Makalah Pengaruh Ilmu Pengetahuan dan Peradaban Islam
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah swt. Agama islam itu sendiri disampaikan melalui malaikat Jibril kepada nabi Muhammad saw Sebagai rosulnya. Untuk menyampaikan dan mengajak umat manusia menuju kebenaran. Sebagai agama wahyu, seperti telah disebutkan berulang-ulang. Komponen utama agama Islam adalah yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadis.
Begitu pula hubungan Islam dengan ilmu pengetahuan. Di dalam al-Qur’an perkataan ilmu (ilmu pengetahuan tentang sesuatu) sering disebutkan dalam berbagai hubungan. Maka dari itu, kedudukan ilmu didalam islam sangatlah luas.
Ilmu pengetahuan mampu untuk mencapai suatu ketentraman, kesejahteraan, dan keistimewaan bagi hamba-hamba yang menuntut dan mengamalkannya. Karena dalam agama islam bagi hamba-hamba-Nya yang menuntut ilmu. Maka Allah akan meninggikan derajatnya diantara orang-orang yang beriman.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana kondisi masyarakat Eropa dan Barat ?
- Bagaimana ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban islam yang diambil oleh barat ?
- Bagaimana cara masuknya ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban islam ke Eropa dan Barat?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
- Untuk memahami kondisi masyarakat Eropa dan Barat
- Untuk mempelajari ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban islam yang diambil Barat
- Untuk mengetahui dan mempelajari masuknya ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban islam ke Eropa dan Barat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi masyarakat Eropa dan Barat
Pada saat umat Islam mengalami kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban dan mencapai masa keemasan (golden age) dizaman klasik (abad ke 7-13 M) sebagaimana telah dipaparkan pada judul “pengalaman umat Islam dan pengembangan ilmu, kebudayaan, dan peradaban”,kondisi masyarakat Eropa dan barat, bahkan peradaban Yunani, India, Persia, Romawi, dan Arab, pada umumnya justru berada dalam kemunduran. Zaman itu oleh Al-Qur’an digambarkan sebagai kegelapan (dzulumaat), zaman kesesatan yang nyata (dlalalin mubin), zaman kerusakan (fasaadin), zaman permusuhan (‘ada’an), dan berada di tepi jurang kehancuran (‘ala syafa khufratin min al-annar).
1. Kebudayaan Yunani
Walaupun apa yang dicapai peradaban Yunani dibidang filsafat dan pemikiran, menyebabkan mereka tiba pada kematangan (kecerdasan) akal yang belum dicapai umat sebelum mereka, tetapi peradaban ini telah menjadi sesuatu yang miring (bengkok) secara perlahan-lahan. Dalam kaitan ini ada teori Plato tentang sebuah kota yang terhormat (berdaulat). Dia berpendapat, bahwa kota yang berdaulat terdiri dari para ahli filsafat, bala tentara, pekerja, dan petani. Pendapat para ahli filsafat dijadikan satu-satunya hukum bagi peringkat dibawahnya. Adapun tentara sebagai yang berada di peringkat kedua diatur oleh undang-undang yang sangat keras yang menghilangkan kepribadian individu sama sekali. Sebab tak ada dari kalangan tentara dan prajurit yang mempunyai hal kepemilikan, tak punya hak membentuk keluarga, tak boleh beristri dan punya anak. Mereka menjadikan wanita sebagai miliki bersama diantara seluruh para tentara. Anak-anak yang lahir dari para perempuan tersebut tak diketahui bapaknya. Mereka dianggap anak-anak negara. Demikian pula para pekerja dan petani, mereka wajib berkhidmat kepada para hakim dan tentara, tak punya hak secara bebas mereka tidak diberi perawatan ketika sakit, bahkan mereka dikucilkan di kota.[1] Keadaan ini menyebabkan terjadinya perbudakan oleh manusia terhadap manusia lain, dan mirip dengan ajaran komunis.
2. Kebudayaan India
Sejak berdirinya kebudayaan India telah memberikan kontribusi dalam perjalanan sejarah kemanusiaan. Mereka menciptakan angka hitungan sampai sembilan, unggul dalam ilmu segitiga, menggunakan separuh ganjil, berhasil menemukan daerah-daerah perumahan tanah sebagaimana dikenal juga dalam bidang kedokteran, matematika, dan astronomi. Namun sejak kurun ke 6 M, mereka menggariskan hukum yang ganjil dan mengguncangkan, menghancurkan segala sesuatu, khususnya dalam sisi agama, akhlak, dan masyarakat. Dalam peradaban India timbullah aturan-aturan kasta dalam berbagai macam bentuk, yakni kasta brahma (tukang sihir dan ahli agama), kesatria (ahli perang), waisa’ (petani dan pedagang), dan sudra (pembantu dan budak). Kedudukan wanita dalam komunitas masyarakat India sama seperti budak wanita. Seorang laki-laki yang bangkrut, dengan sekehendaknya dapat menjadikan wanita sebagai taruhan judi. Pada kelompok tertentu wanita boleh mempunyai beberapa suami. Selepas kematian suami nya, dia menjadi pendeta (janda) yang tidak boleh kawin lagi, yang tujuannya merendahkan dan menyakiti, atau dia menempati rumah suaminya yang meninggal sebagai budak dan pembantu rumah tangga yang terdekat. Kadang-kadang membakar dirinya sebagai belasungkawa atas kematian suaminya dan tebusan dari siksa hidup dan kecelakaan dunia. Semua ini ada hakikatnya dapat merendahkan martabat manusia.[2]
3. Kebudayaan Persia
Tercatat pernah mengalami kecermelangan pada sekitar pertengahan abad ke 3 SM. Mereka menyaingi kekuasaan Romawi dalam menetapkan hukum dunia yang begitu luas. Kebudayaan ini unggul dibidang politik dan ketatanegaraan serta peperangan, juga terlihat megah dengan kelapangan dan kemewahan hidup. Mereka juga mempunyai agama resmi Zoroaster, juga mendapat kemajuan dalam bidang bahasa dan hikmah, yaitu bahasa fahlawiyah, namun dalam perkembangan selanjutnya mereka mengalami kemunduran dalam bidang agama, mereka menyembah matahari dan api sebagai lambang tuhan.
Kebudayaan Persia belum mengenal ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban kehidupan mereka berdasarkan pada tradisi dan budaya lokal yang bercorak hawa nafsu amarah, hawa nafsu syahwat, kekuasaan dan keagamaan.
4. Kebudayaan china
Ditandai oleh adanya agama Konghucu yang bersifat rahmatis, kapitalis, dan ekonomi mendorong lahirnya etos kerja demi mengembangkan usaha ekonomi, maka tidak heran jika masyarakat China memiliki keunggulan dalam bidang ekonomi, dengan lahirnya kapitalisme di Barat yang lahir dari protestan. Bangsa Romawi memiliki kehidupan bermasyarakat yang ditandai oleh adanya sikap feodalisme dan otoriter kaum agama dan para pendeta kaum gereja mengeluarkan berbagai peraturan kebijakan serta ketentuan yang pada hakikat nya memaksakan kehendak kaum agama dengan menggunakan agama sebagai kedok belaka. Kaum gereja misalnya mengeluarkan doktrin tentang surat penghapusan dosa yakni bahwa dengan membeli, maka dosa nya akan terhapus dan langsung masuk surga. Uang hasil penjualan surat tersebut telah disalahguanakan untuk berfoya-foya, mengumbar hawa nafsu, berbuat mesum dll. Profesor John Wilian Draper, Ph.D,. telah mengutip Jerome yang telah dikutip pula oleh S.I. Poeradisastra yang mengemukakan tentang perilaku golongan pardi dan sistem keagamaan katolik yang telah mengalami kehancuran akhlak, perzinahan, dan kekejaman.
Terjadi penyimpangan perilaku yang dilakukan para pimpinan agama tersebut melainkan karena aturan agama yang mereka buat sendiri tampak kurang sejalan dengan karakter dan fitrah dasar manusia. Secara fitrah manusia adalah makhluk yang selain butuh nilai-nilai moral, spiritual, dan mental manusia juga butuh hal-hal yang bersifat fisik, materi, jasmani, dan biologis. Mereka diciptakan tuhan sebagai makhluk yang butuh makan, minum, pakaian, hiburan, teman hidup lawan jenis, hubungan biologis seksual, memanjakan diri dan berbagai kesenangan lainnya yang secara wajar dan tidak melanggar etika. Kebutuhan yang bersifat fisik, jasmani, biologis inilah yang mereka langgar, sehingga diri mereka memberontaknya. Dalam ajaran yang mereka anut, seperti dinyatakan bahwa seorang pendeta adalah orang yang mengabdi kepada tuhan; waktunya selama 24 jam, atau seumur hidupnya, menyerahkan, dan menggadaikan dirinya untuk mengabdi kepada tuhan ini dapat dioenuhi dengan baik, maka mereka dilarang beristri,dilarang memiliki harta benda, dilarang menikmati hiburan, dsb. Galileo misalnya harus menerima hukuman mati, karena pendapatnya yang bertentangan dengan pandangan gereja. Gereja mengatakan, bahwa matahari yang mengitari bumi, sedangkan Galileo berpendapat bahwa bumilah yang mengitari matahari. Walaupun secara ilmiah pendapat Galileo yang benar secara ilmiah, namun tetap pendapatnya harus dibatalkan dan harus menerima pendapat gereja. Dalam keadaan seperti ini, maka agama dan ilmu pengetahuan terpaksa berpisah; agama menjadi urusan gereja, dan ilmu pengetahuan menjadi urusan perguruan tinggi. Karena tanpa agama, ilmu pengetahuan berkembang secara pesat, namun tanpa berlandas etika dan moral.
B. Ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban islam yang diambil Barat
Barat mengambil ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban Islam dalam berbagai bidang dan cabangnya, mulai dari hal yang terkecil hingga hal yang besar. Mereka telah mengambil ajaran tentang hak-hak asasi dan kebebasan manusia, mengambil spirit ajaran Islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, mengambil hasil kajian atau produk-produk penelitian umat Islam yang telah dituangkan dalam berbagai literatur yang dapat diaplikasikan dalam praktik kehidupan, dan mengambil inovasi dan kreativitas umat Islam. Beberapa hal tersebut dapat diperinci lagi sebagai berikut:
1. Keperluan bahan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan sehari-hari.
Kaum bangsawan Eropa telah sengaja membawa proses pembuatan gula kristal untuk mengganti madu yang merupakan pemanis umum sebelum perang salib. Penggunaan kapur didalam proses pembuatan gula. Selain itu, ketika pulang dari perang salib orang-orang Eropa membawa sabun, minyak wangi, kamfer, balsem, dan permadani-permadani mewah. Sebelum itu, orang-orang Eropa belum mengenal sabun dan minyak wangi. Mereka hanya mengurapi badannya dengan semacam cerancam.
2. Sikap mental, perilaku, akhlak, serta rohani Islam.
Para ahli sejarah mencatat, bahwa peradaban Islam di Spanyol dan disaksikannya Islam di Palestina dengan mata kepala sendiri oleh orang-orang Eropa berakibat baik untuk penghalusan akhlak dan adat istiadat mereka. Kesaksian tawanan kristen tentang ketinggian budi dan keluhuran akhlak sultan Saladin Al-Ayyubi (1137-1193) tersiar dari mulut ke mulut hingga terekam dalam sejarah. Sultan Saladin memerintah Suria dan Mesir sejak 1174 hingga mangkatnya pada 2 Maret 1193 setelah tercapainya perdamaian dengan Richard Coeur de Lion pada tanggal 2 November 1192. Terkenal dengan cerita ia membebaskan ribuan tahanan orang miskin. Pengaruh ajaran etika mulia dari Islam juga tampak pada karakter seseorang untuk dikatakan sebagai kesatria, yaitu orang yang memiliki sifat keramah tamahan.
3. Perlindungan dan pemenuhan terhadap hak-hak asasi manusia
Sejarah mencatat, bahwa di dalam kebudayaan Eropa sebelum perkenalannya dengan ajaran Islam sudah merajalela perbudakan, penghinaan dan pelecehan terhadap kaum wanita. Namun, setelah mereka mempelajari hukum Islam yang tidak mengenal manusia oleh manusia, serta mengakui hak kaum wanita untuk mempunyai hak milik atas benda bergerak dan tidak bergerak serta menguasainya, hak untuk menolak perkawinan dan untuk bercerai kalau seorang suami melantarkannya. Selain itu mereka juga mengenal tidak diperbolehkannya menggantung seorang wanita dengan tak bertambang, yakni meninggalkannya tanpa cerai dan tidak diberi nafkah lahir dan batin seperti yang banyak terjadi di negeri-negeri Katolik. Ajaran ini berpengaruh terhadap ajaran protestanisme yang memperbolehkan perceraian dalam rangka menghapus perbuatan hina terhadap kaum wanita.
4. Sastra atau seni
Sejarah mencatat bahwa pengaruh sastra Islam atas Barat terlihat pada musik dan qasidah (nyanyian) berkembang. Filsuf Abu Nashr Muhammad Ibn Tarkhan Al-Farabi (wafat 339 H/941 M) yang banyak menerjemahkan karya-karya Aristoteles telah menciptakan alat musik yang disebut Al-qanun dan ditiru di Barat dengan nama piano.
5. Pembaharuan ajaran kristen
Sejarah mencatat bahwa dibawah pengaruh Islam di Spanyol pada abad ke-18 M atau abad ke-2 dan ke-3 H di Septamia, gerakan yang menentang surat penghapusan dosa dihadapan pastor-pastor dan pemuka-pemuka agama yang lebih tinggi yang dianggap tidak berhak berbuat demikian. Gerakan ini diilhami oleh ajaran Islam, yang menegaskan bahwa dosa seseorang tidak dapat dihapus atau ditebus oleh orang lain atau diganti dengan apapun, kecuali dengan ia bertobat kepada Tuhan sesuai ketentuan agama, yang disertai dengan perubahan sikap ke arah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Pada abad ke-3 dan ke-4 H timbul suatu gerakan penghancuran ikon-ikon (lukisan-lukisan orang suci dari mozaik) dan patung-patung oleh karena pada masa itu timbul suatu aliran kristen yang menolak pengkudusan ikon-ikon dan patung-patung. Maha raja Romawi Leo III pada tahun 726 M mengeluarkan perintah yang melarang pemujaan ikon-ikon dan patung-patung. Ia menganggap perbuatan itu adalah sebagai pemujaan terhadap berhala.
6. Rasionalisme
Islam sangat menghargai dan mementingkan akal pikiran dalam menyelesaikan suatu masalah. Namun tidak untuk berlebih-lebihan atau memujanya. Islam menghargai dan memahami, bahwa akal memiliki kemampuan dalam menyusun data-data atau fakta-fakta empiris yang dihasilkan panca indra untuk menjadi konsep atau teori. Namun akal juga memiliki keterbatasan, akal tidak bisa memecahkan semua masalah. Terutama yang bersifat meta fisik atau dunia gaib. Islam mengajarkan bahwa di atas akal masih ada wahyu. Ajaran Islam yang menggunakan akal inilah yang menentang ajaran tentang surat penghapusan dosa, ketuhanan yesus kristus, serta membakar gambar-gambar dan salib salib serta melarang memujanya di keuskupan Torino karena dianggap kurang sejalan dengan akal pikiran.
7. Penelitian ilmiah
Islam sangat mendorong dilakukannya kajian terhadap alam jagad raya yang menghasilkan ilmu-ilmu alam atau sains. Kajian terhadap ilmu-ilmu alam dan fenomena sosial dilakukan melalui riset eksperimen dan observasi. Sedangkan kajian terhadap hakikat segala sesuatu serta riset dialektika, silogisme, dan reflektif. Model riset eksperimen dan observasi ini berkaitan pula dengan upaya menemukan hukum-hukum Tuhan yang ada pada fenomena alam jagad raya dan fenomena sosial tersebut. Dalam dunia barat hukum-hukum Tuhan tersebut dipahami sebab akibat dan dilepaskan dengan tuhan, dan memandang bahwa sebab akibat itu sebagai gejala alam biasa, hukum alam biasa, sebagai tabiat alam yang tidak ada hubungannya dengan tuhan. Paham sunnatullah yang digagas oleh Ibn Rasyd telah dirubah menjadi hukum alam biasa. Sehingga di barat menimbulkan averoisme. Mengambil paham Ibn Rasyd, namun disekulerkan. Adanya paham hukum alam ini, menyebabkan orang barat mengatahui rahasia yang menyebabkan terjadinya sesuatu. Rahasia ini terus mereka cari dan selidiki sehingga berhasil mendapatkan berbagai temuan. Temuan ini mereka padukan dengan teknik pelaksanaan dan penerapannya, sehingga menghasilkan teknologi. Namun berbagai hal yang terjadi di alam jagad raya dan fenomena sosial ini mereka anggap sebagai yang terjadi secara alami dan natural, atau hanya tabi’at alam, dan bukan merupakan tanda kekuasaan Allah.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka ilmu, kebudayaan, dan peradaban Islam yang diambil oleh Eropa dan Barat hampir pada semua bidang. Berbagai macam ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban Islam yang telah mereka ambil dan pelajari dari umat Islam telah dikembangkan lebih lanjut hingga melampaui bentuk aslinya. Melalui kajian, penelitian, dan pengembangan, kini Eropa dan Barat telah melampaui kemajuan yang dicapai dunia.
C. Berbagai Saluran Masuknya Ilmu, Kebudayaan dan Peradaban Islam ke Eropa dan Barat
1. Melalui penerjemahan
Kegiatan penerjemahan merupakan salah satu andalan yang digunakan oleh berbagai bangsa di dunia yang ingin mengambil ilmu dari bangsa lain. Khalifah Khalid Ibn Mu’awiyah misalnya adalah seorang yang mempunyai perhatian besar pada ilmu pengetahuan. Ia mengkaji ilmu kedokteran, kimia, astronomi, serta giat mencari dan mengumpulkan kitab-kitab ilmu pengetahuan dari Iskandaria dan sekitarnya. Yazid mencatat sebagai orang yang membuat sebuah lemari kitab yang besar. Selain mendatangkan Marianus, seorang sarjana kimia dari Iskandaria untuk mengajarkan ilmu kimia. Beliau mengangkat pula ahli-ahli penerjemah untuk menerjemahkan kitab ilmu pengetahuan Mesir dan Yunani. Berkatnya, istana Khalifah di Damsyik menjadi pusat ilmu pengetahuan pada masanya. Pada ,asa pemerintahan Khalifah Abu Ja’far Al Mansur pada tahun 136-158 H. Didirikan lembaga pengkajian ilmu pengetahuan. Pekerja lembaga itu adalah menerjemahkan kitab-kitab pengetahuan dari bahasa Siryani, Yunani, Hindia, Persia dan bahasa lainnya sebagian berisi ilmu kedokteran dan diantara penerjemahnya Jirjis Bukhtyishu. Adapula nama Sirjis Risy Aina membawa ilmu kedokteran Yunani ke Suriah kemudian kitab-kitab Yunani itu dipindahkan oleh Jirjis Bukthyishu kedalam bahasa Arab. [3]
Pada zaman khalifah al-Ma’mun antara tahun 193-218 H para ahli kedokteran diperintahkan untuk melanjutkan penerjemahan kitab-kitab ilmu pengetahuan terutama ilmu kedokteran yang berbahasa Persia bermakna tinggi yang berasal dari peninggalan kedokteran Ariansapur dan Juneisyahpur (awal) lalu diperintahkan pula penerjemahan suatu kitab-kitab ilmu kedokteran dengan tulisan jalun (galen) Aribasius, Paul Agina dan alexander Thalus dari bahasa Yunani dan Siriyani ke dalam bahasa Arab. Dimasa pemerintahan Al-Ma’mun sampai masa pemerintahan Al-muqtadir telah diterjemahkan 150 lebih kitab kedokteran dan lebih dari 200 buah kitab berisi sastra dan filsafat kedalam bahasa Arab.
Demikian pula pemindahan ilmu pengetahuan, kebudayaan peradaban islam ke Eropa dan Barat juga melalui kegiatan penerjemahan. Aktivitas penerjemahan itu berbahasa Arab ke dalam bahasa Eropa dilakukan dibeberapa kota yang berada di Spanyol, dari abad ke 12 hingga ke 13 M menjadi pusat kegiatan penerjemahan yang dilakukan dari bahasa Arab ke bahasa Spanyol, lalu dari bahasa Spanyol ke bahasa latin.
Penerjemahan tidak hanya dilakukan terhadap karya-karya suatu ilmuwan Arab saja, akan tetapi juga karya-karya milik bangsa Yunani yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab 2 abad sebelumnya. Buku-buku ilmu pengetahuan dari Yunani yang diterjemahkan itu antara lain buku karya Gallinius, Hippocreates, Plato, Aristoteles, dsb.
Selanjutnya pada tahun 1252-1284 M, Alafonso X, Raja Castllah membentuk beberapa lambang pendidikan tinggi dan memotivasi sebuah suatu kegian penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa Arab ke bahasa Latin dan terkadang dalam bahasa Castllah. Pada abad ke 13 telah dilakukan kegiatan pengkajian dan penerjemahan karya ilmiah umat islam ke bahas Italia. Fredik II setelah dinobatkan sebagai empirium roma pada tahun 1250 M, telah mencurahkan perhatian yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan memotivasi adanya diskusi-diskusi ilmiah dan filsafat.
2. Melalui perang salib
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa para prajurit yang pulang dari perang salib membawa produk kebudayaan islam dan peradaban islam, sejarah mencatat bahwa ketika pulang dari perang salib orang-orang membawa sabun, minyak wangi, kamfer, balsem, permadani mewah, sebelum itu orang Eropa belum kenal sabun dan minyak wangi mereka hanya mengurapi badan nya dengan semacam cerancam. Sejarah mencatat bahwa perang salib berlangsung selama kurang lebih 2 abad mulai dari abad ke 5 H atau 1097 M. Masa peperangan tersebut merupakan bagian dari titik persinggungan terpenting antar Eropa dan Islam walaupun pasukan salib datang ke Timur islam untuk berperang bukan untuk mencari ilmu namun mereka berpengaruh oleh peradaban islam dan mentransfer kemajuan-kemajuan islam ke Eropa yang saat ini masih mengalami keterbelakangan dan ketermerosotan. Dalam perjalanan perang ke Timur Tengah, pasukan salib menyaksikan adanya penerapan nilai-nilai persamaan, keadilan, dan persaudaraan diantara sesama kaum muslimin, dan atas dasar ini mereka memberontak sistem borjuasi dan tindakan yang merendahkan manusia yang terjadi di negeri mereka. Setelah perang salib mereka semakin menyadari tentang perlunya kemerdekaan, kebebasan, keadilan, dan kemanusiaan. Mereka menentang otoriterisme kaum gereja. Mereka mengambil banyak dari apa yang mereka temukan berupa ilmu, seni, dan peradaban.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisa sebagaimana tersebut diatas dapat diambil kesimpulan sebagai catatan penutup sebagai berikut:
- Bahwa umat Islam berhasil mengembangkan ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial, filsafat, dan ilmu laduni. Ilmu tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk pengembangan kebudayaan serta peradaban yang menyejahterakan seluruh khalayak umat manusia. Ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban Islam yang dikembangkan umat Islam itu berlandaskan tauhid, keseimbangan, universalitas, dan akhlak mulia.
- Bahwa warisan ilmu pengetahuan dan kebudayaan peradaban Islam yang telah diambil oleh Eropa itu meliputi ilmu alam dengan berbagai cabangnya (seperti ilmu kedokteran, astronomi, matematika, fisika, serta ilmu kimia), ilmu sosial, filsafat, etika, hak asasi manusia, sastra, seni, arsitektur, peralatan kebersihan, peralatan kecantikan dan lain sebagainya.
- Bahwa ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban Islam yang diambil oleh Eropa dan Barat telah disingkirkan berdasarkan tauhid, akhlak, dan keseimbangannya.
DAFTAR PUSTAKA
As-sirjani, Raghib. sumbangan peradaban Islam pada dunia, Jakarta: pustaka Al-Kautsar, 2011
abu khalil, Syauqi. al-hadlarah al-arabiyah al-islamiyah wa mu’jizu al hadlarah sabiqah, Damaskus: Al-Fikr, 1996
Poerdisastra, S.I. sumbangan Islam kepada ilmu dan peradaban modern,Jakarta: P3M,1986
Nata, Abuddin. Sejarah sosial intelektual dan institusi pendidikannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012
Nata, Abuddin. Islam dan ilmu pengetahuan. Jakarta: Prenadamedia Group, 2018
As-Sirjani, Raghib. Sumbangan peradaban Islam pada dunia. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011.
Khalid, Syauqi Abu. Al-Hadralah al-Arabiyah al-Islamiyah wa’Mu’jizu an al-hadlarah Sabiqah.
Yamani, Ja’far Khadem. Kedokteran Islam Seajarh dan Perkembangannya, (ed) A. D.El Marzdedeq, (Bandung: Dzikra, 2007), Cet. IV, hlm 47-48.
Contoh Makalah. menuaiinfo.blogspot.com/
__________________
[1] Lihat Raghib As-Sirjani, sumbangan peradaban Islam pada dunia, (Jakarta: pustaka Al-Kautsar, 2011), hlm 19.
[2] Syauqi Abu Khalid, al-Hadralah al-Arabiyah al-Islamiyah wa’Mu’jizu an al-hadlarah Sabiqah, hlm 86; Lihat pula Lihat Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011), hlm.21.
[3] Ja’far Khadem Yamani, Kedokteran Islam Seajarh dan Perkembangannya, (ed) A. D.El Marzdedeq, (Bandung: Dzikra, 2007), Cet. IV, hlm 47-48.
Baca juga: Karya Tulis