Makalah

Makalah Adab dalam Belajar dan Pembelajaran

BAB I 
PENDAHULUAN 

 

A. Latar Belakang Masalah 
    Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang sempurna di alam ini, maka manusia diberikan akal untuk berfikir sehingga membedakan antara manusia dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Oleh karena itu, sebagai makhluk yang memiliki akal, manusia membutuhkan bimbingan untuk mengasah akalnya melalui proses pendidikan. Hanya melalui pendidikan manusia sebagai homo educable dapat didik dengan perantara guru. Dengan pendidikan, manusia bisa mengasah akalnya, mengembangkannya sehingga dapat menjadi Khalifah di bumi. 
    Untuk mengasah akalnya, maka manusia membutuhkan sosok guru yang dapat mendidik, melatih agar akal kita berkembang. Maka dari itu, sudah selayaknya bila kita menghormati sosok guru yang telah memberikan kita ilmunya walaupun hanya berupa satu ayat ataupun huruf. 
    Maka dari itu, sebagai siswa atau pelajar hendaknya mengetahui adab-adab dalam kegiatan belajar dan mengajar, agar kita dapat menghormati guru yang telah mendidik kita, memberikan kita ilmu yang akan mengantarkan kita pada kesuksesan dimasa yang akan datang. Dan hendaknya kita tidak melupakan jasa-jasa para guru yang telah berjasa dalam hidup kita. 
    Adab merupakan hal yang sangat penting. Bahkan lebih baik orang yang beradab tidak berilmu daripada orang yang berilmu tapi tidak beradab. Dan memperbaiki adab atau akhlak kita sangat penting. Karena Nabi Muhammad SAW. diutus untuk memperbaiki akhlak umat manusia. 
 
B. Rumusan Masalah 
   Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis dapat mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut : 
  1. Bagaimanakah adab seorang murid yang baik pada gurunya? 
  2. Apakah adab sangat diperlukan dalam kegiatan belajar dan mengajar? 
  3. Apakah seorang guru juga memiliki adab terhadap muridnya? 
  4. Apakah adab dalam belajar dan pembelajaran diatur oleh agama? 
C. Tujuan Penulisan 
    Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui, memahami, serta menambah wawasan keilmuan tentang adab terhadap guru, adab dalam belajar dan pembelajaran. Dan diharapkan bisa segera diimplementasikan agar kita menjadi murid yang menghormati gurunya. 
 
BAB II 
PEMBAHASAN 
 
A. Adab Dalam Belajar
1. Pengertian Adab 
   Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama, terutama agama islam.[1] Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan antarmanusia, antartetangga, dan antarkaum. Sebutan orang beradab sesungguhnya berarti bahwa orang itu mengetahui aturan tentang adab atau sopan santun yang ditentukan dalam agama islam. Namun, dalam perkembangannya, kata beradab dan tidak beradab dikaitkan dari segi kesopanan secara umum dan tidak khusus digabungkan dalam agama islam. 
  Menurut Imam Bukhari adab adalah yang diambil dari Nabi Muhammad SAW, karena apabila seseorang yang beradab tidak mempunyai iman atau pesan maka ia tidak memiliki manfaat dalam agama dan tidak pula di akhirat. Jadi adab ini adalah adab Rasulullah yang telah mengajarkannya pada kita[2]
    Syeikh Abdul Qadir Al Jailani berkata” Aku lebih menghargai orang yang beradab dari pada orang yang berilmu, karena kalau hanya berilmu, iblis pun lebih tinggi ilmunya dari pada manusia”. Jadi dari sini kita menyimpulkan bahwasanya manusia itu tidak cukup hanya dengan memiliki ilmu dan tanpa dilandasi dengan adab, karena jika seseorang yang berilmu tapi tanpa dilandasi adab orang tersebut akan memanfaatkan ilmunya untuk melakukan vandalisme. Maka kedudukan orang yang beradab di sini lebih diunggulkan dari pada orang yang berilmu. 
 
2. Adab Seorang Murid 
    Menuntut ilmu merupakan hal yang wajib bagi umat manusia, terlebih umat muslim karena hal ini dihukumi fardu ain untuk mempelajari ilmu agama seperti aqidah, fiqih, akhlak serta al-Qur’an. Dan dihukumi fardu kifayah untuk mempelajari ilmu pengetahuan umum seperti ilmu sosial, kedokteran, ekonomi serta teknologi. Kewajiban menuntut ilmu ini ditegaskan dalam hadist Nabi, yaitu: 
 
طلب العلم فريضة على كل مسلم و المسلمة 
Artinya: “Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”. (HR. Ibnu Abdil Bari) 
    Karena menuntut ilmu itu wajib, maka kita sebagai pencari ilmu membutuhkan sosok guru yang membantu, mengajari, membimbing, memberi contoh, mengingatkan serta mengawasi kita saat sedang mencari dan memahami ilmu, untuk itu maka perlu adanya adab seorang murid (pencari ilmu) memiliki adab dalam mencari ilmu. 
    Adab seorang murid sejatinya cukup banyak, namun akan kami susun pembagiannya menjadi tujuh bagian: 
    a. Mendahulukan Kesucian Jiwa dari Akhlak yang kotor, sebagaimana sabda Nabi: 
 
بني الدين على النظافة 
        “agama itu dibangun diatas kebersihan”.
        Ibnu Mas’ud berkata bahwa ilmu itu bukan karena banyaknya periwayatan, melainkan ilmu adalah cahaya yang merasuk ke dalam hati. 
    b. Meminimalisasi keterkaitannya dengan hal-hal lain dan sebisa mungkin menjauh dari negeri/tempat tinggalnya, agar hatinya tercurah sepenuhnya untuk ilmu. Bahkan ada peribahasa “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China”. 
    c. Tidak bersikap sombong terhadap ilmu dan tidak menentang gurunya bahkan dia harus menyerahkan control pilihannya secara penuh kepada sang guru layaknya seorang yang sakit keras yang harus menyerahkan control pilihannya kepada dokter yang menanganinya. Hendaknya dia bersungguh-sungguh ber-khidmat (melayani) gurunya. Nabi SAW bersabda: 
 
ليس من اخلاق المؤمن التملق فى طلب العلم 
    “Bukanlah termaksud akhlak orang mu’min, bersikap basa basi kecuali dalam menuntut ilmu.” 
    d. Menghindar dari memerhatikan perselisihan-perselisihan pendapat orang lain, sebar hal itu menyebabkan kebimbangan dan kebingungan. 
    e. Tidak menolak suatu cabang dari cabang-cabang ilmu yang terpuji, melainkan dia harus menyelaminya sampai mengetahui tujuannya. 
    f. Memusatkan perhatiannya kepada ilmu yang terpenting, yaitu ilmu mengenai akhirat. Yakni Mu’amalah dan Mukasyafah. Muamalah mengantarkan kepada Mukasyafah sementara Mukasyafah ialah makrifat atau pengetahuan tentang Allah SWT. Ilmu yang paling mulia sekaligus puncaknya adalah makrifat kepada Allah (mengenal Allah). Hal ini dikarenakan makrifat kepada Allah merupakan lautan yang kedalamannya tak dapat diselami. Ilmu itu sangat penting karena sebagai perantara (sarana) untuk bertaqwa. Dengan taqwa ini manusia menerima kedudukan terhormat di sisi Allah, dan keuntungan abadi. Sebagaimana dikatakan Muhammad bin Al Hasan bin Abdullah dalam syairnya: 

تعلم فان العلم زين لا هله # و فضل و عنوان لكل المحا مه
وكن مستفيدا كل يوم زيادة # من العلم واسبح فى بحور الفوائد
تفقه فان الفقه افضل قائد # الى البروالتقوى واعدل قاصد
هو العلم الهادى الى سنن الهدى # هوالحصن ينجى من جميع الشدائد
فان فقيها واحدا متورعا # اشد على الشيطان من الف عابد


“belajarlah! Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah di lautan ilmu yang berguna. belajarlah ilmu agama karena ia adalah ilmu yang paling unggul. Ilmu yang dapat membimbing menuju kebaikan dan takwa, ilmu paling lurus untuk dipelajari. Dialah ilmu yang laksana banteng yang dapat menyelamatkan manusia dari segala keresahan. Oleh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersifat wara’ lebih berat bagi setan daripada menggoda seribu orang yang ahli ibadah tapi bodoh.” 
 
    g. Bertujuan menghiasi batinnya dengan hal-hal yang menyebabkannya mengenal Allah SWT. Dan bukan bertujuan untuk mencari kedudukan, harta benda, maupun pangkat. 
 
3. Adab Murid Terhadap Guru 
    Seorang murid atau pelajar juga harus memiliki adab terhadap guru. Bahkan Sayyidina Ali berkata “aku adalah budak dari orang yang mengajariku walau hanya satu huruf.” Seorang murid tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya, tanpa mau menghormati ilmu dan guru. Ada yang mengatakan bahwa orang-orang yang telah berhasil adalah mereka yang ketika menuntut ilmu sangat menghormati para gurunya. Dan mereka yang tidak berhasil adalah orang-orang yang tidak mau menghormati atau memuliakan ilmu dan gurunya. 
    Berikut beberapa adab murid terhadap gurunya menurut para ulama, 
  • Hendaknya seorang murid tidak berjalan di depannya, tidak duduk di tempatnya, dan tidak memulai bicara padanya kecuali dengan izinnya. 
  • Hendaknya seorang murid tidak banyak bicara dihadapan guru, tidak bertanya sesuatu bila guru sedang capek atau bosan. Harus menjaga waktu. Jangan mengetuk pintunya, tapi sebaliknya menunggu sampai beliau keluar. 
  • Hendaknya seorang murid menghormati, menyayangi, mengasihi kepada guru, supaya ilmunya berfaedah 
  • Seorang murid harus mendengarkan ilmu yang diberikan oleh guru dengan hikmah dan rasa hormat, sekalipun sudah pernah mendengarkan masalah tersebut seribu kali. 
4. Adab Dalam Bertanya 
    Apabila seseorang terhambat untuk memahami suatu materi pelajaran, maka bertanya kepada orang yang lebih mengetahui bukanlah sebuah perbuatan yang memalukan. Terlebih apabila pertanyaan itu diajukan dengan tata bahasa yang baik, maka demikian itu merupakan cerminan tingginya kualitas adab seorang murid tersebut. Akan tetapi hendaknya seorang murid itu bertanya sesuai kebutuhannya saja, tidak berlebihan dalam bertanya. 
    Berikut adalah adab-adab seorang murid atau pelajar dalam bertanya, diantaranya adalah: 
  • Bertanya dengan baik, dengan kalimat yang sopan dan lembut. Dan bertanyalah jika memang butuh untuk bertanya 
  • Jangan bertanya hanya agar dipuji oleh orang lain. 
  • Jangan malu untuk bertanya 
  • Hendaknya pertanyaan itu digambarkan secara sempurna agar memungkinkan untuk dijawab 
  • Memahami jawaban dengan baik, seperti yang dikatakan Imam Ibnul Qayyim: “apabila engkau belajar pada seorang guru, maka bertanyalah dengan tujuan agar engkau mengetahui jawabannya bukan membantahnya.”[3]
B. Adab Dalam Pembelajaran 
1. Adab Seorang Guru 
    Barang siapa yang bertugas sebagai pengajar, berarti dia telah menjalani suatu perkara yang agung. Oleh karena itu, hendaklah dia memelihara adab sebagai berikut: 
    a. Menyayangi orang yang belajar kepadanya dan memperlakukannya sebagai anaknya, karena sabda Nabi : 
 

انما انا لكم كالوالد لوده

    Artinya : “Sesungguhnya posisiku dengan kalian layaknya seorang ayah dengan ayahnya.” 
    Pada hakikatnya, seorang guru adalah ayah atau orang tua yang sesungguhnya, sebab seorang ayah atau orang tua (kandung) merupakan penyebab kehidupan yang fana, sementara guru adalah penyebab kehidupan yang abadi, sebab itulah hak guru lebih di prioritaskan daripada hak kedua orangtua. 
    b. Mengikuti jejak Rasulullah SAW. melalui sabdanya: “Janganlah sekali-kali kamu meminta upah dari mengajar.” 
   c. Jangan menyimpan suatu nasihat untuk keesokan harinya, seperti dilarangnya mengemukakan tingkat ilmu yang lebih tinggi sebelum berhak diterima oleh muridnya, dan larangan menyelami ilmu yang samar (ilmu tentang rahasia-rahasia) sebelum ilmu yang terang dikuasainya. 
 
2. Tugas Seorang Guru 
  Gambaran terbaik perangai seorang guru adalah sebagaimana ungkapan “orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya. Orang inilah yang disebut sebagai orang yang agung dikalangan para malaikat di langit”. Tidak layak bagi seorang guru bersikap seperti layaknya jarum yang menyulam pakaian bagi orang lain sementara dirinya sendiri telanjang, atau seperti sumbu lampu yang memberikan cahaya kepada yang lain, sedangkan dia sendiri terbakar. 
    Tugas seorang guru adalah mengajar. Akan tetapi, mengajar dengan bertujuan memperoleh hal duniawi merupakan kehancuran yang teramat sangat. Jika hal itu terjadi, maka hendaknya seluruh murid saling mengasihi di antara sesamanya, sebab sesungguhnya guru dan murid yang menginginkan pahala di akhirat itu bagaikan orang yang sedang mengadakan perjalanan menuju Allah SWT. 
    Memberi nasihat kepada murid dan mencegahnya dari akhlak yang tercela dengan kata kata sindiran, bukan secara terang-terangan. Karena sesungguhnya ungkapan secara terang-terangan itu merusak kewibawaan. Dan sudah sepantasnya guru terlebih dahulu bersikap lurus dan baik. Kemudian baru memerintahkan kepada muridnya untuk bersikap lurus dan baik. Jika tidak demikian, nasihat tidaklah manfaat, sebab mengikuti perbuatan itu lebih kuat daripada mengikuti perkataan. 
 
3. Penyakit Ilmu 
    Rasulullah SAW. Bersabda: 
 
اشد الناس عدابا يوم القيامة عالم لا ينفعه الله بعلمه 
    “Manusia yang paling berat adzabnya di Hari Kiamat adalah orang-orang alim yang Allah tidak memberi manfaat dengan ilmunya.” 
    Al-Khalil ibn Ahmad berkata “manusia itu terbagi menjadi empat macam: 
1) orang yang tahu dan sadar bahwa dirinya tahu, dia adalah orang yang benar-benar alim, maka ikutilah dia; 2) Orang yang tahu tetapi tidak menyadari bahwa dirinya tahu, dialah orang yang tidur, maka bangunkanlah atau sadarkanlah; 3) Orang yang tidak tahu, tetapi dia sadar bahwa dia tidak tahu, yang demikian itulah orang yang memerlukan bimbingan atau petunjuk, maka ajarilah dia; 4) Dan orang yang tidak tahu bahkan tidak menyadari bahwa dirinya tidak tahu, dialah orang yang bodoh, maka jauhilah dia.” 
 
   Seseorang yang ilmunya sangat mendalam tidak pasti selamanya mendapatkan keselamatan. Bisa jadi dia binasa karena tidak memberikan kemanfaatan ilmunya kepada orang lain. Dan bisa jadi dia memperoleh kebahagian karena ilmunya yang bermanfaat.
 
BAB III 
PENUTUP 
 
A. Kesimpulan 
    Adab harus dimiliki oleh setiap individu, baik murid ataupun guru harus memiliki adab supaya proses mengajar dan belajar bisa berjalan dengan baik. Seorang murid harus memiliki adab agar dapat mencerna ilmu yang diberikan kepada guru, dan supaya ilmunya berkah. Begitupun guru, harus memiliki adab yang baik karena seorang guru merupakan panutan bagi muridnya, dan agar ilmu yang disampaikan diterima dengan baik oleh murid. 
    Dengan adanya adab atau akhlak yang baik diharapkan seorang murid dapat menghormati dan menghargai guru. Dan guru dapat menyayangi dan mengasihi murid. Sehingga sang murid mendapatkan ilmu dan sang guru memberikan kemanfaatan dari ilmu yang telah dikuasainya. Apabila adab tersebut telah mampu terealisasikan, maka sang murid akan lebih mudah mencapai apa yang dicita-citakan, menjadi seorang pembelajar yang berkarakter islami dan memperoleh keberkahan ilmu. Sedangkan sang guru memperoleh amal jariyyah yang tidak akan putus karena ilmunya yang bermanfaat, 
 
 
DAFTAR PUSTAKA 
Al-Ghazali. Ihya Ulumuddin untuk orang modern. Yogyakarta: Muezza, 2018. 
Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung. CV pustaka Setia, 2009. 
Az- Zarnuji. Terjemah Ta’lim Muta’allim. Surabaya. Mutiara Ilmu, 2009. 
Hadis Saputra, Ihsan. Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan Pengalamannya. Surabaya. Al-Ikhlas, 1981. 
Mundiri, Hafidz. Terjemah Attarghib wat tarhib. Surabaya. Al-Hidayah, 2000. 
Contoh Makalah. menuaiinfo.blogspot.com/
 
__________________
[1] Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2014, Bekasi, Delta Pamungkas, ISBN 979-9327-00-8 Hal. 63 
[2] Imam Bukhori, kitab shohih bukhari,( Kitab Adab) Hal. 12 
[3] Syaikh Muhammad bin Shalih Al – Utsaimin, Syarh Hilyah Thaalibil Ilmi, Pustaka Imam Asy-syafi’I, 2005, Hal.215

Baca juga: Karya Tulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *