa negara yang baru dapat kemerdekaan mulai menerapkan perencanaan pendidikan sebagai instrumen peningkatan pembangunan pendidikan. Pada tahun 1951-1955 India dalam Rencana Pembangunan I telah menempatkan pendidikan dalam kerangka pembangunan sosial ekonominya. 
  Pada tahun 1960 dilaksanakan Konferensi Karachi yang menghasilkan rencana kerja pembangunan pendidikan di wilayah Asia yang selanjutnya melahirkan Karachi Plan. Karachi Plan tersebut berisikan rekomendasi (1) perluasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi usia sekolah dasar secara bebas melalui Kewajiban Belajar, dan (2) pembentukan unit pelayanan perencanaan pendidikan di tingkat nasional. 
   Setelah melalui berbagai sidang yang intensif, akhirnya Sidang Umum UNESCO (1960) memutuskan untuk mendirikan empat pusat pendidikan dan pelatihan regional perencanaan pendidikan, yaitu The Regional Centre foe Education Planning and Administration untuk negara-negara Arab (Beirut, 1961); The Asian Institute of Education Planning and Administration (New Delhi, 1962); The Regional Institute of Education Planning and Administration for Latin America and Caribbean (Santiago, 1968); The Region al Education Planning and Administration Group for Africa. 
 
B. Macam Pendekatan Perencanaan Pendidikan 
    Pendekatan dalam perencanaan menempati kedudukan penting karena pendekatan atau approach ini merupakan pilihan strategi dan filsafah dalam perencanaan yang dapat mewarnai corak dan nafas pendidikan. 
1. Pendekatan Tuntutan Sosial 
  Pendekatan ini menitik beratkan pada tujuan pendidikan yang mengandung misi pembebasan terutama bagi negara-negara berkembangan yang kemerdekaannya baru saja diperoleh setelah melalui perjuangan pembebasan yang amat lama. Pendidikan membebaskan rakyat dari ketakutan, dari penjajahan, dari kebodohan, dan dari kemiskinan. Misi pembebasan yang menjiwai tuntutan terhadap pendidikan merupakan aspirasi politik rakyat karena itu tuntutan sosial ini merupakan tekanan keras bagi penyelenggara pendidikan. Dengan melihat karakteristik tuntutan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan ini lebih menekankan pada pemerataan kesempatan atau kuantitatif, dibandingkan dengan aspek kualitatif. Karena itu pendidikan dasar merupakan prioritas utama yang harus diberikan kepada setiap anak usia SD. Kewajiban belajar merupakan manifestasi dari tuntutan sosial ini untuk membebaskan populasi usia sekolah dari tuna aksara. Target yang harus dicapai adalah pembebasan dari tuna aksara atau free from illiteracy. 
 
2. Pendekatan Ketenagaan 
   Pendekatan ini mengutamakan kepada keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga kerja pada berbagai sektor pembangunan seperti sektor ekonomi, pertanian perdagangan dan industri. Tujuan yang akan dicapai adalah bahwa pendidikan itu diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik hingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki melalui penghasilan yang diperolehnya dari pekerja itu. Misalnya adalah kesejahteraan atau peningkatan taraf hidup. Dalam kehidupan dewasa ini pendekatan ini sangat appealing karena dikaitkan langsung dengan usaha pemenuhan kebutuhan dasar setiap orang. Karena itu tekanan utama tampaknya adalah relevansi program pendidikan dengan berbagai sektor pembangunan dilihat dari pemenuhan ketenagaannya. Pendidikan kejuruan dan teknologi baik pada tingkat menengah maupun pada tingkat universitas merupakan prioritas. Untuk memenuhi tuntutan relevansi seperti disebutkan diatas kurikulum dikembangkan sedemikian rupa hingga lulusan yang merupakan output sistim pendidikan “siap pakai” di lapangan. Implikasi dari pendekatan ini adalah pendidikan harus berorientasikan kepada pekerjaan yang mungkin diperlukan di pasaran kerja. Jenis pekerjaan, tingkat atau level pekerjaan, persyaratan kerja, mobilitas kerja harus dijabarkan hingga educational attainment cocok dengan karakteristik berbagai persyaratan kerja diatas. Apabila pendekatan-pendekatan secara murni dilaksanakan maka kesukarannya adalah dalam pengembangan program yang relevant itu. Jenis kerja, persyaratan kerja klasifikasi kerja, tingkat kerja amat tidak pasti dan perubahannya amat cepat, sedangkan pendidikan adalah proses jangka lama yang menghendaki ketelitian dan kecermatan. Educational attainment yang diinginkan amat sulit diwujudkan. Kesukaran lain adalah pendidikan yang tidak langsung berkaitan dengan dunia kerja tidak mendapat prioritas, dan pendidikan dengan pembebasannya itu akan di dapat prioritas, dan pendidikan dengan pembebasannya itu akan dikesampingkan dan ini secara politis akan menimbulkan kesukaran pula. 
 
3. Pendekatan Untung Rugi 
    Pendekatan ini adalah bersifat ekonomi dan berpangkal dari konsep investment in human capital atau investasi pada sumber daya manusia. Setiap investasi harus mendatangkan keuntungan yang dapat diukur dengan nilai moneter. Pendidikan memerlukan investasi yang besar dan karena itu keuntungan dari investasi tersebut harus dapat diperhitungkan bilamana pendidikan itu memang mempunyai nilai ekonomi. Kalau pembangunan itu bertujuan untuk meningkatkan ekonomi rakyat, dan bila pendidikan itu berfungsi secara ekonomis untuk mewujudkan tujuan ini, apakah keuntungan ekonomi dari pendidikan itu dan bagaimanakah pula mengukur kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi? 
    Pendidikan secara konseptual tampaknya, tidak diragukan lagi, mempunyai nilai ekonomi, artinya pendidikan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, walaupun para ahli ekonomi mengalami kesukaran secara nyata dan pasti dalam mengukur besarnya kontribusi tersebut, karena sifat dan ciri pendidikan yang kompleks itu. Keterkaitan pendidikan dengan ekonomi dapat diterangkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi seperti tenaga kerja, pengetahuan dan teknologi. Faktor-faktor ini hanya dapat diwujudkan dengan masuknya peran pendidikan melalui human faktor, sebab pembangunan ekonomi pada dasarnya dilakukan oleh manusia dan untuk manusia. Sedangkan pembangunan manusia ekonomi hanya mungkin dilakukan oleh pendidikan, bukan oleh ekonomi. Bukti lain yang dapat menerangkan keterkaitan pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi adalah negara-negara yang ekonominya kuat, didukung oleh rakyat yang latar belakang pendidikan yang dicapainya tinggi, sebaliknya negara-negara yang ekonominya lemah tingkat pendidikan rakyatnya rendah. Bukti lain yang dapat menerangkan kontribusi pendidikan tahap ekonomi ada melalui keterkaitan antara tingkat dan jenis pendidikan dengan ketenagakerjaan. Income seseorang ternyata banyak dipengaruhi oleh jenis pendidikan dan tingkat pendidikan yang diperolehnya. Secara umum income lulusan SD lebih rendah bila dibandingkan dengan income lulusan SMTA, dan demikian pula lulusan SMTA berpenghasilan lebih rendah bila dibandingkan dengan income lulusan perguruan tinggi. 
    Berdasarkan uraian diatas, pendekatan untung rugi mempunyai implikasi sesuai dengan prinsi ekonomi yaitu program pendidikan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi menempati ururtan atau prioritas utama. Program pendidikan yang mempunyai nilai ekonomi rendah atau tidak langsung tidak menempati urutan atau prioritas penting. Karena pendekatan untung rugi mempunyai keterkaitan erat dengan pendekatan ketenagaan, maka program pendidikan kejuruan dan teknologi yang lulusnya mempunyai kesempatan lebih baik untuk bekerja mendapat prioritas dalam alokasi pembiayaan sebagai bentuk investasi dalam pendidikan. Kesulitan dalam pendekatan ini adalah menentukan dengan pasti program mana yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dalam menentukan besar alokasi dana. Pengembangan program pendidikan yang berorientasikan pada nilai ekonomi ini tidak selalu mudah karena kesempatan kerja yang merupakan ukuran nilai ekonomi tinggi, amatlah tidak stabil dan terus berubah sesuai dengan pertumbuhan ekonomi bangsa itu. 
 
4. Pendekatan Cost Effektiveness 
    Jenis pendekatan ini berbeda dengan pendekatan untung rugi dalam hal bahwa pendekatan ini tidak menentukan prioritas pengembangan program pendidikan pada nilai ekonomi, tapi menekankan pada bagaimanakah menggunakan dana yang ada secermat mungkin dengan hasil yang seoptimal mungkin baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Pendekatan ini memerlukan manajemen yang canggih dan efisien terutama dalam mengelola dana, yang pada kebanyakan negara berkembang manajemen ini merupakan salah satu titik lemah dalam kegiatan pembangunan nasional. Cost Effektiveness amat fungsional artinya terutama dalam krisis moneter internasional dewasa ini. Program yang sifatnya cost effective dapat dikembangkan sebagai penjabaran pendekatan ini. 
 
C. Model Perencanaan Pendidikan 
   Model perencanaan pendidikan sangat penting dalam membuat suatu rancangan pendidikan agar apa yang menjadi tujuan dalam pendidikan dapat tercapai. 
1. Model Komprehensif 
    Model ini digunakan untuk menganalisa perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan secara menyeluruh. Selain itu, berfungsi juga sebagai pedoman dalam menguraikan rencana-rencana yang lebih khusus ke arah tujuan yang lebih luas. 
2. Model Pembiayaan dan Keefektifan Biaya 
    Model ini digunakan untuk menganalisis proyek dengan kriteria efisiensi dan efektivitas. Dengan model ini dapat diketahui proyek mana yang paling layak atau terbaik dibandingkan dengan proyek lainnya. Model ini mirip dengan pendekatan untung rugi. 
3. Model PPBS 
  Planning, Programmming, Budgeting System (PPBS) atau Sistem Perencanaan, Pemrograman, dan Penganggaran banyak digunakan di pendidikan tinggi negeri. PPBS mmerupakan suatu pendekatan sistematis dan komprehensif yang berusaha menentukan tujuan, mengembangkan program-program untuk dicapai dengan menggunakan anggaran seefisien dan seefektif mungkin, mampu menggambarkan kegiatan program jangka panjang. 
4. Metode Target Setting 
    Model ini digunakan untuk memperkirakan atau memproyeksi tingkat perkembangan dalam kurun waktu tertentu. Dalam persiapannya diperlukan model untuk analisis demografis dan proyeksi penduduk, model untuk memproyeksikan jumlah peserta didik (enrolment) di sekolah, dan model untuk memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja. 
 
D. Karakteristik Perencanaan Pendidikan 
    Gaffar (1978) memberikan karakteristik perencanaan pendidikan sebagai berikut. 
  1. Harus mengutamakan nilai-nilai manusiawi. 
  2. Harus memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta didik secara optimal. 
  3. Harus memberikan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua peserta didik. 
  4. Harus komprehensif dan sistematis. 
  5. Harus berorientasi pada pembangunan. 
  6. Harus dikembangkan dengan memerhatikan keterkaitannya dengan berbagai komponen pendidikan secara sistematis. 
  7. Harus menggunakan sumber daya secermat mungkin. 
  8. Harus berorientasi pada masa yang akan datang. 
  9. Harus kenyal dan responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat, tidak statis tetapi dinamis. 
  10. Harus merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan. 
E. Praktik Perencanaan Pendidikan 
     Bangsa kita adalah bangsa yang senang berkumpul-kumpul dan kaya dengan perencanaan. Bangsa kita adalah bangsa yang paling hebat dalam membuat perencanaan. Ketika berkumpul cenderung timbul semangat untuk membuat perencanaan. Dalam proses merencanakan kita semua biasanya sangat bersemangat, bahkan kadang-kadang rencana itu muluk-muluk, tidak sesuai dengan keadaan sehingga menjadi sangat tidak realistis. Namun, setelah mulai memasuki tahap pelaksanaan semangat yang menggebu-gebu tadi mulai menurun. Mungkin semua pikiran dan tenaga telah terkuras habis-habisan dalam tahap perencanaan sehingga dalam tahap melaksanakan sudah kehabisan tenaga dan semangat. Akhirnya, rencana tinggal rencana. 
 
BAB III 
PENUTUP 
 
A. Kesimpulan 
    Perencanaan merupakan salah satu aspek penting dalam mengambil dan memutuskan suatu keputusan. Kemampuan berfikir manusia sangat penting dalam memutuskan akan seperti apa keputusan masa depan yang akan diambilnya . Dengan mengetahui sejarah perencanaan pendidikan dan karakteristik perencanaan pendidikan diharapkan mampu memberikan wawasan kepada kita semua tentang pentingnya mengetahui sejarah pendekatan pendidikan itu terjadi. Juga dengan menerapkan beberapa pendekatan pendekatan perencanaan pendidikan yang sangat penting karena pendekatan pendidikan merupakan suatu pilihan strategi yang dapat memberikan corak dan nafas bagi pendidikan itu sendiri. 
 
 
DAFTAR PUSTAKA 
Usman, Husaini. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. 
Gaffar, Mohammad Fakry. Perencanaan Pendidikan: Teori dan Metodologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987. 
Contoh Makalah. menuaiinfo.blogspot.com/

Baca juga: Karya Tulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *