BahasaPendidikan

Kerangka Karangan: Pengertian, dan Bentuknya

Pengertian Kerangka Karangan. Menulis atau mengarang pada umumnya bertujuan untuk menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan mengirimkannya kepada orang lain. Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir. Keduanya saling melengkapi. Melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis.

Mengemukakan pendapat secara tertulis memang tidak mudah. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, setiap penulis hendaknya memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu keterampilan berbahasa, keterampilan penyajian, dan keterampilan pewajahan. Penulis harus harus menguasai bahasa yang digunakan untuk menulis. Jika dia menulis dalam bahasa Indonesia, dia harus menguasai bahasa Indonesia. Menguasai bahasa Indonesia berarti mengetahui dan dapat menggunakan kaidah-kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Pengertian Kerangka Karangan

Mengarang adalah mengorganisasi ide. Perngorganisasian ide diawali dengan menyusun kerangka karangan yang dapat disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang mengandung ketentuan bagaimana kita menyusun karangan tersebut. Kerangka karangan akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran bagi target pembacanya. Selain itu, dapat menghindarkan kemungkinan kesalahan terutama dalam mengembangkan detail-detailnya. 

Fungsi Kerangka Karangan :

1. Memudahkan pengendalian variabel

2. Memperlihatkan pokok bahasan sub-sub bahasan karangan dan memberi kemungkinan perluasan bahasa tersebut, sehingga memungkinkan penulis menciptakan suasana kreatif sesuai dengan variasi yang diinginkan

3. Mencegah pembahasan dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik, judul, masalah, tujuan, dan kalimat tesis

4. Memudahkan penulis menyusun karangan secara menyeluruh

5. Mencegah ketidaklengkapan bahasa 

6. Mencegah pengulangan pembahasan ide

7. Memperlihatkan kekurangan atau kelebihan materi pembahasan

Bentuk Kerangka Karangan

Kerangka karangan dapat dibedakan atas kerangka kalimat dan kerangka topik. 

1. Kerangka Kalimat

Menggunakan kalimat deklaratif (berita) yang lengkap untuk merumuskan setiap topik, subtopik, maupun sub-subtopik. Seperti contoh berikut:

   I. Pendahuluan

      (1) Latar belakang membahas kesenjangan konsep ideal dan fakta, kajian pustaka, dan penalaran yang menimbulkan masalah

      (2) Masalah merumuskan pertanyaan yang hendak dibahas 

      (3) Tujuan berisi upaya yang hendak dicapai

    (4) Pembatasan masalah berisi merinci ruang lingkup pembahasan konsep, tempat penelitian, dan waktu penelitian.

      (5) Metode pembahasan menguraikan cara menganalisis.

   II. Deskripsi Teori

       Berisi kajian teoritik variabel pertama dan kedua.

      (1) Deskripsi variabel pertama, teori x berisi definisi dan deskripsi singkat

      (2) Deskripsi variabel kedua, teori y berisi definisi dan deskripsi singkat.

   III. Metode Penelitian 

      Membahas cara meneliti, cara mengumpulkan data, dan cara menganalisis sampai mendapatkan hasil analisis data. 

   IV. Deskripsi Data

        Menggambarkan data, menganalisis data, dan hasil analisis.

   V. Kesimpulan 

        Menafsirkan hasil analisis, dan menyampaikan saran atau rekomendasi.

2. Kerangka Topik

Berisi topik dan sub-subtopik yang berupa frasa bukan kalimat lengkap. Menyusun kerangka berarti merinci topik berdasarkan kalimat tesis ke dalam sub topik, merinci subtopik menjadi unsur-unsur subtopik yang lebih kecil. Perhatikan proses berikut ini:

(1) Merumuskan topik menjadi rumusan masalah, tujuan, dan kalimat tesis

(2) Menyusun rincian kalimat tesis menjadi kerangka kasar yang terdiri pendahuluan dan bahasan utama, masing-masing disertai judul bab

(3) Merinci kerangka kasar menjadi kerangka sempurna dengan merinci bab menjadi sub-bab, dan merinci sub-bab menjadi sub-subjudul yang lebih kecil, serta tambahan unsur pembuka dan unsur penutup.

Manfaat Kerangka Karangan

1. Untuk menyusun karangan secara teratur 

Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat wujud gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.

2. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda 

Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda. kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai kilmaks tersendiri dalam bagiannya.

3. Menghindari penggarapan topik sampai dua kali atau lebih 

Menggarap suatu topik lebih dan satu kali hanya membuang waktu, tenaga dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi harus diuraikan, sedangkan bagian yang lain cukup dengan menunjuk kembali kepada bagian yang lain. 

Penyusunan Kerangka Karangan

Langkah-langkah ini tidak mutlak harus diikuti oleh penulis-penulis yang sudah mahir. Seorang penulis yang sudah biasa dengan tulisan-tulisan yang kompleks, akan dengan mudah menyusun suatu kerangka karangan yang baik. Namun sebelum seorang penulis baru mahir menyusun sebuah karangan ia memerlukan beberapa tuntunan.

Langkah-langkah sebagai tuntunan yang harus diikuti adalah sebagai berikut:

1. Rumuskan tema yang jelas berdasarkan suatu topik dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu kerangka karangan haruslah berbentuk tesis atau pengungkapan maksud.

2. Langkah yang kedua adalah mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud tadi. Dalam hal ini penulis boleh mencatat sebanyak-banyaknya topik-topik yang terlintas dalam pikirannya, dengan tidak perlu langsung mengadakan evaluasi terhadap topik-topik tadi.

3. Langkah yang ketiga adalah penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik yang telah tercatat pada langkah kedua di atas. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut:

   Pertama, apakah semua topik yang tercatat mempunyai pertalian (relevansi) langsung dengan tesis atau pengungkapan maksud. Bila ternyata sama sekali tidak ada hubungan maka topik tersebut dicoret dari daftar di atas.

   Kedua, semua topik yang masih dipertahankan kemudian dievaluasi lebih lanjut. Apakah ada dua topik atau lebih yang sebenarnya merupakan hal yang sama, hanya dirumuskan dengan cara yang berlainan. Bila ternyata terdapat kasus yang semacam itu, maka harus diadakan perumusan bam yang mencakup semua topik tadi.

   Ketiga, evaluasi lebih lanjut ditujukan kepada persoalan, apakah semua topik itu sama derajatnya, atau ada topik yang sebenarnya merupakan bawahan atau perincian dari topik yang lain. Bila ada masukkanlah topik bawahan itu ke dalam topik yang dianggap lebih tinggi kedudukannya. Bila topik bawahan itu hanya ada satu usahakan dilengkapi dengan topik-topik bawahan yang lain.

Referensi

Hs, Widjono. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 2012.
RS, Ahmad. Jenis Tulisan dalam Bahasa Indonesia. Sumber: http://ahmadrasulfikri.blogspot.com/2014/06/jenis-tulisan-dalam-bahasa-indonesia.html.17/10/2018-10.39

Baca juga: Pendidikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *